28. FAKTA MENYAKITKAN

258 37 50
                                    

WARNING! Chapter panjang dan don't expect too must, enjoy-in aja hehe 🤗

~✨~

Acara baru saja selesai. Suasana malam dalam rumah itu menjadi cukup sunyi, hanya terdengar suara beberapa asisten rumah tangga yang membersihkan sisa-sisa acara. Di tengah-tengah itu, Sean ikut membantu. Ia cukup ahli dalam menyiptakan topik pembahasan yang seru. Ia membaur dengan para asisten dan tertawa riang, membuat pekerjaan mereka terasa ringan.

"Udah tinggal sedikit, Den. Aden istirahat aja, biar kita yang nyelesaian," ucap salah satu asisten.

Sean hanya mengangguk, ia juga sudah lumayan lelah. Jadi ia berpamitan dengan yang lain sebelum menaiki tangga.

Sesampainya di ujung tangga teratas, Sean terdiam sejenak. Di lantai dua sangat sepi dan sunyi. Entahlah, mungkin orang tuanya sudah tertidur karena kecapekan. Kak Langit sendiri tadi selesai acara langsung berpamitan karena ada pekerjaan yang belum selesai. Lagi pula hari sudah malam, sudah jam setengah sebelas, jadi tak heran jika suasana sudah terasa sunyi.

Sean memutuskan untuk mampir ke kamarnya sejenak, kali saja ada barang yang ingin ia bawa ke kos, entah baju atau buku, atau apalah itu. Ya memang Sean tak ada rencana menginap, ia justru ingin cepat-cepat kembali ke Wish's Home yang hangat, karena di rumah ini terlalu dingin untuknya.

"Iri gue sama lo, Se! Hadiahnya bagus-bagus! Beruntung banget jadi Sea!"

Langkah Sean terhenti saat mendengar suara cekikikan dan obrolan seru dari kamar di sebelah kamarnya. Itu kamar Sea, dan lampunya masih menyala. Senyuman Sean kembali mengembang, sepertinya beberapa teman adiknya itu menginap di sini.

"Btw, Se. Kakak lo yang jarang muncul itu ganteng juga. Senyumannya manis banget, Njir! Gue kek kepelet tau nggak!"

"Siapa? Kak Laut?"

"Ooh! Namanya Laut? Bagus banget!"

"Nama aslinya Ocean sih, tapi dipanggil Laut."

Sean terkekeh mendengar bahwa dirinya menjadi topik obrolan para gadis remaja itu. Ia memutuskan untuk masuk ke kamarnya, tapi saat mendengar perkataan Sea, membuat tangannya yang sudah berada di kenop pintu jadi ia turunkan kembali.

"Kalian mau tahu nggak fakta yang gue denger tentang Kak Laut setahun yang lalu?"

"Apa?"

Rasa penasaran membuat Sean menajamkan pendengarannya. Ia tak berniat menguping pembicaraan adiknya itu, tapi karena yang menjadi topik pembicaraan mereka adalah Sean sendiri, ia jadi tak bisa menahan untuk tak mendengarkan lebih.

"Kak Laut bukan kakak kandung gue."

"Hah?"

Deg

Sean mematung di tempat. Apa maksud dari perkataan Sea? Sean hanya bisa berdiri di sana dengan jantung yang berdegup semakin kencang. Ada ketakutan dalam dirinya, tapi ia sendiri tak tahu apa yang ia takutkan.

"Maksudnya ... lo anak pungut gitu?"

"Enggak lah! Gue tuh anak kandung ortu gue tahu!"

"Terus maksud lo Kak Laut yang anak pungut gitu?"

"Bukan anak pungut sih, tapi anak haram."

Entah apa yang Sean rasakan saat ini, yang ia tahu, hatinya serasa ditusuk oleh ribuan belati saat adik tersayangnya itu dengan mulutnya sendiri mengatakan kata terlarang itu. Pikirannya mulai kacau, semua yang ia lewati dalam rumah ini tiba-tiba saja terputar di kepalanya seperti kaset rusak.

Wish's Home 2.0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang