Waktu memang melesat begitu cepat. Setelah tertatih-tatih mengejar deadline yang amat banyak dan hampir dua minggu berperang dengan soal-soal Ujian Tengah Semester, tibalah hari ini yang merupakan hari terakhir UTS bagi Sean, Yasha, Reza dan Dean. Sementara Rey dan Saku masih ada satu hari lagi untuk dapat menjemput liburan sebelum kembali ke jadwal yang lebih menantang.
Liburan Ujian Tengah Semester hanya berlangsung lima hari, itupun Sean, Reza dan Yasha harus menyusun program kerja untuk KKN mendatang bersama kelompok masing-masing. Untuk Dean, Rey, dan Saku juga memilih menetap di kos karena malas jika harus pulang ke rumah, nanggung katanya. Apalagi Rey yang rumahku cukup jauh sampai ke luar kota, ia memilih rebahan saja di kamar.
"Bang Se, mau kemana?" Reza yang baru sampai kos berpapasan dengan Sean yang tengah terburu-buru mengeluarkan motor dari garasi. Pakaian abangnya itu juga sudah rapi, padahal matahari sudah mau tenggelam, yang artinya malam akan segera tiba.
"Rapat dadakan. Tolong jaga kos dulu ya, Ja. Gue udah masak tadi, tinggal angetin aja. Anak-anak suruh makan, terutama Yasha, belum makan dari pagi tuh anak, lo juga! Rey suruh minum obat penambah darahnya. Yang lain suruh minum vitaminnya, lo juga! Kalau ada apa-apa kabarin. Gue berangkat, mungkin pulang malem." Sean berbicara tanpa jeda, membuat Reza pusing sendiri mendengarnya.
"Buset, Bang. Jangan ngebut—AELAH!" Reza memekik saat Sean sudah melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Baru saja ia bicarakan, eh, tuh orang tua bebal.
"Lah, tadi Bang Sean ngomong apa?" Tangan Reza menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Tiba-tiba lupa dengan pesan Sean tadi. Untungnya signal-nya masih penuh, jadi loading di otaknya tak perlu lama-lama untuk dapat memperbarui ingatannya.
"Ouhh, okok!" gumamnya sendiri setelah mengingat.
Pertama, Reza masuk ke kamarnya, membersihkan diri sejenak dan langsung menuju ke dapur untuk menghangatkan makanan. Persis seperti yang Sean amanahkan, Reza memanggil semua penghuni Wish's Home agar datang ke meja makan dan menyuruh mereka untuk makan.
Namun, yang datang hanya tiga orang, sedangkan satu personil lagi entah sedang apa di kamar. Mungkin semedi. Hal itu membuat Reza mendengus kesal, sudah dipanggil berkali-kali pun Yasha masih tak menunjukkan batang hidungnya.
"Mau gue panggilin ke kamarnya aja, Bang?" tawar Dean, karena kasihan juga melihat Reza yang sedari tadi berteriak tapi tak ada respon dari Yasha.
Reza yang sedang mendumel kesal jadi menoleh. "Udah, makan aja kalian. Biar gue aja yang panggil tuh anak perawan satu, ngerepotin aja!" ucap Reza yang mau tak mau diangguki oleh Dean.
Tiga orang yang sudah berada di meja makan kini mulai menikmati makanannya. Sementara Reza harus menghampiri Yasha di kamarnya, tak lupa dengan mulutnya yang sedaritadi mengomel tanpa henti.
"YASHANJ*NG! DIPANGGILIN DARI TAD—" Teriakan Reza terhenti saat ia membuka pintu kamar Yasha, dan menemukan sang empu kamar yang tengah asik menggerakkan badannya dengan telinga yang disumpel earphone.
Reza sampai terpaku sejenak di ambang pintu, karena melihat bagaimana luwesnya gerakan yang Yasha hasilnya. Indah, tapi juga detail dan berirama, meskipun ia tak mendengar lagu apa yang mengiringi tarian indah itu.
"NGAPAIN LO DI SINI?!" Yasha yang tak sengaja melihat keberadaan Reza jadi terlompat kecil, terkejut. Ia segera melepas earphone-nya dan berdiri kaku di tempat, canggung begitu saja seperti ia tengah tertangkap basah sedang mencuri.
"Uwow ..." Reza berkedip beberapa kali, ia jadi menggaruk lehernya yang tiba-tiba terasa gatal, ikut merasa canggung sendiri.
"Makan dulu, disuruh Bang Sean," ucap Reza kemudian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wish's Home 2.0
FanfictionNew Era, dimana semua penghuni Wish's Home berada di dunia perkuliahan. Baik dalam segi pertemanan, pembelajaran, dan percintaan (?) Baiklah-Wish's Home bukan lagi tentang harapan yang diusahakan menjadi kenyataan, tapi apakah kenyataan akan mendata...