21. SAKU & DEAN KEMANA?

320 41 23
                                    

Keempat penghuni Wish's Home kini tengah berkumpul di ruang tengah. Jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh malam, tapi Dean dan Saku belum juga ada kabar. Dua jam lalu, saat hujan reda, Sean, Reza, Yasha, dan Rey mencoba mencari Saku dan Dean. Mulai dari mencarinya di kampus, menanyai teman-temannya, sampai mendatangi tempat-tempat yang biasa mereka kunjungi.

Namun, belum juga mendapat titik terang, hujan kembali mengguyur bumi, memaksa mereka untuk menghentikan pencarian dan kembali berkumpul di kos. Tak ada yang bisa menyembunyikan raut khawatir di wajah mereka, mengingat hujan yang sampai saat ini masih turun dengan deras, apalagi hari sudah malam, membuat rasa khawatir mereka semakin menjadi.

"Oh, iya. Baik, Bi. Terima kasih atas informasinya." Sean menutup panggilan teleponnya.

"Gimana katanya, Bang? Ada kabar?" tanya Reza harap-harap cemas.

Sean menghela napasnya. "Kata Bi Dina, Saku tadi pagi ke panti emang, tapi cuma mampir sebentar terus langsung balik," jelas Sean. Ia tadi menelepon Bi Dina, orang yang menjaga panti setelah Ibu Panti meninggal dunia setahun yang lalu.

Reza mendengus kecewa. Ia kemudian kembali sibuk mengotak-atik ponselnya untuk menghubungi siapapun yang ia kenal, kali saja ada satu-dua orang yang melihat keberadaan Saku dan Dean.

"Yas, gimana? Ibunya Dean udah lo hubungin? Kali aja anaknya pulang ke rumah," tanya Sean yang membuat Yasha mengalihkan pandangan dari ponselnya.

Kepala Yasha menggeleng lemah. "Ibunya juga nggak bisa dihubungin, Bang. Lagian gue nggak yakin Dean pulang ke rumahnya, tau sendiri gimana ibunya," ucap Yasha.

Setelah itu semua terdiam, memikirkan bagaimana keadaan Saku dan Dean saat ini. Mereka berharap semua akan baik-baik saja dan tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.

Semua sibuk dengan ponselnya, berharap mendapat kabar dari dua orang itu. Tapi Sean menegak saat seseorang meletakkan kepalanya di bahunya, hawa panas serasa menembus bajunya. Ia menoleh terkejut, wajahnya jelas menunjukkan ekspresi cemas.

"Rey, badanmu panas banget," ucapnya yang membuat Reza dan Yasha kompak menoleh.

Rey sendiri hanya bergumam, ia memposisikan kepala, mencari tempat nyaman di bahu Sean. Reza mendekat, menyentuh kening Rey dengan punggung tangannya.

"Anjir, panas banget!" kagetnya sambil menarik kembali tangannya. Ia jadi menatap Rey dengan khawatir.

Yasha menepuk dahinya sendiri. "Paboya! Rey tadi sempet kehujanan, tau sediri kalau tuh anak nggak bisa kena hujan! Yajelas langsung demam," ucap Yasha, meruntuki kebodohannya sendiri. Mereka tahu kalau Rey tidak bisa terkena hujan, tapi tadi ia membiarkan Rey ikut.

Lagi-lagi Sean harus menghela napasnya. Hari ini sangat melelahkan ternyata. Ia mengusap pelan kepala Rey. "Rey, pindah ke kamar ya. Istirahat," pintahnya.

Rey menggelengkan kepala meskipun matanya tertutup. "Mau nunggu Saku sama Bang Dean," gumamnya lirih.

Mendengar itu Yasha berdecak. "Nggak usah ngeyel jadi orang. Pindah ke kamar, nanti gue bawain makan sama obat baru tidur," omelnya yang lagi-lagi membuat Rey menggeleng.

"Nurut napa, Cil! Atau mau gue seret ke kamar?!" ancam Reza yang mampu membuat Rey membuka matanya. Tanpa kata anak itu langsung berdiri dan berjalan menuju ke kamarnya, meskipun agak sedikit sempoyongan.

Sean yang melihat itu ikut berdiri, hendak mengikuti Rey, takut jika anak itu tiba-tiba jatuh. Tapi langkahnya dihentikan oleh perkataan Yasha, membuatnya menoleh sejenak.

"Bang, lo di sini aja jaga Rey. Gue sama Reja bakal cari Saku sama Dean lagi. Hujan juga mulai reda," ucap Yasha yang diangguki oleh Reza.

Sean berpikir sejenak dan ikut mengangguk, setuju. "Hati-hati kalian, jalanan licin. Terus kasih kabar," pesannya sebelum ia berlalu ke kamar Rey untuk melihat keadaan anak itu.

Wish's Home 2.0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang