Semua penjelasan di bawah, diambil dari jurnal berikut:
Anisah, N., Padillah, S. P., Barus, P., Sepriandito, R., Rusdi, M., Hasibuan, R. B., & Kustiawan, W. (2022). Psikologi komunikasi. JIKEM: Jurnal Ilmu Komputer, Ekonomi dan Manajemen, 2(1), 1705-1715.
~✨~
Senin pagi, Sean sudah duduk santai di kursi yang biasa dosen gunakan. Di depannya sudah terdapat sebuah laptop yang terhubung ke proyektor, menampilkan powerpoint materi yang akan ia jelaskan hari ini.
"Pagi, Kak Sean."
Dengan membenarkan kacamata yang ia pakai, Sean tersenyum membalas sapaan para adik kelasnya yang satu persatu mulai memasuki kelas.
Kali ini, Sean tidak sedang mengikuti kelas seperti biasa. Namun, ia yang akan mengajar di kelas tersebut guna melaksanakan tugasnya sebagai Asisten Dosen. Ia ditugaskan untuk menggantikan Pak Saiful yang sedang berhalangan menghadiri kelas karena sedang berada di luar kota.
Bukan kali pertama, karena Sean sudah sering melakukannya. Bahkan ia disebut-sebut sebagai Dosen Muda saking seringnya mengisi kelas Pak Saiful. Bukan hal yang mengherankan, karena Pak Saiful sendiri merupakan dosen yang menjabat sebagai Wakil Rektor, jadi beliau sering melewatkan kelasnya, sehingga dilimpahkan ke Sean selaku asistennya.
"Oke, apa bisa dimulai sekarang?" Sean bertanya, karena melihat kelas sudah penuh dan jam sudah menunjukkan waktu dimulainya kelas.
"BISA, KAK SEAN!" Semua menjawab kompak, didominasi oleh suara mahasiswi dengan senyum lebar menghiasi wajah mereka.
Sean menggangguk, ia berdiri dengan tangan yang membawa sebuah remote untuk membantunya memindahkan slide powerpoint. "Sebelumnya, saya Sean, selaku Asisten Dosen dari Pak Saiful yang kebetulan hari ini berhalangan hadir. Mungkin sudah ketiga kalinya saya berada di kelas ini, apa benar begitu?" Sean bertanya, sambil berjalan ke tengah kelas.
"Iya, Kak!" jawab mereka.
"Kalau bisa setiap hari aja gapapa, kok kak. Saya ikhlas lahir dan batin kalau sama Kak Sean mah," celetuk salah satu mahasiswi yang membuat suasana kelas menjadi riuh oleh sorakan.
Sean sendiri hanya bisa tertawa saja, sudah biasa. "Oke oke, berhenti sampai sini. Kita akan mulai memasuki materi," ucap Sean menengahi, membuat suasana kelas kembali tenang.
Sean mulai menekan remote di tangannya, memulai materi. "Psikologi komunikasi. Adakah yang tahu apa itu psikologi dan komunikasi? Apa kaitan kedua hal tersebut?"
"Komunikasi tanpa perasaan itu sakit, Kak!" jawab salah satu mahasiswa. Kelas kembali dibuat riuh dan Sean hanya bisa menggeleng pelan.
"Tidak salah memang, tapi kurang tepat. Ada jawaban lain?" Sean kembali mengambil atensi. "Iya, kamu," pintah Sean saat salah satu mahasiswi mengangkat tangannya.
"Manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan komunikasi dan dalam komunikasi melibatkan psikologi manusia, dimana manusia mempunyai cara masing-masing untuk melakukan komunikasi itu sendiri."
Sean tersenyum, "Good! Secara terminologi, communication is the whole process used to reach other minds."
Tangan Sean kembali menekan remote, slide baru ditampilkan. "Jadi, komunikasi dan psikologi sangat berhubungan erat. Psikologi komunikasi membantu kita dalam berinteraksi dengan orang lain. Longman mendefinisikan communicate sebagai upaya to make opinios, information etc, known or understood by others."
"Kak Sean, kalau terjadi miss-communication dalam sebuah hubungan gimana, Kak? Apa ada kaitannya sama psikologi komunikasi ini? Terus solusinya gimana? Saya butuh solusi kak, dianya nggak peka!" tanya Mahasiswi yang duduk di bangku paling depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wish's Home 2.0
FanfictionNew Era, dimana semua penghuni Wish's Home berada di dunia perkuliahan. Baik dalam segi pertemanan, pembelajaran, dan percintaan (?) Baiklah-Wish's Home bukan lagi tentang harapan yang diusahakan menjadi kenyataan, tapi apakah kenyataan akan mendata...