1. Red Blood

156 6 0
                                    

Siang ini cukup panas. Aku menggunakan jam istirahat untuk membaca buku di kelas. Lalu, terdengar kericuhan dari luar.

"Baiklah, sudah cukup baca bukunya, Alicia. Ayo ke Ruang Kelas Seni sebelum jam istirahat habis!" ujar Yuzi teman baikku dengan sangat bersemangat sampai memukul meja.

"Ada apa memangnya?"

"Sang Bunga Hitam sedang menunggu kita di sana. Aaa, aku tidak sabar untuk melihatnya! Ayo, Alicia!"

"T-tunggu!"

Dia menarik tanganku sebelum aku menutup buku.

Aku tidak tahu kenapa Yuzi begitu histeris, tetapi langkahku mengikutinya begitu saja.

Setibanya di Ruang Kelas Seni, mataku dibuat pecah oleh kerumunan para siswa perempuan yang berdesakan ingin masuk.

Semuanya berteriak histeris seperti Yuzi. Dia bahkan mengangkat tanganku tinggi mengajakku bergabung.

Aku tidak bisa menahannya. Aku lebih suka tempat sepi daripada di keramaian seperti sekarang.

"Di sini berisik sekali. Sebenarnya ada apa?"

"Kau lupa? Bukalah matamu, Alicia! Dia idola seluruh gadis di sekolah. Lihat, sangat tampan dan berkilau, bukan?!" Yuzi menatapku penuh senyum.

'Berkilau?'

Mungkin yang dikatakan Yuzi benar. Samar-samar dari celah kerumunan ini aku bisa melihat seseorang yang sangat berkilau di dalam sana membuatku sedikit terkejut.

'Ah, sekarang aku ingat siapa itu si Bunga Hitam.'

Dia adalah Ruxion, siswa terpopuler di sekolah sekaligus vokalis dari sebuah grup band yang sedang naik daun. Dia memiliki banyak penggemar bahkan Yuzi juga menyukainya.

Laki-laki itu mengklaim Ruang Kelas Seni sebagai miliknya. Karena tingkat popularitas yang tinggi guru pun tidak dapat berbuat banyak.

'Sungguh kekuatan daya tarik yang nyata.'

Namun, aku sama sekali tidak terpikat. Lebih baik kembali ke kelas melanjutkan halaman bukuku.

Tidak penting bagiku melihat sang Bunga Hitam yang sibuk berpose dengan setangkai bunga mawar semerah darah memamerkan parasnya yang rupawan.

"Aku kembali saja."

"Eh, tidak mau melihatnya lebih lama? Mungkin kau bisa jatuh cinta padanya."

Aku hanya tersenyum mendengar teriakan Yuzi karena itu mustahil.

Jam baru pun dimulai. Kelas hampir selesai dan Yuzi tak kunjung kembali. Aku resah dan memutuskan untuk mencarinya.

"Yuzi, kau di mana?!"

Suaraku bergema di koridor yang sepi.

Hampir kujelajahi setiap ruangan tetap tidak menemukan keberadaan Yuzi.

Bel tanda berakhirnya kelas telah berbunyi. Semua orang meninggalkan sekolah.

Kupikir Yuzi melakukan hal yang serupa, tetapi saat aku kembali ke kelas, tas Yuzi masih tergeletak di meja.

"Kenapa dia tidak kembali untuk mengambil tas-nya?"

Kepanikan memenuhi kepalaku. Aku mencarinya lagi sampai langkahku terhenti tepat di depan Ruang Kelas Seni.

Benar, di ruangan ini terakhir kali aku melihatnya.

'Apa Yuzi masih di sana?'

Pintunya tidak tertutup rapat, menampilkan cahaya dalam celah kekosongan.

"Kenapa pintunya terbuka?"

Tiba-tiba hawa dingin menyapu seluruh lantai koridor menembus jantungku.

Kulihat sekeliling, sunyi tidak ada siapapun.

"Yuzi? Kau di dalam?"

Saat kubuka pintu itu lebar, aku mematung melihat Ruxion menekan tubuh Yuzi ke dinding dan menggigit lehernya seperti serigala kelaparan.

"Aaaaaaa!"

Ruxion terkejut. Dia berbalik menatapku dengan mata merah menyala.

Darah segar menghiasi mulutnya. Darah yang sama pun mengalir deras dari leher Yuzi. Seketika Yuzi ambruk tak sadarkan diri, saat itu juga napasnya berhenti.

"Yuziiiiii!"

Tubuhku membeku di tempat. Bola mataku hampir pecah.

Aku tidak percaya dengan apa yang kulihat.

'I-ini tidak mungkin! Yuzi ... dimakan oleh sang Bunga Hitam?! Dia menghisap habis darahnya?!'

Darah itu telah menghiasi wajah rupawan Ruxion.

"Ru-Ruxion?!"

Seluruh tubuhku bergetar memanggil namanya.

Dingin tanpa bayangan kembali menyelimuti seolah berasal dari sosok di depanku. Wajah dinginnya menatapku intens.

"Kau ... membunuh Yuzi?" tanyaku tak bisa mengendalikan suaraku.

"Tidak."

Ruxion menyeringai.

Dia mendekat.

"Aku hanya mengambil nyawanya."

"H-hah?!"

Jantungku semakin berdegup tak terkendali. Ini pertama kalinya aku berbicara dan mendengar suaranya langsung.

Ruxion mendekat, mengancamku dengan langkah demi langkah membuatku mundur menabrak dinding.

Aku lihat sesuatu yang putih nan tajam muncul tersembunyi dalam seringaian itu.

'Taring?!'

"Va-Vampir?!"

Segera ku bekap mulutku.

Ruxion syok sesaat, sebelum tersenyum lebih mengerikan menunjukkan taringnya.

'Ru-Ruxion seorang Vampir?! Dia bukan manusia?!'

"Oh, sudah ketahuan, ya."

Tiba-tiba dia bergerak secepat kilat. Mendadak berada tepat di depan wajahku.

Matanya bertatapan langsung denganku. Dia mendekat ke leherku.

Aku tidak bisa bergerak. Kaki dan seluruh tubuhku terkunci. Kupikir aku akan digigit oleh taring panjang nan tajam itu, ternyata hembusan halus di telinga mendobrak mataku agar terbuka.

"Setelah melihatku seperti ini ... kau tidak akan bisa lari, Kecoa Kecil."

"Hah?!"

Aku ketakutan. Ruxion kembali menatapku dengan netra merahnya.

'Bahaya! Aku harus lari!'

Black Flower'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang