Setelah tertangkap oleh Ruxion, dia mengunci pintu dan marah sepanjang malam. Ternyata aku benar jika dia sangat cerewet.
"Hei, Kecoa Kecil, aku akan mengantarmu ke sekolah."
"Aku bukan kecoa! Namaku Alicia!"
Pagi-pagi sekali sudah mengajakku bertengkar. Dia memaksaku untuk masuk ke mobilnya.
Hitam yang sangat pekat. Aku tidak tahu jika dia memiliki mobil. Mungkin hanya untuk formalitas karena bagaimanapun juga dia penyanyi terkenal dalam musik band.
"Ck, cepat masuk!"
Wajahnya yang tersenyum sombong di samping pintu mobil membuatku muak. Aku ingin menendangnya.
"Mengantarku? Memangnya kau tidak masuk?"
"Aku ada pekerjaan. Wawancara di depan banyak media yang mencariku sepanjang jalan membuatku sakit kepala." memukul dadanya bangga.
'Vampir juga bisa sakit kepala?'
Seharusnya aku yang pusing, bukan dia.
"Cepatlah, ayo berangkat!" dalam sekejap dahinya sudah berkerut.
Tapi sebelum kakiku menapaki mobil, Ruxion menahan di wajahku dengan senyum ancaman yang membuatku mendelik mengetatkan rahang.
"Ingat baik-baik, Kecoa Kecil. Jangan sekalipun lidahmu berkata mengenai Vampir, jika identitas ku terbongkar sedikit saja, aku akan menggantung tubuhmu di gerbang, kepalamu di sekolah, dan kakimu di rumahmu yang terbakar." bisik Ruxion menggema ke gendang telinga.
"Aaaaaa!"
Kututup telinga berteriak sekeras-kerasnya dan Ruxion tertawa kecil sembari menjauh dariku.
"Payah sekali! Aku bisa saja membunuhmu sekarang juga kalau aku mau, dasar pengecut. Sudahlah ayo berangkat." Ruxion duduk di kursi kemudi lebih dulu.
Pukul enam dini hari dia memberiku serangan jantung.
'Ya Tuhan, tolong keluarkan aku dari cengkeraman makhluk ini.'
Cuaca berubah seiring jam bertambah. Kurasa pagi tadi masih mendung dan sekarang di jam istirahat sudah sepanas di gurun yang gersang.
Namun, aku senang dan bisa bernapas lega.
"Huft, akhirnya aku merasakan kehidupan normalku kembali." aku memeluk meja.
Bangku sekolah, orang-orang biasa yang normal, saling bercengkerama, berisik dan ramai di mana-mana, semuanya hidup dan aku tersenyum senang.
"Biasanya aku akan mencari tempat sepi dan menjauh dari keramaian, tetapi sekarang hatiku tentram dengan keributan ini."
Sayangnya teman sebangkuku hilang. Pagi tadi aku tidak menemukan raganya.
'Yuzi, maafkan aku. Aku terlambat mencarimu dan tidak bisa menyelamatkanmu.'
Aku sedih dari lubuk hatiku yang paling dalam. Air mata ini bisa saja menetes, tetapi aku tidak ingin teman-teman sekelasku mengetahuinya. Aku hanya bisa menunggu sampai berita kematiannya tersebar.
Sebelum jam istirahat selesai, aku menuju perpustakaan untuk menghilangkan stres.
Tekanan hatiku terlalu berat. Kemarin aku merasa sudah hampir mendekati pintu kematian. Karena itu aku ingin membaca buku sebentar.
Setelah menjelajah mataku menangkap sesuatu.
"Hmm, astronomi? Pengetahuan mengenai benda-benda langit, fenomena alam semesta dan luar angkasa? Kurasa aku belum pernah mempelajarinya."
Rak yang sudah usang, berada di paling pojok belakang, dan saat kuambil buku itu jari-jariku langsung terbungkus debu.
'Buku-buku ini sangat berdebu. Bagian astronomi dan astrologi, tentu saja jarang ada yang menyentuhnya.'
Bicara soal astrologi, apa makhluk seperti Vampir juga dipercaya sebagai takhayul bagi sebagian orang?
Sebenarnya aku juga tidak tertarik di bidang ini, tetapi aku ingin membaca buku yang belum pernah kujarah sebelumnya.
Seperti kata pepatah, ilmu adalah senjata.
Pada akhirnya aku meminjamnya.
Di perjalanan kembali ke kelas, aku merasa ada yang membayangi punggungku. Seseorang mengikuti aku.
'Siapa? Siapa yang di belakangku? Hawanya dingin sekali.' batinku sedikit takut.
"Alicia, kenapa kau lari dariku?"
Lalu, suara sendu dari seseorang yang selalu kupikirkan muncul mengehentikan detak jantungku sejenak.
'Tidak mungkin!'
Aku langsung berbalik badan.
"Yuzi?! Kau masih hidup?!"
Aku terbelalak kaget. Yuzi benar-benar berdiri di hadapanku.
"Seperti yang kau lihat." ujarnya tersenyum ceria seperti biasa.
"Syukurlah! Kupikir kau ..."
Mataku memicing hampir hilang kendali karena terlalu senang.
'Taring?'
Tapi aku melihat sesuatu dari senyuman itu.
"Peluk aku, Alicia. Aku kedinginan." Yuzi melangkah maju sambil merentangkan tangan.
"Tidak!" Aku menggeleng dan mundur.
"Alicia?!" Yuzi kebingungan.
Tanganku seketika gemetar menunjuk bibirnya.
"Kau ... kau berubah menjadi Vampir?!"
Tatapan Yuzi menjadi dingin dan dia tersenyum miring. Langkahnya dipercepat seolah ingin menangkap ku.
"Aaaaa! Yuzi, jangan membuatku takut!"
Aku segera berlari kembali ke kelas dan benar Yuzi mengejarku tanpa ampun.
Napasku terengah di setiap koridor. Mengapa kelas terasa jauh saat situasi sedang panik.
'Mustahil! Bagaimana Yuzi bisa berubah menjadi Vampir? Dia ... apa dia hidup kembali setelah digigit Vampir?'
Aku terus berlari hingga tanpa disengaja aku menabrak dada seseorang cukup keras.
"Arghh!"
Orang itu memekik pelan dan menegakkan tubuhku dengan mencengkeram kedua pundakku bingung.
"Kenapa kau berkeringat dingin? Apa kau akan memberikan darahmu padaku?"
'Ruxion?!'
Aku langsung mendongak.
"Ruxion, Yuzi hidup kembali! Dia menjadi Vampir!" aduku ketakutan.
"Apa?!"
"Aku tidak bohong. Dia mengejarku dan ingin menggigitku!"
Ruxion menatap hadapan dan dia juga terkejut melihat Yuzi yang semakin mendekat.
Tiba-tiba Ruxion menarikku ke belakang punggungnya tanpa melepaskan cengkeramannya dari lenganku.
"Tetaplah bersamaku."
Hatiku tak tenang. Jantungku terus bergejolak. Ruxion memasang wajah serius membuat dadaku semakin rusak.
"Memang benar aku mencium aromanya. Dia datang."
"Hah?"
Aku tidak tahu apa yang Ruxion gumamkan. Namun, tatapannya begitu mencerminkan keseriusan yang mendalam.
'Siapa?'
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Flower's
VampirTerjerat dalam cinta kegelapan dunia Vampir. Alicia Fexiber : "I told you to run! It's not a safe world anymore. Vampires will bite your life."