"Jangan meminum darah manusia lagi. Kau membuatku malu dengan perbuatanmu." Rui menaikkan kacamatanya.
"Benar, Ruxion. Kita hanya boleh meminum darah hewan." Vampir tak berdaya itu mencoba meraih wajahku.
"Dan hewan ini hangat sekali. Aku ingin meminumnya."
"A-aku bukan hewan." ku tepis tangannya kasar sebelum berhasil menggapai pipiku.
"Diam, Rafael! Dia milikku!"
Aku terkejut mendengar suara keras Ruxion.
"Eh? Ruxion?"
Dia mengetatkan giginya.
"Sejak kapan kau kembali?"
Aku tidak tahu kapan dia datang, tiba-tiba sudah berdiri di samping Rui.
"Sejak kapan? Tentu saja sejak aku mencium bau busuk mereka." menunjuk Rui dan Rafael bergantian.
'Oh, jadi yang menggigitku tadi bernama Rafael.'
"Jangan pelit begitu. Ruxion, kita harus saling berbagi satu sama lain. Kan, Rui?" Rafael kembali tersenyum dan mencoba meraihku.
"Hentikan!" tapi teriakan Rui menghentikannya.
"Siapa namamu?" tanya Rui sambil menatapku membuat aku kelagapan.
"A-Alicia Fexiber."
Rui pun menghela napasnya dalam.
"Aku minta maaf atas nama Ruxion. Ini alamat apartemen yang dekat dengan sekolahmu. Tinggallah di sana sebagai ganti rugi rumahmu yang telah dihancurkan Ruxion." tanpa tanggung-tanggung melirik Ruxion sebagai tersangka.
'Apa?! Bagaimana dia mengetahuinya?'
"Ti-tidak perlu repot-repot." aku tersenyum kaku, tanganku menolak seiring degupan jantungku bertambah.
Lalu, diam menghalangi, waktu seolah berhenti.
Kupandangi mereka bertiga satu-persatu tepat di saat mereka menatap ku."Siapa kalian sebenarnya?"
"Mereka sepupuku. Terkadang mereka tinggal di sini. Menyebalkan sekali!"
Ruxion berdecak, menggaruk kepala belakangnya, dan melipat tangan di dada.
"Ya, dan mulai hari ini aku akan tinggal di sini selamanya asalkan kau ada di sini, Alicia." suara mendayu Rafael menimpali.
'Sepupu?'
Tanganku refleks menyentuh dada. Kebenaran mereka sebagai saudara semakin mengundang adrenalin. Ini seperti yang kupikirkan.
"Dia Rui yang memimpin keluarga kami. Dia si bungsu Rafael yang tidak berguna. Setiap hari hanya memberi makan ternak dan meminum darahnya."
Dadaku bergemuruh.
Ternyata Ruxion menangkap kebingungan di wajahku dan kemudian menjelaskannya satu per satu sambil menunjuk mereka bergantian.
"Kalian semua ... Vampir?"
Seketika mata mereka memerah sepekat darah dengan ekspresi yang berbeda-beda.
'Vibrasi apa ini?'
Bayangan mereka membayangiku dalam bahaya hingga kegelapan merenggut dan aku pun terjatuh.
"Ahh, kau membuatnya pingsan. Ruxion memang selalu menakutkan." Rafael cemberut kecewa.
"Dasar Kecoa Kecil bodoh! Jangan pingsan hanya karena melihat siapa kami yang sebenarnya, bodoh."
Ruxion menahan suaranya, bahkan dahinya berkerut. Sedangkan Rui menaikkan ujung kacamatanya lagi.
"Kenapa manusia ini menolak apartemen yang kuberikan. Bukankah semua manusia menyukai harta?" dia ragu.
Aku memang jatuh, tapi kesadaran ku belum sepenuhnya menghilang dan aku masih bisa mendengar semua yang mereka katakan.
~~~
Ketika aku tersadar, aku berada di atas ranjang. Hari sudah malam dan aku masih memakai seragam yang sama.
Kulihat jendela yang tirainya terbuka tertiup angin. Aku ingin mengikat tirainya, tetapi saat kulihat dunia luar dari jendela, mataku terbuka lebar, aku bahkan tidak bisa melihat langit berbintang.
Meskipun begitu angin masih berhembus sejuk menerpa wajahku.
"Ternyata tidak jadi hujan."
Kemungkinan mendung akan menyelimuti sepanjang malam.
Aku termenung memegang kedua tali tirai membiarkan angin membelai rambutku sampai aku merasakan kembali bekas taring yang menancap di leherku terasa dingin.
"Ini bukan mimpi." keningku berkerut.
'Aku juga masih berada di rumah Ruxion.'
Kuhela napasku panjang menatap luar jendela.
"Aku tidak tahu ada berapa banyak lagi Vampir di dunia ini, tetapi aku tidak bisa lari. Aku telah terjebak ke dalam jeratan sang Bunga Hitam."
Bayangan Ruxion muncul di kepala. Seketika angin berhembus semakin kencang sampai aku memejamkan mata.
"Kupikir ... aku tidak akan dibunuh. Ruxion membawaku ke sini pasti ingin memonopoli darahku, jika tidak, dia tidak akan memaksa dengan cara membakar rumahku. Hanya itu yang bisa kusimpulkan sekarang."
Mataku terbuka, "Aku mungkin lemah, tapi aku tidak bodoh."
Akan kucari tahu sendiri seperti apa jalan keluarnya.
Selagi hari masih malam, mungkin menjadi kesempatan bagus untuk mempelajari seluk-beluk rumah ini, supaya lebih mudah untuk melarikan diri.
Beruntung pintu tidak dikunci. Baru saja keluar dari pintu aku sudah hampir melayang jika saja tidak menghalang dadaku dengan kedua tangan.
'Astaga, anginnya jauh lebih kencang dari waktu di jendela.'
Setiap langkah, dinding-dinding yang kuraba terasa begitu tebal.
Kukelilingi dari depan hingga belakang, tidak ada pintu lain selain pintu utama dan pintu belakang.
Di setiap dindingnya juga ada jendela yang tertutup, mungkin itu milik dari banyaknya kamar di lantai bawah. Sayangnya aku tidak bisa melihat bagian luar lantai dua dari luar. Mungkin nanti akan kujelajahi lagi di bagian dalam.
Langkah dingin di atas suasana menyeramkan ini berhenti di sebuah gerbang.
Sedari tadi gerbang besi ini menarik perhatianku. Sayang sekali dikunci rapat dengan rantai. Aku juga tidak bisa memanjat, gerbang ini memiliki tinggi sepuluh kaki.
'Tunggu! Apa itu? Sebuah ukiran? Ada sesuatu yang tertulis di bagian atas gerbangnya. Tapi aku tidak bisa melihatnya dengan jelas.'
Meskipun berjinjit berulang kali, tetap saja gelap.
Kemudian, petir menyambar di beberapa bagian membentuk kilatan cahaya yang membuka mataku menjadi lebih lebar.
"Black Flower's?"
Kilat pun menyambar lagi tepat di atas kepalaku. Aku bisa membacanya.
"Rumah ini ... bernama Black Flower's. Bukankah itu julukan untuk Ruxion?"
Aku terpaku di tempat sebelum suara seseorang yang kukenal lebih bergema daripada kilatan kecil yang mulai merajalela di langit datang.
"Hei, kau! Mau melarikan diri?"
Aku berbalik badan dan orang itu sudah melipat tangan marah.
"Ruxion?!"
'Oh, gawat! Kenapa aku lupa kalau Vampir itu makhluk malam? Tentu saja dia akan berkeliaran di malam hari. Alicia, kau bodoh sekali! Kau tertangkap lagi!'
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Flower's
VampireTerjerat dalam cinta kegelapan dunia Vampir. Alicia Fexiber : "I told you to run! It's not a safe world anymore. Vampires will bite your life."