28. Naik Pembaruan, Pedang Tulang Menembus Satu Tingkat

14 0 0
                                    

Pada akhirnya mereka bertiga membuntutiku. Halte yang dingin menjadi lebih dingin disertai mendung.

"Kenapa hawanya mencekam sekali?"

Itu karena mereka bertiga menyembunyikan keberadaannya dan menatapku dengan tatapan tajam seolah tak melepaskanku barang sedetik pun.

Ku gosok kedua tanganku dingin.

"Hai, Alicia! Haha, kau cepat sekali datangnya."

Aku menoleh kaget Levi berlari dari ujung jalan menghampiriku.

Oh, tidak detak jantungku serasa berhenti berdetak. Wajahnya sama persis. Dia tidak mungkin Vampir kemarin malam bukan.

Perasaanku semakin mengganjal.

"Ahaha, aku terlalu bersemangat. Kau baru pulang?"

Levi duduk dengan riang di sebelahku dan langsung membuka tas-nya.

"Ya, begitulah. Syukurlah kau baik-baik saja. Tadinya kupikir akan bahaya gadis polos sepertimu datang sendirian malam-malam begini di pinggir kota. Tapi kurasa itu wajar untuk ... ini dia! Serum ajaib! Aku susah payah merayu guru."

Dengan aura penuh senyum dan ikhlas membantu, Levi memberikan sebotol serum penguat tulang itu padaku.

Mataku bergetar menatap ketulusan yang menyeruak begitu jelas.

'Padahal dia sudah susah payah, kenapa aku masih ragu padanya? Kenapa aku tidak bisa mempercayainya? Dia sangat baik. Dia manusia, punya darah, jiwa, dan hati seperti manusia biasa. Dia bukan seorang Vampir.'

Aku mencoba tersenyum sewajar mungkin kemudian mengambil mutiara itu dari tas.

"Eee, aku juga sudah menemukan serpihan debu emas. Lihatlah!"

Mata Levi melebar bersiratkan kilauan emas.

"Woah, kau bercanda? I-ini ... ini bubuk emas kau dapat dari mana? Apa aku buta?"

Aku terkekeh, "Tidak, kau tidak salah lihat. Dongeng mustahil itu telah nyata sekarang. Bagaimana kalau kita bawa serummu dan serpihan debu emas ini pada ayahmu? Aku juga membawa tulangku."

Levi menatapku dan mutiara itu bergantian seperti orang linglung. Lalu, mengangguk cepat dan mengemasi barangnya.

"A-ayo tunggu apa lagi. Wah, aku masih tidak percaya. Ini ... ini gila! Kalau pemerintah sampai tau kau pasti akan jadi buronan sampai ke ujung dunia. Kita harus menyembunyikan ini. Di mana kah menemukannya? Hanya dalam waktu semalam? Kau berkeliaran di alam fantasi apa?"

Ekspresi Levi justru nampak ketakutan. Aku tersenyum di balik kewaspadaanku yang tak menentu.

'Dari reaksinya dia bukan pemimpin Vampir kelas tengah. Kuharap mereka memang orang yang berbeda. Tapi kenapa sangat mirip?'

Kami menemui pandai besi ayahnya Levi. Responnya jauh lebih parah dari Levi, tetapi akhirnya dia bersedia menempa pedangku dengan kedua benda itu.

Mendung semakin menutup aula bebatuan langit. Tidak satu pun bintang yang terlihat. Cahaya bulan tidak memiliki sedikit celah untuk menunjukkan diri.

Aku ketakutan di ruang tamu yang terbuka meskipun Levi terus mengoceh padaku.

Pandanganku justru selalu mencuri ke luar, mencari-cari apakah Ruxion, Rui, dan Rafael ada di sini atau tidak.

'Di mana mereka bersembunyi? Pasti mereka mengikutiku sampai ke sini. Tidak mengambil tindakan? Berarti Levi benar-benar manusia, 'kan?'

Ada sedikit sirat tenang di hatiku. Semoga saja itu benar.

Black Flower'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang