24. Reuni Kecil di Halte dan Kepungan Vampir Kelas Tengah

25 1 0
                                    

Mengapa hanya ditanya demikian jantungku berdebar kencang. Aku tidak ingin berbohong dan berkata tidak percaya, tetapi jauh dalam hatiku percaya.

'Dia pasti juga tidak akan percaya jika Vampir itu ada. Dan aku terjebak bersama mereka sekarang.'

"E-entahlah, aku hanya memperkuat tulang ini."

Levi terlihat ragu bahkan menelisik wajahku.

"Huft, baiklah, bagaimana kalau kuantar pulang? Nanti akan kucarikan serum penguat tulang seperti serum penguat rambut di laboratorium, hahaha. Kau ini ada-ada saja."

"Eee, tidak perlu, terima kasih, aku bisa sendiri."

"Jangan menolakku, Alicia. Kita teman, 'kan?"

Dia tersenyum manis. Aku tidak bisa menolak sifat lembutnya itu.

"Masalahnya ... aku harus pergi ke tempat lain. Takutnya hanya akan merepotkanmu."

"Oh, begitu. Sayang sekali."

Dia sedih lagi. Terpaksa aku berbohong.

"Ta-tapi kita bisa bertukar kontak." kukeluarkan Handphone mencoba menghiburnya.

"Benar! Aku akan menghubungimu saat mendapatkan serumnya."

Levi segera mencatat nomorku di ponselnya.

'Syukurlah dia kembali ceria.'

Saat bus datang, terpaksa kami harus berpisah. Ini saatnya untuk pulang ke Black Flower's.

~~~

Baru kubilang waktu berjalan lambat, sekarang begitu cepat. Matahari sudah terbendung mendung setelah kuturun dari bus. Mungkin akan hujan lagi malam ini.

"Aku harus cepat."

Suasana berubah aneh dalam sekejap. Jalanan yang ramai mendadak sepi, tidak ada satu pun manusia yang melintas, layaknya tiada kehidupan.

Debu-debu tersapu angin sejuk karena mendung. Kakiku menjadi kotor, namun udara yang kuhirup jauh lebih kotor.

'Astaga! Aura mengerikan apa ini?'

Semuanya mati, tetapi waktu tidak berhenti.

Lalu tawa terdengar mengudara membalikkan tubuhku yang waspada.

"Siapa di sana?"

"Percuma saja sok berani. Kau hanyalah manusia."

Seseorang berpakaian hitam berambut panjang dengan mata menyala datang dari balik gedung.

"Vampir?"

Aku sudah menyadarinya sejak hawa ini berubah.

"Ohh? Suaramu bergetar, Sayang. Oh, tidak, maksudku Darah Murni yang terhormat."

Satu lagi datang dari arah berlawanan dengan tawa menggelegar.

Aku dikepung oleh dua Vampir. Tidak, tetapi tiga, empat, dan lima. Satu per satu dari mereka muncul dari gedung yang berbeda. Semuanya berpakaian hitam, tanpa menyembunyikan sorotan haus darah dan taring yang tajam, juga salah satu dari mereka perempuan.

"Kalian mengenalku rupanya."

'Tidak, meskipun suaraku gemetar aku tidak boleh gentar. Aku harus bisa melawannya. Ini kesempatanku.'

Hampir kuusap cincin di tangan, tetapi ini adalah kesempatan untuk menunjukkan keberanianku. Jika tidak melawan sekarang, bagaimana dengan nanti di gerhana bulan.

"Wow, makanan lezat. Tidak mencoba melarikan diri?"

Perempuan itu menyeringai sebelum pandangannya jatuh pada bungkusan kain yang kupegang. Mendadak taringnya terlihat lebih jelas.

Black Flower'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang