21. Derita Ruxion, Panasnya Malam, dan Kisah Pemberontakan Masa Lalu

37 1 0
                                    

Ini sulit hampir membunuh adrenalinku. Aku berada di belakangnya dan Ruxion hanya duduk di kursi kayu melamun bersangga kepala menatap langit.

Kurasa itu bukan langit, tetapi bulan.

"Eee, maaf untuk tadi. Aku tidak bermaksud melangkah terlalu dekat."

Dia pasti sudah tahu jika aku berdiri lama di sana, tetapi mendiamkanku.

"W-wah, kudengar kau yang menanam semua ini. Kupikir kau menyukai bunga mawar."

Kuberanikan untuk mendekat. Kurasa dia tidak terganggu.

"Mawar-mawar itu ditanam oleh ibuku."

Mataku melebar.

'Apa dia mulai terbuka lagi padaku?'

"Aku mendengar pembicaraanmu dengan mereka. Kita akan berperang saat gerhana bulan."

'Dan tibalah waktunya.'

Setidaknya dia tidak marah lagi.

"Hmm, kau tidak apa-apa?" aku mencoba lebih dekat lagi dan dia melirikku.

'Hah!'

Aku refleks mundur tapi Ruxion menggapai lenganku dan menarikku hingga jatuh ke pangkuannya.

"Astaga! Ruxion, apa yang ..."

"Ssstttt! Diam."

Ruxion menyuruhku diam dengan telunjuknya dan aku pun diam.

'Apa-apaan ini? Kenapa aku duduk di pangkuannya?!'

Wajahku memerah dan dia dengan santainya kembali bersangga kepala.

"Ratusan tahun lalu, Amari menyerang dengan tiga puluh ribu pemberontak dan pertahanan kami runtuh. Saat kami berada di ambang kekacauan, Eve muncul berada di pihak kami menyebabkan pemberontakan semakin besar. Kekuatan Amari pun bertambah. Akibatnya Eve ikut diburu dan ayahku berhasil ditahan. Saat itulah segalanya terjadi. Tahta pemimpin para Vampir jatuh ke tangan Amari dan Eve lenyap beserta kutukannya. Bangsa Vampir pun terpecah-belah. Hanya ramalan Eve yang masih berdengung membuat kami bertahan, berharap suatu saat nanti Eve benar-benar bereinkarnasi. Jika kekuatannya kembali bangkit, bangsa Vampir akan menuju kejayaannya kembali. Namun..."

Ruxion bercerita lirih. Aku bisa mendengarnya jelas dengan jarak sedekat ini.

"Tidak semua mempercayaiku."

Aku tidak bisa bergerak, tetapi jantungku berdegup kencang.

"Setelah Amari mengambil alih kekuasaan, seluruh Vampir mengikutinya. Hanya dua bodoh itu yang masih bertahan di sisiku."

'Rui dan Rafael?'

Tidak heran karena mereka bersepupu.

"Berkali-kali aku melawan Amari, tetapi selalu gagal. Akibatnya hanya membawa luka. Rui kehilangan separuh kekuatannya sehingga denyut nadinya melemah. Itu karena Amari menyerang seluruh organ vitalnya. Dia bisa mati kapan saja jika tidak mengonsumsi darah sebanyak mungkin. Itu sebabnya Rafael membuat peternakan. Kami mendapatkan darah melimpah dari sana."

Wajah itu semakin lama semakin redup.

'Ternyata selama ini mereka saling bergantung satu sama lain.'

"Dan Rafael mati di tangan Amari saat Amari hampir membunuhku. Dia menghalangiku dengan tubuhnya dan berakhir. Tapi pamanku, ayah dari Rafael menyalurkan daya hidupnya untuk Rafael sehingga Rafael hidup kembali dan pamanku tiada. Karena itu Rafael seperti mayat hidup. Dia sangat nyaman di peti mati. Bahkan selalu tidur di kuburan ayahnya."

Black Flower'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang