26. Gua Kristal

19 2 2
                                    

Malam semakin gelap dan basah. Permainan lampu masih dimainkan seiring musuh muncul satu per satu.

Kini nasibku yang berada di ujung tanduk.

"Mereka datang untuk balas dendam?" lirihku halus mengingat ke-lima temannya dibunuh Rui.

"Ruxion, serahkan Eve!"

Jumlah mereka sepuluh orang.

"Tidak akan kuberikan Alicia pada siapapun!"

Kami terkepung. Ruxion membuat tangan kami terikat tanpa tali. Meskipun sedang kesal, dia tetap melindungiku.

'Bahaya! Aku seperti gadis yang tidak tau diri. Kenapa jantungmu berdebar, Alicia?'

Gerimis kian merenggut sukma.

Salah satu dari mereka berbadan besar dan memperhatikanku intens di balik Ruxion.

"Jadi kau wujud dari Eve? Ramalan itu benar-benar nyata. Bahkan keluarga kerajaan melindungimu."

Kedua alisku terangkat.

'Dia terdengar lebih masuk akal daripada sebelumnya.'

Jika aku bicara dengannya situasi bisa saja berubah.

"Bergabunglah dengan kami untuk mengembangkan kejayaan bangsa Vampir. Amari bukan orang yang tepat sebagai pemimpin."

Mereka terdiam saling pandang satu sama lain. Kemudian, tertawa hingga tawanya menggelegar memenuhi euforia.

"Bodoh! Kau diam saja!" Ruxion mendesis tajam menatapku membuat nyaliku menciut.

"Aku hanya mencoba bernegosiasi."

Sepertinya tidak berhasil.

"Amari? Dia tidak lebih budak dari kekuasaan. Yang kami inginkan adalah keabadian. Serahkan Darah Murni Eve sekarang juga. Aaarrrrr!"

"Oh? Mau bertarung rupanya." Ruxion menyeringai.

Mereka mulai berkelahi dan saling menyerang sekuat tenaga. Ruxion dikeroyok sepuluh Vampir hanya untuk melindungiku.

'Aku tidak boleh diam saja, tapi apa yang ku bisa. Aku ingin menolong Ruxion.'

Punggungku terasa dingin. Saat ku berbalik salah satu dari mereka langsung menyergap dan menjatuhkanku.

"Mmppphhh! Mmppphhh!"

Aku meronta memanggil Ruxion susah payah sambil menendang dan memukul Vampir itu.

"Aarrr, Darah Murni!"

Telingaku dingin mendengar dia mendesis dari belakang.

"Alicia!"

Ruxion meninju mereka semua dengan sekali pukulan dan terjatuh, tetapi aku dibawa menghilang dan berpindah ke pintu.

'Apa? Teleportasi?'

Ruxion nampak mencariku sesaat. Dia tidak terlihat kebingungan karena bisa merasakan pergerakan darah kami.

Lima kuku tajam sudah siap mencabik leherku membuatku mendongak.

"Tahan, Ruxion! Jika tidak ingin dia mati!"

Tubuhku berkeringat dingin. Kuku-kuku itu sangat tajam, pasti menyakitkan jika menusuk leherku.

"Kami mendapatnya! Ayo pergi, semuanya! Kita tidak ada urusan dengan keluarga kerajaan!"

Mereka bangun dan hendak membawaku pergi.

"Tidak! Lepaskan aku! Ruxion! Kenapa kau diam saja? Tolong aku!"

Aku meronta sekuat tenaga saat dipaksa pergi.

Black Flower'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang