33. Pelarian

17 0 0
                                    

Rui dan Rafael nampak kebingungan.

"Ruxion, tempat apa ini?" Rafael meminta penjelasan.

Rui melihat sekeliling. Mereka tidak menolongku.

"Sepertinya ... kita terbawa masuk lebih jauh."

Dia melirikku.

"Dunia khusus milik Alicia jadi tercemar karena kita."

Mereka terkejut karena bukuku masih bersinar. Saat mereka mendekat cahaya hitam itu pun menghilang dan bukunya tertutup dengan sendirinya.

"Eve ... menolak kami, tapi tetap mengizinkan kami masuk karenamu. Alicia, kau tidak apa-apa?" tanya Rafael sendu.

"Bangunlah, Kecoa Kecil!"

Ruxion mengulurkan tangannya. Aku terlihat lemah sekali. Namun, saat kuterima uluran Ruxion, tubuhku kehilangan keseimbangan.

"Alicia!" Rafael hendak menggendongku, tetapi Ruxion mengambil alih terlebih dahulu.

"Dia sangat rapuh. Kita tidak bisa terus bersembunyi di sini. Bisa-bisa jiwa Eve yang hampir sempurna kembali seperti semula."

Aku masih bisa berbicara sedikit.

"Aku ... tidak apa-apa."

"Ck, diam! Rui, bagaimana kondisi di luar?"

Rui memutar cincinnya dan menunjukkan sisi Black Flower's yang masih dikuasai banyak Vampir.

Aku terkejut.

"Sebanyak itu ... menyerbu rumahmu. Ini bahaya!"

"Peternakanku sudah tidak terbentuk lagi. Sepertinya hampir roboh. Sementara kita tidak punya cadangan darah yang lebih. Hanya ini yang tersisa."

Rafael juga memutar cincinnya dan nampaklah bayangan peti mati yang penuh dengan botol darah.

"Apa?"

'Jadi selama ini ... kalian menyimpan darah sebanyak itu untuk stok makanan. Menyeramkan!'

Napasku semakin tak dapat ditahan lagi.

Rui memegang pedang tulangku, seketika mengayunkannya tegas.

"Di sana! Di rumah manusia bernama Levi. Kita harus berlindung di sana."

Rafael dan Ruxion langsung menyalakan matanya tanda bertanya sekaligus tidak suka.

"Jika kemungkinan Levi memang Vampir kelas tengah, kita bisa menyamarkan kehadiran kita selama berada di dekatnya. Jika tidak, tempat itu cukup jauh untuk kita bersembunyi. Sementara itu biarkan Alicia di sini. Biarkan dia menstabilkan dunianya antara Alicia dengan Eve sampai ruang ini kembali suci. Itu satu-satunya jalan yang kupunya."

Rafael menatapku sedih bahkan membelai pipiku.

"Itu benar, Ruxion. Ayo tinggalkan Alicia sebentar di sini. Kita bawa saja pembatas bukunya supaya tau perkembangan Alicia. Ini juga menguntungkan untuk mengungkap identitas Levi. Dia manusia atau Vampir."

Ruxion mengangguk, tidak ada pilihan lain.

"Alicia, cepatlah pulih. Kami tunggu di perbatasan kota."

Aku ditinggalkan di tepi sungai. Pembatas buku pun dibawa, hanya meninggalkan pedang tulang dan buku astronomi bersamaku.

Setelah itu mereka menghilang melalui lingkaran formasi yang menyambung dengan pembatas buku.

Perlahan telingaku mulai berfungsi normal. Deru aliran air terdengar jelas dan pandanganku pun mulai tajam.

Kabut hitam yang menyelimuti dunia kecil ini kian memudar dan semuanya menjadi terang.

Mataku silau, meski tangan mengahalangi sinar matahari di dahiku tetap cahayanya menembus sampai ke jantung.

Aku juga bisa bangkit dengan mudah.

Kulihat diriku sendiri di pantulan air sungai yang berubah sangat jernih.

"Sepertinya memang hanya aku yang berhak berada di tempat ini."

Aku merasa sedih karena Ruxion dan yang lainnya seolah tidak diterima di sini.

'Tunggu, ini pertama kalinya langit ruang dan waktu cerah.'

"Aku tidak boleh membuang-buang waktu."

Selagi mereka berlindung di rumah Levi, aku harus menenangkan diri. Mungkin Eve akan menunjukkan caranya padaku.

~~~

Di rumah si pandai besi, Levi terkejut dengan kedatangan ketiga Vampir itu.

Di halaman rumahnya mereka disambut dengan jas laboratorium putih dengan darah-darah hewan sebagai bahan percobaan penelitiannya.

Mereka langsung meningkatkan adrenalin dan rasa lapar akan darah.

"O-oh, kalian ... kalian datang? Bukankah kalian yang membawa Alicia waktu itu?"

Pertanyaan heran, tetapi raut yang agak sedih.

Namun, Ruxion hampir kehilangan kendali dan hampir menunjukkan taringnya. Beruntung Rui dengan cepat mengatasi diri dan memegang pundak Ruxion dan Rafael sehingga mereka ikut tenang.

Dengan cerdas Rui tersenyum dan memberi salam.

"Maaf jika kedatangan kami mengganggu waktumu, teman Alicia."

"Oh, tidak-tidak, haha, silahkan masuk. Kalian pasti lelah, ayo masuk-masuk."

Levi segera meninggalkan pekerjaannya dan menyambut mereka. Namun, di sarung tangannya ada noda darah, Rui langsung menjauh saat Levi ingin berjabat tangan dengannya.

"A-ah, maaf-maaf, ini hanya penelitian kecilku. Kuharap kalian tidak jijik ataupun phobia dengan darah." senyumnya jahil.

Rui segera tersenyum kembali. Dia menyuruh Ruxion dan Rafael masuk terlebih dahulu, sedangkan dia mendekati bahan-bahan itu sambil sekuat tenaga menahan diri dari sosok darah supaya Levi merasa lebih akrab bersama mereka.

"Kau sangat berbakat. Kalau boleh tau apa yang sedang kau buat?"

"Yah, hanya sedikit pekerjaan bau. Sebentar lagi projek penelitianku selesai, tapi serumku belum berhasil juga." Levi mengendikkan bahunya.

Kacamata Rui sedikit melorot. Dia mengamati sampel darah-darah itu.

"Kucing hutan, tikus liar, anjing peliharaan dan kelinci ternak. Semua hewan ini ... kau sendiri yang mengambil darahnya?"

Levi tersenyum lebar, "Haha, aku hanya main-main."

Menggaruk kepala dan membereskan barang-barangnya.

"Ngomong-ngomong di mana Alicia? Kalian datang sendiri?" melirik Rui tanpa memudarkan senyum.

"Ehm, dia sedang istirahat di rumah. Kami ke sini untuk membeli beberapa pisau. Kualitas pekerjaan ayahmu sangat bagus. Bahkan lebih baik dari pasaran di kota."

"Ahaha, kalian bisa saja. Tapi ayahku memang yang terbaik soal menimpa besi." Levi tertawa puas.

Dia sudah mengemas semuanya ke dalam tas.

"Ayo masuk! Ayahku masih pergi membeli barang, sebentar lagi pasti pulang."

Duduk di ruang tamu Levi untuk ke dua kalinya, sorotan mereka langsung memudar setelah darah-darah itu disembunyikan.

Rafael mendengkus lega, "Astaga, dia sangat berbahaya. Beruntung sudah hilang."

Lain dengan tatapan Rui dan Ruxion, mereka jauh lebih curiga dari sebelumnya.

"Dia tidak peduli sama sekali dengan darah," kata Rui.

Ruxion menghirup napas dalam-dalam.

"Semoga Alicia cepat pulih kembali."

Black Flower'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang