Secepat kilat serangan datang dari depan, tetapi tidak bisa menembus ku. Amari diam saja, lantas serangan itu dari siapa.
"Alicia..."
Dadaku berdetak dua kali lipat mendengar suara itu.
"Levi..."
'Dia kah yang menyerang ku. Dia ingin aku mati?'
Jiwanya dari dulu memang berpihak pada Amari. Lalu, dia muncul di samping Amari membuat kedua mataku membesar.
'Pemandangan apa ini?'
Mereka saling melempar senyum. Dia tidak takut lagi padaku. Apakah bersama Amari membuatnya merasa aman.
"Kau merindukan seseorang?"
Amari kembali membuka mulutnya.
Seketika sebuah peti mati datang dan pintunya terbuka terlempar ke sembarang arah. Di bawah sinar rembulan yang sempurna, tubuh cantik berbalut seragam SMA tengah berbaring di dalamnya tanpa nyawa. Dia sedingin malam yang tak memiliki batas akan masa depan. Dia mati.
"Yuzi!"
Sisi diriku sebagai Alicia membuncah. Aku tidak tahan ingin mendekatinya dan membawanya pulang. Jasad temanku diawetkan di sana.
Aku ingin menangis, tapi tidak dalam wujud Eve. Sebisa mungkin ku kontrol diriku menjadi lebih tenang.
"Hahahaha! Ahahahahaha! Kau lemah, Eve! Sejak ratusan tahun silam wujudmu yang sekarang jauh lebih lemah dari waktu kau sekarat. Apakah kutukan dan segelmu benar-benar lepas sepenuhnya? Sayang sekali kalau tidak kau akan mati dan tidak berguna di tanganku, ahahahaha! Dasar manusia rendahan!"
Wajah cantik berlidah tajam. Aku bisa merasakan ancaman maut dari setiap helai rambutnya yang terurai bebas.
"Meskipun kau membawa cahaya, kegelapan ini tidak akan bisa kau kalahkan sendirian. Eve ... Sang Darah Murni ... serahkan darahmu padaku dan menyatulah bersamaku untuk menguasai dunia para Vampir dan manusia! Jadilah Immortal!"
Auranya kian menghitam saat dia berseru. Anehnya ribuan Vampir di belakang Amari semakin menggebu-gebu sudah tidak sabar ingin mengoyak seluruh tubuh ketiga Vampir kerajaan dan juga menguras habis Darah Murni.
"Sepertinya berbicara sudah tidak laku untukmu. Kembalikan tubuh Yuzi."
"Oh, Alicia yang malang. Kau bersekongkol dengan tiga pecundang yang tak bisa menyelamatkan ayahnya sendiri."
Ruxion naik pitam.
"Di mana sang Raja?!"
Tawa Amari hilang mendengar Ruxion berbicara.
"Tutup mulutmu dan berikan sukma itu padaku! Bunga Hitam sialan!" seru Amari lebih marah dari yang tadi.
'Apa? Apa yang dia maksud?!'
Aku berpaling ke Ruxion yang tak mengendurkan kewaspadaan dan ketajamannya sama sekali.
"Sukma adalah roh dari para Raja terdahulu yang hanya diberikan kepada Raja sebagai simbol dan hak atas pemimpin tertinggi bangsa Vampir. Jika Raja telah mati, maka sukmanya diberikan pada Raja berikutnya sehingga mampu menambah kekuatan Raja tersebut dan menjadi Vampir yang paling kuat," jelas Ruxion mengerti isi pikiranku.
'Oh, ternyata begitu. Amari tidak membunuh Raja karena alasan itu. Selama ini Ruxion memegang sukma tersebut? Tidak heran juga karena dia pewaris tahta.'
"Kau mempermainkan kami dengan berpikir sang raja telah tiada, hari ini aku akan pastikan kepalamu yang akan tiada, Amari!"
Seluruh urat Ruxion terlihat, dia akan maju, tetapi beruntung aku memasang tali pengikat padanya supaya dia tidak gegabah.
"Lepaskan aku, Eve!" Ruxion memberontak.
"Dengarkan aku, Ruxion, gerhana belum muncul."
Ruxion menarik diri menunggu sedikit lagi.
"Ahahaha, bahkan kau telah menjadi anjingnya? Keadaan berbalik sekarang? Hahaha, menyenangkan sekali! Mungkin kau merindukan satu orang ini juga."
Amari memunculkan seseorang yang sangat tidak asing bagiku. Ruxion, Rui, dan Rafael juga sampai tersentak.
"Sang pandai besi?!" kata mereka kompak.Benar, dia ayahnya Levi. Berdiri dengan kedua tangan terikat pasrah akan rantai yang bertabur kilauan emas.
Ruxion memicing, "Serpihan debu emas?"
Pandanganku sepenuhnya tertuju pada Levi yang diam saja ayahnya diperlakukan layaknya tahanan.
Dengan kepala tertunduk, wajah tua itu ragu melihatku.
"Paman, sudah kubilang larilah! Dunia ini sudah tidak aman lagi. Mengapa kau tidak lari?"
Pandai besi itu mendongak, "Karena Levi adalah anak angkatku. Dia bersedia menemaniku yang hanya sebatang kara. Aku tidak bisa meninggalkannya, Nak."
Dalam diriku sebagai Alicia sangat terguncang. Karena itu paman ini penasaran dengan pedang tulang, dia telah mengetahui asal-usulnya.
"Bertahun-tahun lamanya. Dia datang ke kehidupan manusia hanya untuk menemuiku, Paman. Dia memanfaatkanmu sebagai tempat tinggal."
Kenyataan yang kukatakan membuat paman itu menangis dan gelak tawa Levi terdengar.
"Bagus, Alicia ... akhirnya kau sadar juga. Selama ini kucari keberadaan reinkarnasi Eve, ternyata takdir bermain sangat buruk. Itu adalah kau temanku sendiri! Aku bodoh karena tidak menyadarinya sejak awal."
Dia menyeringai menunjukkan taringnya.
"Rantai ini diperkuat dengan serpihan debu emas. Kalian tidak akan bisa membebaskanku. Larilah! Larilah yang jauh, Alicia!"
Paman itu memberontak berteriak tak wajar.
"Itu sudah terlambat."
Sringg!
Dalam sekali tebasan mengudara rantai itu putus dan paman pandai besi sudah ada di dalam bekapan Rafael.
"Ha? Hah?! Sejak kapan? Bagaimana kau melakukannya?"
Rafael tersenyum pada paman itu.
"Paman, kau ayah yang baik." bahkan memeluk paman itu membuat ayah angkat Levi sangat heran.
Rafael bergerak lebih cepat dari yang kuduga. Dia langsung menyeret paman itu secepat kilat setelah rantainya lepas.
"Sial! Seraaaaanngggg!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Flower's
VampireTerjerat dalam cinta kegelapan dunia Vampir. Alicia Fexiber : "I told you to run! It's not a safe world anymore. Vampires will bite your life."