bab 17

143 22 2
                                    

Gemericik air hujan turun deras. Angin bertiup menambah sejuk kian terasa. Yechan duduk di samping jendela mengamati alur air yang terjalin karena cipratan hujan. Hawa sejuk tak ia hiraukan.

Yechan masih terpana memperhatikan hujan jg mempermainkan pohon yang terombang ambing karena angin. Kelas tengah kosong meninggalkan yechan sendiri dengan kekosongan nya.

Tidak ada apapun yang sedang yechan pikirkan saat ini. Sudah hampir 2 tahun sejak acara menangis Bombay waktu itu, kini yechan bagai manusia salju yang beku.

Bukan yechan membuka hati menjalin kasih dengan orang lain tapi malah sebaliknya. Yechan seolah menutup rapat akses nya. Sikapnya menjadi sangat dingin. Hingga akhirnya orang yang mengaguminya hanya mampu memandangnya dari kejauhan.

"Gak makan siang?? " tanya yonggi yang tiba-tiba sudah duduk di sebelahnya.

Yechan menoleh sedikit terkejut lalu tersenyum.

"Aku belum lapar. " jawab yechan singkat lalu kembali menatap luar jendela. Yechan begitu asyik memperhatikan rintik hujan yang menari di atas lapangan. Tepat di depan jendela kelasnya menghadap lapangan basket yang cukup luas.

"Pulang sekolah temenin ke mall yuk!! Ada sesuatu yang mau aku beli!! " ajak yonggi

Yechan kembali menoleh

"Lama?? "

"Entahlah. Tergantung!! "

Yechan nampak berpikir.

"Apa kamu sudah ada janji?? " tanya yonggi lagi

"Tidak. Baiklah aku akan menemanimu. Belikan aku sesuatu yang enak ya!! " jawab yechan sambil menunjukkan senyum terbaiknya.

"Apapun maumu!! "

Yechan mengangguk anggukkan kepalanya, mengerti. Ia kembali membawa pandangannya ke arah luar jendela lagi. Yonggi masih menatap yechan. Dalam hatinya ia ikut merasa sakit entah sakit seperti apa yang telah mengubah sahabatnya yang dulu ceria kini menjelma menjadi pengeran es.

Di malam itu yechan hanya menangis sepuasnya namun tak mengatakan apapun. Setelah menangis ia tertidur mungkin karena lelah kebanyakan nangis. Sampai sekarang yonggi tak pernah menanyakan apapun pada yechan. Ia hanya bisa memastikan yechan masih baik-baik saja. Itu cukup.

Yechan sudah tak terlihat bermanja dengan jaehan lagi. Mungkin karena jaehan sudah mulai bekerja di salah satu perusahaan yang lumayan besar. Jadi keduanya sudah sangat jarang terlihat bersama. Bahkan yechan yang dulu ketika berjauhan dengan jaehan akan lebih sering melihat ponselnya kini ponsel yechan seperti sudah kehilangan fungsinya.

Jaehan masih sering bertanya keadaan yechan pada yonggi, bagaimana kesehariannya, bagaimana sekolahnya. Katanya yechan sekarang jarang merespon pesannya.

Yonggi kadang masih bertanya, ada apa dengan kedua saudara ini?? Namun dari mana ia akan dapat jawaban?

Menghela nafas yonggi memilih tidur telungkup di atas meja. Menikmati sisa rehat nya. Membiarkan yechan tenggelam dalam kesendiriannya. Tak ada lagi yang bisa yonggi lakukan.

.

.

.

.

.

.

.

Langit sudah berubah gelap. Penat sudah merayap ke badan. Jaehan melirik jam yang melingkar di tangannya. Sudah menunjukkan pukul 10 malam. Melirik suasana kantornya ternyata sudah sepi tak berpenghuni. Kembali ke meja kerjanya ia mengambil bingkai foto di sudut mejanya. Fotonya dengan adik kesayangan yang katanya sekarang sudah dewasa hingga tak ada waktu lagi untuk sang Hyung. Mengelus perlahan gambar yang masih ia pandangi dengan berbagai pikiran yang berkecamuk.

Setelah selesai berkemas, jaehan berdiri melangkah pulang.

Sampai di depan pacarnya, jaehan melirik rumah depannya. Motor sport merah sudah terparkir di sana. Mungkinkah yechan ada di rumah??
Jaehan memarkirkan mobilnya lalu turun. Berlari ke rumah seberang berniat mengisi sedikit energi yang terkuras beberapa hari ini.

Entah sudah berapa hari jaehan tidak bertemu dengan yechan. Yechan yang sibuk mempersiapkan kelulusannya sedang jaehan yang sibuk dengan lemburan nya.

Jaehan berjalan perlahan masuk ke dalam rumah langsung menuju kamar yechan. Tidak usah bertanya siapa yang membukakan pintu karena jaehan sudah di beri akses sendiri.

Sesampai di kamar yechan jaehan jalan berjinjit melihat seseorang yang sudah bergelung dengan selimut di atas ranjang. Jaehan langsung merebahkan tubuhnya di samping sang pemilik kamar,mendekap sambil menghirup aroma yang tercium dari rambut yechan yang terlihat.

Merasa terusik, yechan menggeliat. Yechan sudah hapal siapa yang melakukan itu padanya. Membuka selimut sebatas kepalanya, melirik sang Hyung yang menyamankan posisinya.

"Hyung baru pulang?? " tanya yechan

"Emmm... " jawab jaehan semakin mengeratkan pelukan

"Kenapa malah kesini? Hyung tidak mandi?? "

"Biarkan sebentar!!! Aku lelah sekali!?? "Jawab jaehan lebih mengusel ke leher yechan. Menghirup aroma banyak-banyak. Sungguh jaehan merindukan aroma ini. Yechan sendiri membiarkannya karena sesungguhnya tempat ternyaman nya adalah di samping jaehan. Sekeras apapun yechan menepis itu tapi nyata nya itulah yang di inginkan hatinya.

Jaehan menutup matanya, menikmati waktu yang sekarang jarang bisa ia rasakan. Yechan jg menutup matanya membiarkan waktu mengalir bagai air. Yechan tak lagi mampu berharap jg tak ingin lagi menolak. Membiarkan yang bisa mungkin terjadi. Yang masih bisa ia nikmati walau sedikit. Kini keduanya terlelap saling menikmati waktu kebersamaan yang sudah jarang mereka lewati.

Keduanya akui, rasa rindu kadang menyisakan rasa sakit dan hanya saling memeluk beginilah yang mampu mengobati segala rasa sakit rasa lelah yang ada.

Matahari bersinar menembus celah horden. Mengusik tidur nyenyak kedua insan yang masih bergelung di atas ranjang. Yechan mulai terbangun merasakan tangan melingkar di atas perutnya. Juga hembusan nafas terasa hangat di ceruk lehernya. Tersadar yechan menarik sudut bibirnya. Menghirup aroma rambut jaehan yang begitu ia rindukan. Sebelah tangannya terulur membelai rambut jaehan. Dalam hati berulang kali mengucap syukur karena jaehan masih seperti dulu. Atau malah sekarang jaehan yang bertingkah manja padanya??

"Kamu sudah bangun yechani?? " tanya jaehan yang terbangun lalu menatap yechan.

"Emm... Pagi Hyung!! " jawab yechan sambil tersenyum.

Jaehan hanya balas dengan senyuman lalu kembali mengeratkan pelukan meletakkan kepalanya di dada yechan. Entah mengapa jaehan begitu merasa nyaman. Sedang yechan jg hanya tersenyum melihat tingkah jaehan, mungkin kah sang Hyung sedang patah hati?? Kenapa hyungnya begitu manja sekarang??

Namun yechan tak mengatakan apapun,

"Kamu ada acara hari ini?? " tanya jaehan tanpa mengangkat kepalanya.

Yechan nampak berpikir.

"Yechani, ini akhir pekan. Bisakah bersama Hyung dulu?? "Jaehan menatap yechan memohon

" memang Hyung mau ku temani kemana?? "Tanya yechan lembut

" kemana saja, tapi Hyung ingin bersamamu. Hyung rindu menghabiskan waktu bersamamu. Kamu sudah tak ada waktu untukku lagi!! "Ucap jaehan sembari menusuk dada yechan menggunakan jari telunjuknya.

Entah mengapa, sikap jaehan yang seperti itu menimbulkan banyak kupu-kupu beterbangan di perut yechan.

"Sebenarnya yang sibuk aku atau Hyung sendiri?? "

"Kamu lah!! " jaehan tak mau mengalah.

Jaehan sungguh tidak sadar, dirinya telah bertingkah manja di hadapan yechan. Melupakan umurnya yang jauh melampaui yechan. Namun nyatanya yechan mampu memberi rasa aman dan nyaman untuk jaehan.

Nyatanya sejauh apa kita pergi, sekeras apa kita menghindar, setinggi apa kita membangun dinding toh rumah  merupakan tempat kita untuk kembali.

.

.

.

.

.

.

tetanggaku tersayangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang