bab 38

31 5 3
                                    

Jaehan segera menoleh ke sumber suara.

Yechan masuk dan berjalan ke arah ranjang. Berdiri di sebelah mamanya yang kini bergeser sedikit memberi ruang agar yechan mendekat ke bunda.

Yechan meraih sebelah tangan bunda yang masih di berada di tangan jaehan.

Jaehan terus melihat ke arah yechan yang tidak melirik nya sama sekali. Wajahnya nampak setenang air. Juga sorot matanya yang kelam. Namun senyum itu tak dapat ia kenali. Yechan begitu pandai menyembunyikan perasaan nya. Ia tidak mudah terbaca. Namun melihatnya seperti ini, sungguh menyakitkan.

"Bunda tenang, ya!! Percaya pada yechan!? Hyung akan segera menikah! Iya kan, Hyung?? " yechan menoleh pada jaehan saat mengajukan pertanyaan terakhir.

Jaehan masih menatap nya. Mencoba menerka tatapan yechan padanya.

Yechan mencoba memberi senyuman pada jaehan. Ia tahu apa yang terjadi. Sewaktu jaehan ke ruangan dokter, dirinya ikut di depan pintu. Dia ikut mendengar apa yang terjadi pada bunda jaehan.

Yechan takut. Sangat takut awalnya.
Bukan menyerah. Ia memutuskan memberi kebahagiaan pada jaehan. Dia tahu, seandainya ia tetap memilih berjuang apa yang terjadi pada bunda??
Ia tidak ingin membawa penyesalan akhirnya. Baik untuknya apa lagi untuk jaehan.

Yechan sudah menyayangi bunda jaehan selayaknya dia menyayangi mamanya. Tidak ada yang berbeda.
Untuk itu, menyakiti keduanya tidak pernah ada dalam rencana hidupnya.

"Hyung!! " ucap yechan lagi karena jaehan terpaku melihat ke arahnya.

"Emmmm... " gumam jaehan namun matanya masih mengawasi yechan.

Yechan tersenyum kembali mendengar jawaban jaehan.

"Bunda dengar kan!!? Jadi bunda harus sehat terus, oke!!? " ucap yechan kembali membawa pandangnya ke bunda jaehan.

Bunda meraih tubuh yechan ke dalam pelukannya. Mengelus surai hitam yang kini memanjang.

"Terimakasih sayang!! Kamu memang anak bunda yang paling terbaik!?? " ucap lembut bunda jaehan terus mengelus surai yechan.

Yechan menelusup kan wajahnya di bahu bunda. Menghiraukan dadanya yang sesak dan berdenyut.

Yechan memalingkan wajah setelah melerai pelukan dari bunda. Menghapus jejak air mata sebelum kembali tersenyum. Namun semua itu tak luput dari penglihatan jaehan.

Jemari jaehan mengepal di samping ranjang sejak tadi. Mata yechan memang tak menghindarinya seperti terakhir kali, namun tetap saja tatapan itu begitu menusuknya.

Tanpa sadar dirinya sudah berjalan meraih lengan yechan membawanya keluar ruangan. Yechan tak melawan ia mengikuti langkah jaehan yang entah membawanya kemana.

Lengannya terasa sakit karena cengkeraman jaehan terlalu kuat. Mungkin akan meninggalkan bekas nantinya. Namun tak ia hiraukan karena sakit di hatinya membuatnya mati rasa.

"Apa maksudmu??!! " tanya jaehan setelah mendorong tubuh yechan ke dinding.
Di sudut yang sepi.

Yechan kembali tersenyum. Entah apa arti senyumannya. Jaehan masih mengawasinya. Namun tak juga ada kata yang keluar dari bibir yechan.

Jaehan meraih dagu yechan. Menyatukan bibirnya, mencoba meredam dadanya yang terus bergemuruh. Yechan tak menolak namun juga tak membalas. Membuat mata jaehan memanas. Segera ia palingkan wajahnya menuju sudut taman.

Menghapus kasar air mata yang memaksa keluar tanpa bisa di tahan. Di gigit bibirnya kuat-kuat. Ia tak menghiraukan jika itu bisa membuatnya berdarah.

"Hyung!! "Panggil yechan.

tetanggaku tersayangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang