bab 10

157 25 5
                                        

Yechan meregangkan tubuhnya. Ia merasa sangat lelah.sengaja menyibukan diri dengan berbagai kegiatan. Ia marah pada dirinya sendiri karena bagaimana pun usaha yang telah ia lakukan tak pernah mampu menghapus bayangan jaehan.

Senyumnya jg perlakuannya  masih tergambar jelas di pelupuk matanya. Semakin ia berusaha melupakan akan semakin terlihat nyata. Ingin ia menjalin kasih dengan orang lain seperti saran teman-temannya tapi yechan belum sanggup untuk itu. Karena setiap ia akan mendekati orang lain maka senyum jaehan lah yang terlintas di depan matanya.

Anggaplah yechan sudah gila.

Yechan memasuki rumahnya, entah sudah beberapa hari ia tidak pulang. Akhir-akhir ini ia lebih sering menginap di tempat yonggi. Alasannya jelas. Jaehan.

Perlahan ia membuka pintu kamarnya. Ia merindukan ranjangnya. Ranjang yang pernah ia tiduri bersama sang Hyung. Di sana ia biasanya akan bermanja pada yang tua.

Kamarnya sedikit temaram, ini sudah lewat tengah malam wajar kalau kamarnya gelap. Mamanya hanya akan menyalakan lampu tidur yang kecil.

Yechan meletakkan kan jaket di tempatnya, jg tas di meja belajarnya. Tak lupa ia menyingkap sedikit gorden untuk mengintip kamar seberang. Lampunya sudah padam, menandakan si pemilik sudah terlelap.

Yechan menutup kembali horden nya. Berjalan ke arah ranjang. Namun seketika ia akan melompat saking terkejut.

"Hyung...?? "

Jaehan berbaring di ranjangnya. Matanya terpejam. Yechan mendekat dengan hati-hati. Melambai tepat di wajah jaehan, memastikan sang Hyung sudah benar-benar terlelap.

"Hyung...!?? " yechan mengguncang pelan bahu jaehan namun sama sekali tidak ada pergerakan.

Kini yechan memandangi wajah lelap jaehan sepuas nya. Mengobati rasa rindu yang membuncah di dadanya.
Jemarinya terulur menjelajahi lekuk wajah jaehan dari dahi turun ke hidung lalu ke bibir.

Yechan berhenti sejenak. Bibir jaehan terasa kenyal dan lembut. Sedikit kering namun begitu menggoda. Perlahan yechan menundukkan wajahnya. Keserakahan seketika menguasai dirinya.
Perlahan dan pasti bibirnya kini menempel di bibir jaehan. Hanya sedikit menempel namun jantung nya sudah hampir meledak.

Tersadar yechan segera menjauhkan wajahnya. Menatap wajah jaehan yang masih terlelap.

"Mianhae, Hyung!! "

Yechan lalu berdiri, melangkah menuju kamar mandi. Membiarkan air dingin mengguyur seluruh tubuhnya. Barang kali dengan air dingin bisa membersihkan otaknya.

Dirasa sudah mulai menggigil yechan menyudahi mandinya. Berganti dengan piyama, lalu berbaring di sebelah jaehan.

Yechan memiringkan badannya menghadap jaehan. Jaehan masih tertidur pulas. Wajahnya begitu damai.Tiba-tiba jaehan merubah posisi nya menghadap yechan, bahkan tak lama ia meraih tubuh yechan ke dekapannya.

Yechan bahkan menahan nafas agar tidak mengusik sang Hyung. Yechan membiarkan jaehan memeluknya. Mungkin jaehan berpikir dirinya adalah guling kesayangannya.
Lama-lama yechan ikut tenggelam ke alam mimpi. Merasakan hangatnya pelukan jaehan ternyata langsung meluluhkan yechan.

Ternyata yechan begitu merindukan jaehan. Hingga dekapan jaehan terasa begitu nyaman. Yechan benar-benar merasa di rumah. Lelah badannya seketika lenyap. Kini dirinya benar-benar terlelap dalam dekapan jaehan.

Matahari telah meninggi mengusik tidur jaehan yang nyaman. Matanya perlahan terbuka menyesuaikan cahaya yang masuk ke netra nya. Matanya menyapu ruangan. Oh... Dirinya masih di kamar yechan.

Beralih ke tangannya yang seolah mati rasa, baru di sadari jaehan ternyata ada seorang yang masih terlelap di balik selimut berbantal lengannya. Bahkan bantal lebih nyaman menurut jaehan.

tetanggaku tersayangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang