bab 39

65 14 5
                                    

"Apa lagi sekarang?? " tanya yonggi pada yechan.

Sudah hampir 3 jam yechan datang ke apartemen yonggi. Namun dirinya hanya menatap kosong kejauhan di balkon kamar.

Yonggi berdecak kesal. Yechan memang tidak menenggak alkohol setetes pun. Matanya tidak mengalirkan air mata. Namun tatapan nya begitu kosong.

"Apa tidak berjalan baik?? " tanya yonggi lagi.

Yonggi masih menatap wajah yechan. Mengamati setiap detail perubahan yang mungkin terjadi di wajah sahabatnya.

Yechan sedikit mengulas senyum.

"Aku sudah gagal sejak awal, yonggi! " ucap yechan kemudian namun pandangan nya tak lepas dari kejauhan. Entah apa yang sebenarnya dia lihat.

"Apa maksudmu?? "

"Cintaku sudah salah sejak awal. Cinta ini seharusnya tidak ada!! "

Yechan menunduk sedikit meringis. Memperhatikan sandal rumahnya juga kakinya yang terbalut kaos kaki.

Yonggi terdiam. Sedikit mengerti, mungkin orang tua jaehan menentang keduanya. Kini tangannya terulur menepuk bahu yechan.

"Cinta tidak pernah salah yechani. Mungkin hanya waktunya saja yang tidak tepat!! "

"Yonggi... Setelah ini bagaimana aku menghadapi jaehan Hyung?? " yechan meratap melihat ke arah yonggi memohon.

Sorot matanya nampak penuh luka. Luka yang coba ia sembunyikan sekuat tenaga, bahkan di hadapan jaehan.

Yonggi ikut pilu walau tak sepenuhnya mengerti konsepnya.

"Bisa kamu ceritakan yang sebenarnya?? "

"Bunda sakit yonggi, aku tidak ingin menyakitinya!! Bunda menginginkan jaehan Hyung segera menikah dan memiliki anak! Itu semua tidak mungkin bisa aku lakukan. Aku jg anak bunda, aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika bunda tahu kedua anaknya mempunyai hubungan terlarang??!! "

Kini yechan bisa menangis kembali.
Yonggi membiarkan yechan menuntaskan perasaannya. Yang bisa ia lakukan hanya menepuk bahu yechan pelan terkadang mengusapnya.

"Ada aku, oke?? " bisik yonggi.

Setelahnya tidak ada yang berbicara lagi. Membiarkan kesunyian menusuk. Yonggi hanya duduk menemani kebungkaman yechan. Membiarkan kedinginan menusuk ke sumsum tulangnya. Mungkin yechan sudah mati rasa hingga tak mampu merasakan ke sejukan di kulitnya.

.

.

.

"Sore bunda!?? " sapa yechan meletakkan kotak kue coklat kesukaan bunda di sebelah ranjang sebelum berhambur memeluk dan mencium pipi bunda jaehan.

"Sore sayang!! " balas bunda menerima perlakuan yechan.

"Kamu baru datang dari kemaren tidak melihat bunda, huh?? Kamu tidak menyayangi bunda lagi?!! " rengek bunda.

"Hooh... Yechan sudah datang, bahkan membawakan kue kesukaanmu namun masih mengatakan yechan tidak menyayangimu?? Sebaiknya kita pergi minum kopi saja di bawah yechan?!! " ejek ayah jaehan yang sekarang menunggu sang istri.

"Oh... Ayah...? Kamu di sini?? Kapan ayah datang?? " tanya yechan yang tidak menyadari keberadaan ayah jaehan.

Mendengar itu ayah jaehan sedikit cemberut.

"Hoh... Ternyata yang sebenarnya tidak di sayangi itu aku. Hingga diriku yang segede ini tidak nampak di matamu!?? " rajuknya.

Yechan menghampiri ayah jaehan memeluknya, "aku menyayangi mu, ayah!! Hanya saja kita sudah terlalu lama tidak duduk bersama jadi... Maaf kan aku ya!?? "

tetanggaku tersayangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang