"Bisa nggak, lo berhenti mondar-mandir? Kepala gue pusing ngelihat lo selama 20 menit lakuin hal yang sama,"gerutu Serena menatap jengah pada Lavelyn.
Lavelyn berdecak kesal dan menghentakkan kaki. "Lo enak ngerasain pusing. Sedangkan gue nanggung malu karena ide dari lo."
"Ya salah sendiri lo minta saran dari gue. Lo nggak lupa kan kalau gue ini cewek api? Pastinya bakal gunain sikap genit buat deketin cowok yang di suka,"ucap Serena mengibaskan rambut panjangnya ke belakang.
Lavelyn mencibir dan berjalan duduk di samping Serena yang menikmati teh. "Gini ya, Serena. Gue ngikutin saran dari lo, semata-mata sebagai tanda perdamaian kita. Tetapi, gue nggak expect efeknya akan bikin malu begini."
"Ketahuan banget selama jalin hubungan nggak pernah bertindak gitu,"ledek Serena menyikut lengan Lavelyn.
Lavelyn mendesis. "Ya ngapain amat. Selama ini Astalian menjaga gue dengan baik. Hubungan kita sekedar pelukan, cium kening, dan cium pipi aja. Nggak pernah lebih dari itu."
"Ya makanya harus bikin beda supaya hubungan kalian makin erat. Gini ya, Lavelyn. Daripada lo malu, mending lo balik ke sikap bucin lo itu. Buat Astalian makin jatuh cinta sama lo. Asli, dia lama-lama nggak akan tahan dan segera resmiin lo lagi. Kalau beruntung, langsung diajakin nikah."
Lavelyn menepuk pundak Serena. "Enteng banget rahang lo ngomong ya. Nggak lagi gue pakai cara genit lo itu. Lo juga nggak bikin Ansel makin cinta. Buktinya dia makin jauhin lo."
"Dia cuma pura-pura cuek aja. Gue paham banget sama karakter Ansel. Mana bisa dia jauh dari gue. Secara pesona gue luar biasa. Nanti gue pegang tangannya juga bakalan luluh lagi,"ucap Serena enteng.
Lavelyn hanya bisa menggelengkan kepala. Ia sudah tidak heran lagi dengan sikap Serena. Begitulah kiranya tindakan Serena jika mendekati laki-laki, selalu menggunakan cara tidak terduga. Meskipun begitu, Lavelyn akui—Serena sangat berani dan pantang menyerah. Untung saja dulu ia tidak berhenti mengejar Astalian. Jika saja ia menyerah dan merelakan Astalian untuk Serena, sudah pasti mantannya itu akan tertular sifat nyeleneh Serena.
Ngomong-ngomong, Serena dan Lavelyn baru saja berbaikan. Ya, memang terkesan sederhana dengan saling mengakui kesalahan masing-masing kemudian meminta maaf. Sejak kejadian Lavelyn menghampiri apartemennya, Serena merasa sangat terluka dan menyadari bahwa Astalian bukan untuknya. Ia sadar bahwa sekeras apapun berusaha mengejar cinta Astalian, hatinya tidak akan berpaling sedikitpun dari Lavelyn.
Maka dari itu, Serena memutuskan untuk menyudahi semuanya. Ia ingin berdamai dengan dirinya sendiri. Seperti perkataan Astalian tempo hari, Serena ingin fokus menyembuhkan lukanya dengan hal paling utama berbaikan dengan Lavelyn. Ia kira meminta maaf pada Lavelyn akan sangat sulit. Kenyataannya, Lavelyn menerima permintaan maafnya.
Itu terbukti dari sejak 3 jam lalu mereka sudah kembali akrab dan tentunya tingkah Lavelyn yang dengan tiba-tiba mencium Astalian sejam lalu, itu semua adalah ide Serena. Salah Lavelyn juga dengan patuhnya mengikuti ide Serena. Jika waktu bisa diputar, ia lebih memilih menjadi sosok cuek pada Astalian. Daripada bersikap genit seperti tadi.
Ya, itu menurut Lavelyn.
Menurut Serena sih itu hal wajar.
"Lo tenang aja. Astalian pasti makin gencar untuk kembali sama lo. Dia orangnya emang lempeng. Kebanyakan mikir daripada langsung beraksi. Ya, syukur-syukur dengan ciuman maut bisa jadi awal yang baik untuk hubungan kalian,"ucap Serena.
Lavelyn mengangkat bahunya acuh. "Gue sebenarnya nggak terlalu pusingin itu. Cuma heran aja. Gue merasa nggak penting di hidupnya. Padahal waktu gue minta untuk akhiri hubungan, dia benar-benar nggak mau."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Cowok Idaman!
FanfictionIni kisah Lavelyn mengejar lelaki idaman yang membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama. Namanya Astalian Altama. Laki-laki yang bahkan tidak pernah menatap ke arahnya, tidak ingin di sentuh, irit bicara, dan selalu memejamkan mata setiap berhad...