44

82 9 6
                                    

Lavelyn melambaikan tangan saat Astalian berjalan menghampirinya. Astalian merentangkan kedua tangan dan mendekap erat tubuh Lavelyn. Di usapnya dengan lembut kepala Lavelyn. "Apa kabar?"

"Hmm jauh lebih baik,"jawab Astalian kemudian melepaskan dekapannya dan tersenyum ke arah Lavelyn.

Lavelyn membalas senyuman tersebut. "Aku senang kamu mulai semangat lagi untuk berproses hidup."

"Semua berkat dukungan papa, kak Marvin, kak Felisha, kamu, dan sahabat kita. Maaf ya nunggu terlalu lama untuk aku istirahat dari segala aktivitas di kantor. Pasti karyawan pada kangen dikasih tugas sama aku deh,"ucap Astalian tersenyum menggoda.

Lavelyn terkekeh ringan dan menepuk dada bidang Astalian. "Malah karyawan tuh senang pemimpinnya ambil cuti. Jadi nggak dengar orang marah-marah selama sebulan."

"Emang aku segalak itu?"tanya Astalian.

Lavelyn mengangguk. "Galaklah. Pertama kali aku kerja aja, kamu nggak berhenti ngasih aku tugas. Marahin aku terus-terusan. Muka kamu tuh udah kayak banteng mau nyeruduk orang."

"Daripada nyeruduk orang mending aku nyeruduk hati kamu. Bisa buat bahagiaku abadi,"ujar Astalian tersenyum simpul.

Lavelyn merubah raut wajahnya menjadi datar. Ia mengalihkan pandangannya ke depan dimana ombak pantai lebih bisa menetralkan detak jantungnya yang berpacu semakin cepat. Dalam hati Lavelyn berdesis, kenapa jadi gombal sih kan jadi nggak bisa sembunyiin senyum.

"Lavelyn,"panggil Astalian lembut.

Tangan kiri Lavelyn ia genggam dan otomatis Lavelyn menatap ke arahnya. Suasana menjadi agak canggung ketika kedua netra mata mereka bertemu. Hal yang sudah lama sekali tidak mereka rasakan. Bisa bertatapan seperti ini dengan saling melemparkan senyum penuh kecanggungan.

"Iya, Asta kenapa?"tanya Lavelyn berusaha menghilangkan rasa gugupnya.

Astalian menaikkan alis. "Aku perhatikan sejak mutusin hubungan, kamu selalu panggil aku dengan sebutan Asta. Padahal itu hal yang paling nggak mau kamu lakuin dengan alasan mau beda dari yang lain."

"Ya setiap orang bisa berubah. Aku hanya mengikuti panggilan sahabat kita yang lain biar nggak canggung amat,"ujar Lavelyn jujur.

Astalian terkekeh ringan. "Canggung? Emangnya kamu suka canggung kalau dekat aku?"

"Ya iya. Kayak kamu nggak aja,"ucap Lavelyn menatap kesal pada Astalian.

Astalian berdehem. "Iya aku juga rasain yang sama. Kamu mau hilangin rasa canggung itu nggak?"

"Boleh. Rasanya nggak enak rasain itu semua,"jawab Lavelyn mantap.

Astalian memundurkan langkah kemudian berjongkok. Menatap penuh ceria pada Lavelyn yang tersenyum canggung. Ia mengeluarkan sebuah kotak dari dalam sakunya. Sejenak menghela nafas untuk menghilangkan rasa gugup.

"Kalau gitu, ayo kita kembali dan segera menikah. Kamu mau kan?"

 Kamu mau kan?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cinta Cowok Idaman!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang