"Kenapa rasa sayang harus ada kata tapi."***
CW // TW KEKERASAN, KATA KASAR, DAN PENYEBUTAN KATA "MEMBUNUH DAN MATI"
"Asta, lo kenapa?"tanya Marvin saat Adiknya ikut duduk di sofa keluarga dengan mata membengkak, khas seseorang yang baru saja menangis.
Astalian hanya diam. Hal itu membuat Marvin semakin khawatir karena pasti terjadi sesuatu dengan Adiknya ini. "Cerita sama gue, Asta. Kenapa lo nangis?"
"Mama sayang sama gue, Kak. Tetapi, dia juga benci sama gue,"lirih Astalian kembali meneteskan air matanya.
Marvin mengusap pundak Astalian. "Mama hanya butuh banyak waktu setelah semua hal yang terjadi. Perasaan lo gimana sekarang? Bahagia setelah tahu masih ada rasa sayang di hati Mama buat lo? Atau malah sedih karena Mama masih benci?"
"Perasaan gue campur aduk, Kak. Gue banyak sekali rasain kecewa. Kenapa rasa sayang harus ada kata tapi. Kalau sayang, ya sayang aja. Kenapa harus disertai benci?"
Marvin tersenyum simpul. "Manusia memang membingungkan. Makanya kita diberi rasa simpati dan berjiwa sosial untuk bisa saling memahami. Lo bisa merubah rasa benci itu jadi beneran sayang. Seperti apa yang pernah lo lakuin ke Lavelyn. Caranya lo perlu berdamai dengan diri sendiri. Memang nggak mudah maafin hal yang sejak kecil menjadi kesakitan. Tetapi, belajar memaafkan dan menerima semuanya itu jauh lebih baik. Itu semua tergantung dari hati lo. Mau hanya sebatas memaafkan atau mendekat kembali sama Mama. Sekarang gue tanya, lo percaya nggak bahwa manusia pada dasarnya bisa merubah diri?"
"Percaya. Tetapi, semua itu di mulai dari diri sendiri,"ucap Astalian.
Marvin mengangguk. "Dari pengalaman yang sudah lo rasain selama Lavelyn deketin lo. Apa yang lo rasain sampai akhirnya mau untuk jatuh cinta sama dia?"
"Gue merasa cinta dia untuk gue besar. Dia nggak pernah berhenti untuk ajak gue bicara dan menjadi pendengar yang baik. Itu yang buat pemikiran gue perlahan berubah bahwa Lavelyn adalah perempuan yang pantas dapetin cinta yang besar juga. Maka dari itu, perlahan gue mencoba berdamai dengan diri gue sendiri. Mulai maafin diri gue dan menerima segala hal yang sudah terjadi sembari mengenal Lavelyn lebih dalam. Ternyata rasa sakit itu perlahan sirna tergantikan dengan rasa cinta gue terhadap Lavelyn. Itu awal mula gue bisa dengan mudahnya natap Lavelyn tanpa harus takut dihantui rasa bersalah,"jelas Astalian.
Marvin menepuk puncak kepala Astalian. "Lo hebat, Asta. Bisa lewatin semua itu. Pastinya dengan dorongan kuat dari diri lo sendiri. Meskipun semua hal bukan hanya tentang memaafkan dan menerima. Tetapi, bisa lewatin semua itu aja lo udah hebat. Garis besarnya, kita sebagai manusia hanya ingin di dengar dan di percaya oleh manusia lain. Sekarang, lo percaya nggak bahwa mama punya kesempatan yang sama untuk merubah rasa benci itu jadi beneran sayang tanpa kata tapi?"
"Percaya, Kak. Tetapi, semua tergantung mama. Sejak gue berhasil temuin mama lagi, gue harap itu jadi hal mengharukan. Ternyata rasa benci mama sama gue masih sama. Anak yang mama sayang cuma Atsa dan selalu begitu. Rasanya gue antara percaya dan nggak bahwa mama beneran sayang sama gue. Kalau mama sayang, nggak mungkin mama siksa gue. Nggak mungkin mama beri gue luka sebesar ini. Gue paham rasanya kehilangan, Kak. Gue tahu sakit saat tidak di dengar siapapun."
"Tenangin diri lo ya? Ini nggak mudah hanya sekedar omongan belaka. Tetapi, gue amat yakin bahwa setiap manusia punya kesempatan yang sama untuk di dengar dan mendapat limpahan kasih sayang. Kita cari solusinya sama-sama untuk sembuh dari luka itu. Ya?"
Astalian mengangguk. "Makasih, Kak. Lo selalu ada untuk gue. Selalu mau mendengar tanpa menghakimi. Setiap omongan lo membuat hati gue menghangat. Lo benar, semua manusia pada dasarnya butuh di dengar dan mendapat kasih sayang dari orang yang tepat."
.
.
Di sisi lain
Hana mengusap air matanya saat suaminya, Handoko yang pada dasarnya adalah Ayah Selena menatap geram ke arahnya. "Ngapain kamu nangis? Harusnya kamu bisa mencari cara untuk keluar dari penjara ini. Bukan malah diam saja saat ada tamu yang menjenguk. Makanan nggak cukup untuk membuat kita keluar dari sini."
"Aku hanya tersentuh saat Asta bilang sangat mengasihi aku sebagai mamanya. Hal yang nggak pernah luntur dari sejak dia kecil,"lirih Hana.
Handoko tersenyum sinis. "Jangan mau diperdaya sama anak pembawa sial itu. Ngapain baper sama kata sayang kalau nyatanya kamu di masukin ke penjara. Seharusnya kamu tidak perlu menemui tamu yang datang untukmu. Semuanya nggak membuahkan hasil!"
"Sudah bagus kita di penjara, Handoko. Tidak di hukum mati bahkan di bunuh! Aku setengah hati merasa ketakutan akibat perbuatanku. Kamu malah santai saja,"ucap Hana memasang raut wajah marah.
Handoko mencengkram kuat dagu Hana. "Dengar ya. Jika bukan karena aku, tidak mungkin kamu bisa hidup sampai sekarang. Harusnya saat itu kamu bunuh anak pembawa sial itu. Nggak usah sok ketakutan kalau kamu saja bisa dengan berani menyiksa anakku. Kamu menikmati semua itu Hana."
"Aku melakukan itu atas perintah kamu, Handoko! Kamu yang meminta aku menjadi sosok monster ganas supaya Serena mau memberikan semua uangnya pada kita untuk bisa kamu gunakan bermain judi. Aku tutupi semua kesalahan kamu! Setiap hari aku di hantui rasa bersalah sudah membuat Serena terluka. Apa semua itu tidak cukup membuat kamu sadar?"
Handoko meludahi wajah Hana. "Anjing! Dengar ya perempuan tolol. Nggak usah merasa bersalah saat lo sendiri dengan gampangnya menyiksa anak gue. Awas aja kalau lo menemui tamu yang datang berkunjung lagi. Gue bisa saja kasih siksaan yang bahkan buat lo mati!"
"Silahkan. Aku tidak akan takut lagi. Kamu jauh lebih tidak berguna karena hanya bisa berlindung dan bergantung di balik punggung seorang perempuan. Bahkan Serena rela mendapat siksaan seperti hati dan kerja keras supaya bisa memuaskan hasratmu untuk terus-menerus bermain judi. Akupun rela di pukuli preman hanya untuk kamu yang malah bersembunyi! Kamu sendiri yang menawari aku untuk hidup bersama! Kamu nggak tahu diri sudah menjual rumah pemberian mantan suami aku hanya untuk bayar hutangmu! Kamu yang minta aku untuk menyiksa Serena supaya dia nurut sama kita! Semua salah kamu suami bajingan!"teriak Hana.
Bug
Bug
Bug
Handoko dengan brutal memukuli tubuh Hana yang menjerit kesakitan di balik jeruji besi. Sementara itu tahanan lain ketakutan akan aksi suami-istri tersebut. Mereka takut untuk melerai karena pasti Handoko akan memukuli mereka juga. Apalagi ini bukan hal biasa yang Handoko sering lakukan pada Hana.
Tak lama setelahnya polisi yang menjaga tahanan datang dan membuka jeruji besi. Memisahkan keduanya dan segera membawa Hana keluar sebab tubuhnya sudah di penuhi oleh luka lebam dan sudah tidak sadarkan diri. Polisi dengan segera membawa Hana ke rumah sakit.
"Gue pastiiin kita akan selalu bersama-sama untuk tetap berada di sini. Sampai masa tahanan ini selesai, gue akan cari anak lo itu Hana!"
***
Ini aku beri gambaran lebih lanjut tentang Mama Astalian dan Ayah Serena ya. Karena sejak awal aku hanya memberi gambaran soal Mama Astalian yang pernah di siksa Serena sampai ketahuan sama Astalian. Ini aku update lagi untuk kalian yaa hehe.
Aku juga kangen sama komen antusias kalian. Terima kasih ya selalu nungguin. Semoga dalam waktu dekat aku punya banyak ide untuk segera rampungin biar bisa debutin cerita baruuu.
Siapa yang mau aku kasih spoiler cerita baruuu?
Jangan lupa like dan komennya.
* Published on July 16th, 2024.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Cowok Idaman!
FanfictionIni kisah Lavelyn mengejar lelaki idaman yang membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama. Namanya Astalian Altama. Laki-laki yang bahkan tidak pernah menatap ke arahnya, tidak ingin di sentuh, irit bicara, dan selalu memejamkan mata setiap berhad...