37

96 10 0
                                    

"Selamat pagi, Lavelyn."

"Selamat siang, Lavelyn."

"Wah, mau makan siang ya? Selamat makan siang ya, Lavelyn."

"Lavelyn sudah selesai makan? Pasti kenyang. Gimana makanan di kantin? Enak nggak?"

"Selamat sore Lavelyn. Pulangnya hati-hati ya. Jangan lupa mandi setelah sampai di rumah."

.

.

"Aaaaarghh,"gerutu Lavelyn merusak tatanan rambutnya saat ia baru saja memasuki mobilnya.

Nayara yang berada di sebelahnya dan bertujuan menumpang untuk diantarkan pulang, langsung mengerutkan dahinya. "Kenapa lo?"

"Gue kesel banget sama Astalian hari ini. Bisa-bisanya dia bertingkah nyebelin dengan sok ucapin selamat pagi lah. Siang lah. Sore lah. Kek apaan sih,"sungut Lavelyn kesal.

Nayara terkekeh ringan. Menatap pada Lavelyn yang menghela nafas berulang kali. Ia tepuk pundaknya pelan sembari berkata. "Mungkin itu cara Asta supaya dapet perhatian dari lo. Secara dia lagi berusaha untuk kembali menjalin hubungan. Mending lo terima dengan baik semua tingkahnya."

"Ya nggak dengan cara tengil juga, Naya. Mood gue malah jadi jelek dia jadi bersikap begitu. Gue rasa otaknya konslet gara-gara kejadian kemarin deh,"gumam Lavelyn.

Nayara menaikkan alis. "Kejadian apa?"

"Ah nggak, bukan apa-apa kok. Gue asal ngomong aja,"ucap Lavelyn menggigit bibir bawahnya khawatir sebab ia hampir saja membeberkan kejadian memalukan yang terjadi kemarin.

Nayara mengangkat bahunya acuh. Ia tidak ingin bertanya lebih lanjut karena bukan ranahnya juga untuk tahu segala hal tentang sahabatnya. Melihat Lavelyn sehat dan bisa tersenyum saja, menurut Nayara lebih dari cukup. Bukannya tidak ingin peduli. Namun, Nayara merasa bahwa Lavelyn punya privasinya sendiri yang tentu tidak semua hal harus ia ketahui.

"Gue paham Asta nyebelin dengan bertingkah seperti itu. Tetapi, nggak ada salahnya menghargai setiap usahanya. Ya, meskipun gue paham lo belum siap untuk kembali sama dia. Gue yakin semuanya akan indah di waktu yang tepat. Kalian hanya perlu sembuh dari luka masing-masing,"ucap Nayara meyakinkan Lavelyn.

Lavelyn menampilkan guratan senyumnya. Ia genggam kedua tangan Nayara. "Makasih ya lo dan Kairi selalu ada buat gue. Entah bakal kayak gimana gue hidup, kalau nggak ada kalian. Rasanya pasti hampa."

"Ciee secara nggak langsung lo mengakui bahwa gue dan Kairi adalah sahabat hingga maut memisahkan nih?"ledek Nayara.

Lavelyn tertawa kecil. "Ya kira-kira begitu. Ah, tambahan satu lagi Serena."

"Serena? Lo sama dia udah baikan?"tanya Nayara.

Lavelyn berdehem. "Iya kemarin gue sama Serena mutusin untuk mengalah sama ego masing-masing. Tuhan aja bisa dengan mudah memaafkan manusia. Tentunya gue juga ingin melakukan hal yang sama. Meskipun awalnya berat. Tetapi, gue yakin 100% sudah legowo. Serena seperti itu karena kesalahan gue juga."

"Gue senang akhirnya kalian balikan. Kapan-kapan ajakin Serena buat girls time. Kayaknya udah lama banget sejak kuliah kita nggak pernah kumpul sama dia."

Lavelyn mengangguk antusias. "Nanti gue kabarin Serena. Pasti dia senang juga."

"Kira-kira kalau Kai tahu hal ini. Dia bahagia nggak ya? Secara, Kairi paling nggak suka sama Serena. Apalagi sejak dia tahu hubungan lo dan Asta berakhir karena ulah Serena,"ucap Nayara.

Lavelyn mengerucutkan bibir. "Iya sih. Kayaknya susah buat Kairi nerima Serena. Tetapi, gue bisa kok kasih pengertian ke dia."

***

Cinta Cowok Idaman!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang