35

111 9 1
                                    

REMINDER PEMBACA DI BAWAH UMUR DILARANG BACA.

CW TW // KISSING

***


"

Astalian bangun!"

Astalian seketika terperanjat kaget saat merasakan tubuhnya di guncang dengan hebat. Seketika ia membuka mata dan melirik ke arah seseorang yang memandangnya dengan tatapan aneh. Ya, siapalagi jika bukan Marvin. Kakaknya ini selalu saja mengganggu kesenangannya dalam bermimpi indah. Padahal, Astalian sudah berharap akan ada momen kejutan ulang tahun. Meskipun hanya mimpi belaka. Entah kenapa, dengan begitu saja sudah membuatnya bahagia.

Benar-benar sangat miris hidup Astalian.

"Lo ngapain gumamin nama Lavelyn dan sahabat lo? Mimpi apaan lo?"Marvin mengintrogasi.

Astalian mendengus kesal. "Lo ganggu kesenangan gue aja."

"Kesenangan sesaat kok di nikmatin. Cepetan mandi sana. Lo udah telat banget ke kantor udah di telfonin dari tadi sama Ansel. Ada meeting penting sama klien,"ucap Marvin melempar bantal ke arah wajah Astalian.

Adiknya itu hanya bisa menghela nafas. "Lo nggak akan ngerti rasanya terlatih untuk patah hati."

"Salah lo sendiri bohongin orang yang di sayang. Giliran begini aja, sok-sokan galau. Mamam noh mimpi,"ledek Marvin menjulurkan lidahnya dan segera keluar dari dalam kamar Astalian.

Astalian mengusap wajahnya frustasi. Benar-benar mengganggu kesenangannya. Andai ia bisa memutar waktu dan tidak gegabah, mungkin di momen ulang tahunnya kali ini adalah hari bersejarah baginya bisa merayakan bersama perempuan yang di cintai.

"Lavelyn, aku selalu berharap bahwa kata perpisahan itu cuma mimpi belaka. Aku belum terbiasa mengalami kesendirian ini. Rasanya hidup aku yang serba ramai karena kecerian kamu, seketika menjadi sepi lagi. Aku harap bisa segera bersama kamu. Meskipun aku tahu kesalahan yang aku lakuin nggak akan pernah bisa di maafkan. Tetapi, tanpa kamu rasanya hidup aku abu-abu."

***

Untung saja Lavelyn dan Ansel mampu meng-handle meeting pagi ini. Jika saja mereka menunggu kedatangan Astalian, tentu klien akan menganggap bahwa perusahaan travel yang di naunginya dianggap tidak bisa bertanggung jawab. Itu tidak akan pernah Lavelyn biarkan sebab selama ia bisa handle, kenapa tidak?

Lavelyn sudah terbiasa melakukannya. Terlebih ia punya pengalaman mumpuni saat dulunya duduk di bangku perkuliahan. Biarkan saja Astalian menikmati masa-masa bermalas-malasan pergi ke kantor dan meninggalkan meeting penting dengan klien. Lelaki itu benar-benar membuatnya kesal.

"Lo ada hubungin Asta belum?"tanya Ansel pada Lavelyn saat mereka keluar dari ruangan meeting.

Lavelyn menggeleng. "Lo udah hubungin dia. Jadi, buat apa di hubungin lagi."

"Ya siapa tahu kalau lo yang nelfon, dia bakalan langsung respon,"ucap Ansel.

Lavelyn tertawa kecil. "Ngapain amat. Terlalu drama banget hal receh begitu. Lagian, tanpa harus di hubungi kalau dia paham tanggung jawabnya. Pastinya nggak akan melewati momen hari ini. Penting atau nggaknya, itu berpengaruh sama pandangan klien mengenai kinerjanya sebagai seorang CEO."

"Iyadeh mantan sensi banget perasaan setiap gue bahas Asta. Agak santai dikit, Lavelyn. Lo nggak harus benar-benar benci dia atau pura-pura cuek,"ucap Ansel menepuk pundak Lavelyn.

Cinta Cowok Idaman!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang