Astalian menghela nafasnya berulang kali ketika setiap 1 jam sekali, ia menatap layar ponselnya. Menunggu pesan dari Lavelyn. Di diamkan seperti sungguh tidak mengenakkan baginya. "Gini ya rasanya di cuekin sama orang yang di cintai? Kalau rasanya sesakit ini, Lavelyn hebat bisa bertahan sampai bertahun-tahun. Kalau gue, belum genap sehari aja udah uring-uringan gini. Gimana seminggu atau sebulan. Udah jelas gila.""Chat aja kali. Ngomel mulu depan layar. Emangnya Lavelyn bakalan tahu uring-uringan lo itu?"ledek Marvin dengan tawanya.
Astalian hanya bisa berdecak kesal. "Nggak usah ngejek lo. Lo juga suka uring-uringan kalau Kak Felisha ngambek."
"Gue mah nggak separah lo. Nggak dateng di jadwal fitting baju. Lagian lo kemana aja? Masa bantuin orang yang kecelakaan sampai berjam-jam? Gue juga nggak ada tuh dengar berita kecelakaan,"ucap Marvin menatap Astalian yang gelagapan.
Astalian berdehem. "Ya nggak semua kecelakaan harus di beritain kali, Kak. Orang pada fokus bantuin. Nggak ada yang pegang ponsel sama sekali."
"Wah lo macam cctv. Bisa tahu aja di tempat kejadian nggak ada yang pegang ponsel,"sindir Marvin makin membuat Astalian gelagapan, bingung harus menjawab apalagi.
Untung saja saat itu Jeremy datang dan menepuk pundak Marvin. "Udahlah ngapain kamu mengintrogasi Adikmu. Lebih baik fokus ke pernikahanmu sendiri yang tersisa 3 hari lagi."
"Jangan lupa lo chat Lavelyn, minta maaf sama dia. Cewek kalau di cuekin, bakalan ngediemin lama. Nggak mau kan lo di hari pernikahan gue malah lihat Lavelyn gandeng cowok lain?"
Astalian menatap sengit pada Marvin. "Becanda lo nggak lucu ya, Kak."
Tidak lama setelahnya, Astalian mencoba mengirim pesan pada Lavelyn. Ia merasa bersalah pada gadisnya itu. Sudah berbohong sekaligus mengecewakan. Dalam hatinya, ia sungguh tidak ingin menutupi segalanya dari Lavelyn.
Namun, menurut Astalian ini bukanlah waktu yang tepat untuk jujur atas segalanya. Masih ada banyak waktu bagi Astalian memantapkan diri untuk jujur. Selagi belajar mengenal Lavelyn lebih dalam. Maka ia akan menutup rapat semuanya dan membungkam mulut Serena dengan segala hal yang gadis itu hendaki.
Tidak papa jika dirinya di manfaatkan. Selama keluarganya dan Lavelyn tidak tahu soal pertemuannya dengan Sang Mama, itu akan jauh lebih baik. Astalian tidak ingin ada kekacauan. Mengingat, di momen seperti ini ia hanya ingin keluarganya di selimuti kebahagiaan. Cukup dirinya saja yang merasakan sakit sebab bertemu kembali dengan Sang Mama. Papa dan Kakaknya jangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Cowok Idaman!
FanfictionIni kisah Lavelyn mengejar lelaki idaman yang membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama. Namanya Astalian Altama. Laki-laki yang bahkan tidak pernah menatap ke arahnya, tidak ingin di sentuh, irit bicara, dan selalu memejamkan mata setiap berhad...