04. daughter's duty

742 58 7
                                    

dutiful daughter
all my plans were laid

Arawina baru saja menyelesaikan kebiasaannya menulis jurnal ditemani oleh matcha latte yang dibuatnya. Seperti setiap pagi lainnya, setelah ini ia biasanya melakukan yoga atau berolahraga sebelum mandi, sarapan, lalu memulai bekerja.

Memang kelihatannya Arawina seperti layaknya para influencer di sosial media kebanyakan. Tertawakan saja ia karena membuat sarapan avocado toast seperti kebanyakan para pembuat konten lainnya. Tapi memang itu juga salah satu pekerjaan Arawina.

Arawina Jovanka adalah seorang influencer health and mindfulness yang punya hampir lima ratus ribu subscribers di akun Youtube-nya. Selain itu ia juga aktif di media sosial lain seperti Tiktok dan Instagram. Isi kontennya gadis dua puluh enam tahun itu mayoritas berupa kesehatan fisik, mental, dan self love. Biasanya Arawina membagikan kesehariannya, skincare rutin yang dipakainya, perjalanannya dalam menulis jurnal, dan hal-hal sejenis lainnya.

Era di mana internet berjalan begitu cepat dan berita dengan bebas tersebar di media tanpa filter, banyak orang yang merasa kewalahan hingga menjadi stres. Di situlah target konten Arawina. Ia berusaha membantu mencari ketenangan bagi orang-orang yang merasa dunia berjalan terlalu cepat.

Hampir pukul sebelas, Arawina sudah selesai dengan rutinitas paginya. Ia sudah mandi dan berpakaian. Hari ini ia memilih rok A-line yang jatuh tepat di atas lutut dan kaus pas badan berwarna pink. Ia menutup pakaiannya dengan sebuah outer dengan panjang sebetis. Karena hari ini ia hanya akan mengedit beberapa konten, jadi ia memilih baju kasual dan berencana untuk pergi ke kedai kopi untuk bekerja.

Saat sedang merapikan barang-barangnya, ponsel Arawina berdering. Ia mencari benda itu. Begitu melihat nama "Papa" tertera di layar, Arawina menjawabnya dengan cepat.

"Ya, Pa?" sapanya.

"Kamu di mana?" tanya ayahnya.

"Di apart baru mau jalan keluar. Ada apa?"

Ayahnya, Bastian Jovanka tidak menjawab pertanyaan Arawina. Pria itu hanya berkata, "Tunggu Papa di sana. Sebentar lagi sampai." kemudian ia memutus sambungan.

Setelah obrolan singkat dengan ayahnya di telepon, Arawina menduga-duga apa maksud ayahnya. Tidak biasanya ayahnya itu mampir ke apartemennya. Biasanya Arawina yang dipanggil ke kantor ayahnya atau ke rumah.

Tidak sampai lima belas menit kemudian, Bastian Jovanka sudah mengetuk pintu apartemen anaknya. Begitu Arawina membukakan pintu, Bastian masuk dan duduk di sofa ruang tengah.

Arawina menutur ayahnya untuk duduk. "Mau minum apa, Pa?"

"Nggak usah. Papa nggak akan lama," balas Bastian.

Arawina mengangguk. Setelahnya ia memilih kembali duduk dan menunggu ayahnya untuk memulai pembicaraan.

Hening sejenak di antara mereka. Arawina tahu ayahnya memang bukan tipe orang yang banyak bicara. Hubungan mereka sebenarnya dekat. Tapi selayaknya seorang ayah, Bastian lebih sibuk bekerja daripada menghabiskan waktu bersama Arawina. Namun meski begitu, Arawina tahu ayahnya bekerja keras untuk memberikan semua fasilitas yang didapatkannya hingga ia bisa menjadi seperti sekarang.

Jika bukan karena ayahnya, Arawina tidak akan mengenyam pendidikan di sekolah bergengsi yang cukup elit. Jika bukan karena kerja keras ayahnya, Arawina tidak akan bisa berkuliah di National University of Singapore. Ia sangat tahu pengorbanan kedua orang tuanya untuk membuatnya hingga bisa sukses seperti sekarang.

"Papa mau bicarakan sesuatu sama kamu," ujar Bastian membuka pembicaraan. "Kemarin Papa ketemu sama Abiyya Nataprawira. Mereka punya rencana untuk menjodohkan kamu dengan salah satu anaknya, Kaivan Nataprawira," jelas Bastian.

Daddy I Hate HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang