26. adore you

563 53 27
                                    

i'd walk through fire for you
just let me adore you

Perlahan, Kaivan membuka mata. Ia mendengar sayup-sayup suara riuh orang berpesta di bawah. Sepertinya orang-orang masih asyik berpesta menyambut tahun baru. Begitu matanya terbuka sepenuhnya dan kesadarannya kembali, Kaivan menyadari bahwa dirinya masih berada di kamar hotel Arawina. Ia melihat ke sampingnya, gadis itu berbaring miring memperhatikan seakan menunggu dirinya terbangun.

"Aku ketiduran di sini ya?" tanya Kaivan dengan suara serak.

Arawina mengangguk. Tanpa diduga, gadis itu bangkit dari posisinya dan naik ke atas tubuh Kaivan. Dengan gerakan cepat Arawina membuka selimut yang menutupi tubuh keduanya. Kaivan tidak menyadari bahwa dirinya dan gadis dalam pangkuannya itu tanpa sehelai benang di balik selimut.

"Ra, what are you doing?" tanya Kaivan bingung.

Kening Arawina berkerut. Ia melingkarkan kedua tangannya di leher Kaivan dan melenguh, "I want it again. Now."

"Again?" Alis Kaivan naik. Memangnya apa yang mereka lakukan sebelum ini?

"Kamu nggak ingat?" tanya Arawina dengan tawa kecil. Wajah gadis itu tersipu. "Aku tahu aku sama sekali nggak jago. Tapi memangnya seburuk itu sampai kamu langsung lupa?"

Pikiran Kaivan berpikir keras. Apakah ia sedang mabuk? Ia memang minum beberapa gelas alkohol tapi rasanya tidak melampaui batas hingga ia tidak sadarkan diri.

Or is he? Kaivan menjadi tidak yakin.

"Bukannya kamu sendiri yang bilang mau nunggu sampai menikah?" tanya Kaivan lagi.

Seringai muncul dari ekspresi Arawina. Gadis itu berkata dengan lembut, "You conviced me," jawabnya.

Perlahan Arawina mendekatkan wajahnya ke tengkuk sang pria. Bulu halus di sekujur tubuh Kaivan tiba-tiba meremang. Ia mencoba menahan diri karena ia ingat betul Arawina tidak ingin melakukannya hingga ia menikah. Kaivan hati-hati untuk tidak bertindak impulsif yang akan merusak hubungannya dengan Arawina.

Namun bagaimanapun, Kaivan hanyalah pria biasa dengan gairah yang tertahankan. Setelah mengetahui bagaimana rasanya mencium dan menelusuri tubuh Arawina, Kaivan tidak bisa melupakannya. Tubuh gadis itu sempurna. Setiap inci tubuh Arawina seakan nirwana bagi Kaivan. Setiap gerakan dari Arawina hanya menambah denyut dalam diri Kaivan yang ingin segera dilepaskan.

Kini, gadis itu yang berkata sendiri bahwa ia sudah yakin dengan apa yang dilakukannya. Kenapa juga Kaivan harus tetap menahan diri? Gadis itu sudah setuju dan Kaivan juga menginginkannya.

Mengambil alih, Kaivan menarik tubuh Arawina agar berada di bawahnya. Dicumbunya setiap inci tubuh sang gadis. Tidak ada satu pun bagian yang terlewatkan. Kaivan seakan berubah menjadi predator buas yang sedang melahap mangsanya.

"Van," lenguh Arawina membangkitkan gairah sang pria.

Kaivan merasakan miliknya berdenyut semakin keras. Begitu puas dengan tubuh Arawina, ia memposisikan diri agar sejajar dengan sang gadis. Perlahan Kaivan menyatukan dirinya dengan Arawina. Ia menahan erangannya karena merasa dirinya begitu kuat dalam cengkaraman sang gadis di bawah sana. Meski awalnya sulit karena gadis itu terasa begitu mencengkramnya, Kaivan pada akhirnya berhasil menerobos ke dalam diri Arawina.

"Van!" erang Arawina semakin keras. Tangan gadis itu mencengkram bahu Kaivan.

Tiba-tiba saja Kaivan tersentak kembali ke dunia nyata.

"Sialan!" erang Kaivan begitu menyadari bahwa dirinya hanya bermimpi.

Ia menyadari bahwa dirinya kini berada di kamar di apartemennya seorang diri. Seketika Kaivan ingat bahwa acara di Bali sudah hampir satu minggu berlalu. Mereka sudah kembali pulang ke Jakarta. Seharusnya Kaivan sadar bahwa semua itu hanya mimpi.

Daddy I Hate HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang