25. guilty as sin

554 53 7
                                    

now you're in my life
i can't get you off my mind

"Ra?" Suara Kaivan dari balik connecting door.

Berjalan lambat, Arawina membuka pintu. Ia melihat sosok Kaivan berdiri di hadapannya. Begitu melihat Arawina, kening pria itu berkerut. "Kenapa kamu nggak gabung ke bawah?"

Seharian ini mereka berjalan-jalan dengan rombongan kantor ke beberapa tempat wisata. Malam harinya, tepat di malam tahun baru, semuanya kembali berkumpul di halaman belakang hotel yang terhubung langsung ke pantai karena memiliki private beach. Para karyawan disuguhi dengan pesta tahun baru yang sudah disiapkan oleh kantor.

Namun Arawina memilih bersembunyi di kamarnya sejak rombongan kembali ke hotel dari tur. Tubuhnya terasa lelah dan energinya untuk bersosialisasi seakan sudah habis. Ia hanya ingin berdiam diri di kamarnya sambil menonton film dan makan camilan.

Tetap saja hal itu diketahui Kaivan. Pria itu langsung mencari Arawina begitu tidak bisa menemukan sang gadis di antara kerumuman pesta di bawah.

"Aku kecapekan," jawab Arawina. Gadis itu kembali berjalan menghampiri kasur dan duduk bersandar di sana. "Kayaknya bentar lagi juga aku mau tidur."

"Aku temenin ya?" Kaivan menawari.

Mata Arawina menyipit. "Kamu nggak akan balik ke bawah?"

Kaivan menggeleng. Ia bergabung dengan Arawina di kasur. "Ngapain aku balik ke sana kalau kamunya juga di sini?"

"Ya have fun lah. Kan kamu paling senang party," sindir Arawina. "Kalau diam di sini yang ada kamu bosan."

Arawina kira Kaivan akan memprotes dan menjelaskan dengan panjang lebar untuk membela diri. Namun di luar dugaan, pria itu malah meraih remote dan berkata, "Nonton film apa kita malam ini?"

"Kaivan," ucap Arawina tidak merespon pertanyaan pria itu.

"Aku tanya kamu mau nonton apa?" Kaivan mengulang pertanyaannya sekali lagi.

Namun Arawina tidak berniat menjawab. Ia ingin tahu apa alasan Kaivan berubah seratus delapan puluh derajat dari saat Arawina pertama kali mengenalnya. Apakah semua itu hanya akting atau Kaivan benar-benar sudah berubah? Selama ini hanya pertanyaan itu yang selalu berputar di kepala Arawina dan ia belum menemukan jawaban pasti.

Terkadang Arawina merasa yakin kalau Kaivan memang perlahan berubah dan mulai menerima kehadiran dirinya. Tapi ada juga saat lain di mana Arawina ragu dan berpikiran bahwa apa yang dilakukan Kaivan hanya akting agar perjodohan mereka terlihat lebih nyata.

Tapi untuk apa Kaivan akting? Apakah karena pria itu kasihan melihat Arawina yang semakin luluh dan terbawa oleh perasaannya sendiri? Atau karena Kaivan merasa puas jika melihat Arawina luluh lalu patah hati setelah ia berhasil membatalkan perjodohan mereka?

"Kenapa kamu melakukan semua ini? Do you have feeling for me?" Arawina memberanikan diri untuk bertanya. Namun ia tidak berani menatap wajah Kaivan. Gadis itu menunduk, memperhatikan tangannya yang saling memilih.

"Kenapa kamu nanya?" Kaivan balas bertanya.

See? Kaivan tidak pernah bersedia menjawab langsung jika Arawina menanyakannya. Pria itu selalu saja coba berkelit.

"Memangnya aku nggak boleh nanya?" ujar Arawina ketus. Kini emosi mulai menyerangnya. Ia mengangkat wajah dan menatap Kaivan. "Dengan semua perhatian kamu, semua kalimat manis kamu, semua hal yang kamu bagi denganku, apa nggak boleh nanya kayak gitu? You got me all confused, Van. Aku nggak percaya alasan kamu 'just being nice' atau karena pencitraan di depan publik."

Daddy I Hate HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang