23. break the wall

540 48 20
                                    

how does it starts and when does it ends? only been here for a moment but I know
I want you.

Pesawat yang ditumpangi para karyawan Grup Nataprawira akhirnya mendarat di Bandara Ngurah Rai Bali. Satu per satu bis menjemput mereka menuju salah satu hotel yang masih berada dalam naungan Grup Nataprawira untuk merayakan tahun baru bersama.

Arawina ikut juga dalam rombongan itu. Selain karena Kaivan yang mengajaknya, ia juga segan untuk menolak ajakan saudara Kaivan yang lain. Akhirnya Arawina bersedia ikut serta. Ia rasa ia juga butuh liburan sejenak setelah penat bekerja.

Gadis itu turun dari mobil menuju lobi hotel. Di sampingnya berjalan Kaivan sambil membawakan kedua koper mereka. Tidak lama para pegawai hotel ganti membawakan barang keduanya.

Arawina membiarkan Kaivan berjalan menuju meja resepsionis untuk check in. Tidak lama pria itu menghampiri Arawina dan memberikan kunci akses.

"I requested connecting room for us," ujar Kaivan. "Is that okay? Tenang aja aku janji nggak akan macam-macam. Supaya aku bisa jagain kamu. Or kamu mau kita satu kamar aja?"

Arawina menggeleng cepat. "Nggak!" tolaknya. "Nanti kamu malah ambil kesempatan!"

Mata Kaivan memicing. Ia sudah siap memprotes kalimat Arawina. Namun pria itu menahan diri. Ia akhirnya hanya berkata, "Siapa juga yang mau ambil kesempatan dari cewek yang badannya kayak anak lima belas tahun?" cibirnya.

"Kaivan!" pekik Arawina mengomel. Ia memukul lengan Kaivan sambil terus menggerutu.

Menahan serangan tangan Arawina sambil tertawa-tawa, Kaivan memegang tangan sang gadis yang terus memukulnya. "Kamu istirahat aja dulu. Nanti sore kita ada acara di pantai," ujarnya masih dengan bibir tersungging lebar menahan tawa.

Bibir Arawina masih cemberut karena kesal dengan ejekan Kaivan. Namun saat barang bawaannya sudah dibawa oleh bellboy, ia bersiap untuk pergi ke kamarnya.

Arawina kira ia akan berjalan menuju kamar bersama-sama Kaivan. Namun pria itu seperti hendak pergi ke suatu tempat berlawanan arah dengannya.

"Kamu mau ke mana?" tanya sang gadis heran.

"Aku mau cari Dipta dulu. Ada urusan sebentar," jawab Kaivan. "Dia lagi uring-uringan sejak kemarin."

Sambil mencibir, Arawina berujar dengan jahil. "Baru kepisah sebentar aja udah kangen nyariin Dipta."

"Kalau cemburu tuh bilang." Kaivan menyeringai. Ia kemudian memegang dagu tunangannya. "Bilang aja mau aku antar ke kamar. Nggak usah gengsi gitu lah."

"Enggak," kilah Arawina menepis tangan Kaivan. Bibirnya kembali bersungut. "Ya udah aku ke kamar duluan," gerutunya sambil berjalan.

Tiba-tiba saja Kaivan berjalan menyusul Arawina dan merangkul gadis itu. Kaivan lalu mendekap Arawina hingga wajah gadis itu terbenam di dadanya. Seketika Arawina terkesiap dan kehilangan udara untuk bernapas. Hanya aroma tubuh Kaivan yang mengisi paru-parunya, membuatnya mabuk kepayang.

"Nggak usah ngambek," ujar Kaivan sambil memeluk erat gadisnya. "Ayo aku antar ke atas."

Selain kesulitan bernapas, Arawina juga kesulitan untuk berkata-kata. Ia hanya diam dalam dekapan Kaivan sepanjang perjalanan menuju kamarnya.

Darah mengalir deras dalam tubuh Arawina. Jantungnya mulai berulah. Kepalanya penuh dengan pikiran-pikiran yang tidak bisa ditahannya. Tubuhnya bereaksi penuh atas perlakuan Kaivan. Sesuatu yang seharusnya Arawina tahan namun ia seakan kehilangan kendali atas dirinya sendiri.

"Van, bisa lepasin aja nggak?" tanya Arawina begitu mereka ada di dalam lift. Namun Kaivan tidak terlihat ingin melepas tangannya dari tubuh Arawina.

"Udah nyaman," gumam Kaivan sambil menggeleng santai, tidak menyadari efek yang diberikannya pada sang gadis.

Daddy I Hate HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang