07. two people, two guns

602 57 23
                                    

were you sent by someone
who wanted me dead?

Kaivan
Mas gue udh di kantor
Gue males ke atas
Lo turun aja ya

Kaivan menekan tombol kirim. Kemudian ia memilih menunggu di dalam mobilnya yang sudah terparkir sejak tadi.

Setelah drama bersama Riani, akhirnya Kaivan terpaksa harus pergi ke kantor Nataprawira. Adiknya itu seperti anjing pemburu. Ia tidak akan menyerah sebelum misinya terlaksana. Kaivan merasa kasihan dengan siapapun yang berurusan dengan Riani. Apalagi jika adiknya itu punya pacar. Sudah pasti pria malang itu akan kewalahan menghadapi adiknya.

Mengecek lagi ponselnya, Kaivan berdecak pelan. Abiyya selalu saja slow respon jika sedang dibutuhkan.

Kaivan sebenarnya punya pilihan untuk masuk ke dalam dan menemui Abiyya di kantornya. Tapi percakapan mereka tempo hari saat kakaknya itu memberitahu tentang Jovanka masih terngiang dalam kepala Kaivan. Belum lagi seharian itu Kaivan ditahan tidak boleh keluar dari kantor Abiyya. Maka dari itu kali ini ia tidak akan masuk ke dalam kantornya untuk menghindari penyekapan lainnya. Hari ini Kaivan sedang tidak mood untuk jadi samsak hidup seorang Abiyya yang melepaskan amarahnya.

Bosan menunggu balasan, Kaivan mencoba menghubungi kakaknya. Biasanya jika pesan saja tidak dibalas, Abiyya pasti tidak akan menjawab telepon. Tapi ini waktu makan siang. Harusnya Abiyya sedang santai sekarang.

Belum sempat Kaivan menekan ikon telepon, pesan balasan dari Abiyya muncul.

Mas Abi
Langsung ke Cote Kitchen aja
di lantai bawah

Fine. Batin Kaivan yang membalas. Lagipula ia juga sudah kelaparan.

Pria itu merapikan rambutnya dengan satu tangan sebelum keluar dari mobil. Ia berjalan ke arah lift menuju tempat yang dikatakan oleh Abiyya.

Suasana restoran itu cukup ramai. Wajar saja, sedang waktunya makan siang. Kaivan berusaha menghindari tatapan orang-orang yang mengenalinya. Ia bisa merasakan beberapa orang itu berbisik sambil melihat ke arahnya.

Cepat-cepat Kaivan mencari sosok Abiyya. Tapi pria itu tidak terlihat di manapun. Kaivan mencoba mengedarkan pandangannya sekali lagi. Kali ini lebih teliti dan telik. Tapi tetap tidak ada Abiyya di restoran tersebut.

Kening Kaivan berkerut saat ia melihat sosok Joselyn yang sedang mengobrol dengan seorang wanita. Posisi duduk wanita itu memunggunginya jadi Kaivan tidak bisa memastikan siapa orang itu. Insting Kaivan mengatakan bahwa ia harus menghampiri kedua wanita itu. Mungkin ia bisa bertanya pada Joselyn ke mana perginya Abiyya.

Kaivan berjalan menghampiri meja Joselyn. "Hai, Mbak Josie—" kalimatnya terhenti begitu melihat siapa gadis yang duduk di hadapan Joselyn. "Vanilla?"

Alis Joselyn berkerut. "Vanilla?" tanyanya heran.

Sial. Siapa nama gadis itu? Kaivan coba mencari ingatannya.

Ara...something?

Cepat-cepat Kaivan meralat. "Ara," ulangnya. "Lo—uh—kamu ngapain di sini?"

Joselyn yang menjawab pertanyaan Kaivan. "Kita lagi bahas tentang pesta pertunangan kalian. Sini duduk,"

"Mas Abi ke mana, Mbak?" tanya Kaivan sambil menarik kursi lalu duduk di antara kedua wanita itu.

Meski terbilang sebaya bahkan Joselyn sebenarnya beberapa bulan lebih muda dari Kaivan, pria itu tetap memanggil Joselyn dengan sebutan "Mbak". Awalnya karena Riani yang menyebut wanita itu "Mbak". Lalu entah kenapa Kaivan juga ikut-ikutan. Alhasil hal itu jadi kebiasaan. Tapi tidak masalah. Perangai Joselyn memang jauh lebih dewasa. Mungkin ditambah juga karena ia menikah dengan Abiyya yang menjadikannya kakak ipar Kaivan meski Joselyn beberapa bulan lebih muda.

Daddy I Hate HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang