31. let me go

494 55 6
                                    

only love can hurt like this
only love can hurt like this

Memacu kendaraannya secepat mungkin, Kaivan berusaha mengejar Arawina. Ia menduga-duga ke mana gadis itu pergi. Setelah berpikir cepat sambil terus mengejar taksi yang ditumpangi sang gadis, Kaivan menyadari Arawina menuju ke rumah orang tuanya.

Taksi yang membawa Arawina berhenti di depan rumah Jovanka. Kaivan menghentikan mobilnya beberapa meter dari rumah itu. Ia memperhatikan Arawina yang turun dari taksi dan berjalan masuk dengan langkah cepat ke dalam rumah.

Jutaan emosi masih menguasai diri Kaivan. Pria itu bisa melihat langkah berat Arawina berjalan masuk ke dalam rumah orang tuanya. Kepala gadis itu tertunduk. Helaian rambut panjang menutupi wajahnya. Namun Kaivan tahu gadis itu pasti sedang menangis.

Kenapa ia bisa sangat bodoh? Kaivan tidak bisa berhenti meruntuki dirinya sendiri. Seharusnya ia bisa menahan Arawina agar tidak pergi sendirian. Bisa-bisanya Kaivan membiarkan gadis itu pergi setelah menyakitinya.

Kaivan tahu hal ini tidak bisa dihindarinya. Pada satu waktu akhirnya Arawina akan mengetahui semuanya. Hanya saja Kaivan tidak menyangka secepat dan mendadak seperti ini.

Kaivan sama sekali belum punya persiapan untuk memberitahu Arawina. Pikirannya terlalu sibuk mempersiapkan diri menyerang balik Bastian. Kaivan membayangkan ia akan memberitahu Arawina pelan-pelan begitu masalahnya dengan Bastian selesai.

Namun kenyataan tidak berjalan sesuai rencana. Kini gadis itu sudah tahu semuanya. Gadis itu sudah terlanjur merasa sakit karena fakta pahit yang tiba-tiba menghampirinya. Gadis itu hancur, bersamaan dengan hati Kaivan yang ikut hancur juga melihat rasa sakit di manik mata sang gadis.

Untuk waktu yang lama, Kaivan hanya berdiam diri di dalam mobil, merenungi dan menyesali apa yang baru saja terjadi. Beberapa kali ia memukul stir mobil, berharap bisa menyalurkan sedikit amarah yang masih melingkupinya.

"Fuck!" umpat Kaivan pada dirinya sendiri.

Kenapa ia bisa sangat bodoh? Kenapa ia tidak bisa berpikir jernih?

Kaivan teringat dengan pengakuannya pada Arawina. Kenapa ia harus mengatakannya di saat tidak tepat?

Kaivan mungkin sungguh-sungguh dengan perasaannya pada Arawina. Ya, ia mengakuinya. Perasaan itu tidak bisa lagi dibendungnya.

Hanya saja siapa yang akan percaya dengan pengakuan cinta setelah disakiti? Orang bodoh mana yang akan luluh dengan kalimat manis setelah dikhianati seperti Arawina?

Dengan sisa-sisa akal sehatnya, Kaivan menghubungi Abiyya. Paling tidak hal itu bisa mengalihkan pikiran Kaivan yang ingin turun dari mobil, menghampiri Arawina, dan memaksa gadis itu pergi bersamanya.

"Ya, Van?" sapa Abiyya.

"Arawina udah tahu, Mas." Kaivan bicara langsung ke intinya. Suaranya lemah.

"Lo kasih tahu dia?" Suara Abiyya di ujung sana memekik.

"She accidentally found out on her own," sahut Kaivan.

Tidak ada jawaban dari Abiyya. Kaivan menunggu respon kakaknya. Apakah Abiyya akan marah? Apakah ini artinya usaha Kaivan sia-sia?

Setelah beberapa saat terdiam, Abiyya bicara lagi. "Oke, kita temui Bastian sebelum Arawina memberitahu dia."

"Terlambat. Arawina udah ada di rumah orang tuanya." Suara Kaivan penuh penyesalan.

"Terus lo sekarang di mana?"

Kaivan tidak menjawab. Tatapannya terus terpaku pada pagar hitam besar rumah orang tua Arawina. Ia memperhatikan benda itu lekat-lekat seakan jika berkedip, semuanya akan hilang.

Daddy I Hate HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang