37. trouble in paradise

397 40 11
                                    

why don't you
rain on my parade?

"Van, kamu serius apa cuma akting, sih?" bisik Arawina kebingungan melihat Kaivan berlutut di hadapannya dengan kotak berisi sebuah cincin.

Kaivan terkekeh. Ia kemudian mengulas senyumnya yang paling tulus. "I've never been so sure in my life, Vanilla."

Kaivan mungkin memberitahu rencana klarifikasi hubungan mereka malam ini. Namun ia tidak memberitahu rencana utuhnya pada Arawina. Dibantu Abiyya, Kaivan sudah berencana untuk melamar Arawina malam ini, tepat di hari yang seharusnya jadi hari pernikahan mereka.

"Mas, apa yang bikin lo yakin nikah sama Mbak Josie? I mean, lo berdua dijodohin bahkan nggak begitu lama saling kenal," tanya Kaivan saat ia mengikuti saran Cakra untuk mengobrol dengan Abiyya.

"When you know, you know," jawab Abiyya saat itu. "Buat gue, menikah dengan Joselyn adalah keputusan yang paling tepat meski gue sama dia belum lama kenal. Tapi rasanya kayak gue udah kenal dia bertahun-tahun. She always makes feel at ease. She can see right through me, even just by looking at my face."

"Really?" tanya Kaivan ragu. "Lo nggak pernah merasa takut bakal menemui masalah dan nyakitin Mbak Josie gitu? Atau sesuatu terjadi dan lo berubah jadi orang yang nggak dia kenal lagi?"

"What's your point?" Abiyya langsung ke intinya.

Saat itu Kaivan ragu-ragu untuk menjawab. Namun setelah didesak oleh Abiyya, akhirnya ia menceritakan hal-hal yang mengganggu dalam pikirannya. "Gue pernah bilang ke bokap kalau bisa menikah dengan Arawina mungkin hal terbaik dalam hidup gue. Tapi gue juga bilang ke bokap kalau gue punya sifat-sifat berengsek dari dia yang pada akhirnya mungkin akan menyakiti Arawina—kayak dia yang sering nyakitin Mama."

"We're not our father, Van," ujar Abiyya. "Pernikahan itu nggak mudah. I admit that. Mungkin orang tua kita juga punya masalahnya sendiri yang nggak bisa kita mengerti. Pernikahan gue pun jauh dari sempurna. Tapi gue yakin berjanji pada Tuhan dan diri gue sendiri kalau selamanya gue akan jaga Joselyn. Selamanya dia akan jadi tanggungjawab gue, lahir dan batin. And every gentleman should keep his promises no matter what." Abiyya memberi nasehat yang terus dipikirkan oleh Kaivan hingga akhirnya ia mantap untuk melamar Arawina.

Kembali ke masa kini. Di hadapan Kaivan, ekspresi Arawina campur aduk. Matanya berkaca-kaca namun bibirnya tersungging lebar. Gadis itu mengerjapkan mata berkali-kali, seakan mencoba meyakinkan dirinya bahwa semua ini nyata.

Kaivan berkata lagi, "Marry me, Arawina. Aku nggak pernah seserius ini seumur hidupku tapi kali ini aku nggak main-main. Aku sangat serius saat aku cuma mau sama kamu. Aku mau kita bareng-bareng sampai kita dipisahkan maut. I only want to spend the rest of my life with you. Please say yes."

Wajah Kaivan yang tegang menanti jawaban Arawina seketika menjadi penuh kelegaan saat Arawina berkata, "Yes. Yes I will."

Sontak saja seisi ruangan bertepuk tangan dengan riuh. Dengan perasaan bahagia, Kaivan memakaikan cincin yang dipegangannya ke jari manis Arawina. Setelahnya pria itu menarik sang gadis ke dalam pelukannya.

"Mulai sekarang, aku hanya ingin membuat kamu bahagia, Vanilla. No more hiding, no more drama, no more lies, and betrayal," ujar Kaivan saat memeluk erat gadisnya.

"Van, jangan kenceng-kenceng! Aku nggak bisa napas." Arawina meronta dalam pelukan sang pria.

Mendengar Arawina meronta, Kaivan melepas pelukan mereka namun masih melingkarkan kedua tangannya di pinggang sang gadis. Ia mengecup singkat bibir Arawina. "Terima kasih udah kasih aku kesempatan dan kepercayaan, Ra. I promise I won't let you down. I'll take care of you until the day I die."

Daddy I Hate HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang