13. nothing's personal

379 40 10
                                    

am I crazy or falling in love?
is it real or just another crush?

Kaivan terperanjat dari tidurnya. Ia merasa lehernya terasa sakit karena tidur dalam posisi tidak nyaman. Sambil memijat-mijat tengkuknya, Kaivan mengumpulkan kesadaran. Di hadapannya, layar televisi masih menyala dengan film yang tidak diketahuinya.

Pria itu lalu menyadari kembali semuanya. Ia sedang berada di apartemen Arawina. Pasti ia tertidur saat sedang menonton film bersama sang gadis. Kaivan lalu melihat ke sampingnya. Arawina sedang tertidur dengan posisi duduk. Kepalanya tertunduk dan bergerak kecil karena tidak menemukan tumpuan. Posisi tidur gadis itu terlihat tidak nyaman.

Tunggu dulu! Apakah Kaivan tidur bersandar pada Arawina? Lalu kenapa gadis itu tidak membangunkannya? Pasti berat terus menumpu Kaivan di bahunya.

Dengan gerakan perlahan, Kaivan mengubah posisi Arawina agar lebih nyaman. Pria itu membawa tubuh sang gadis agar berbaring di sofa. Ia berpikiran untuk membawa Arawina ke kamarnya. Namun ia mengurungkan niatnya. Kaivan tidak mau membangunkan gadis itu.

Arawina bergerak kecil, seakan sadar dengan tindakan Kaivan. Seketika saja pria itu berbisik, "It's okay. Go back to sleep."

Tubuh Arawina akhirnya sudah dalam posisi berbaring di sofa. Mata gadis itu kembali terpejam erat. Entah mengapa tatapan Kaivan tidak ingin lepas dari wajah sang gadis.

Raut wajah Arawina sangat tenang dalam tidurnya. Garis-garis wajahnya terlihat sangat lembut. Pipi bulat gadis itu hanya membuat wajah tidurnya semakin lucu.

Lucu? Yang benar saja Kaivan!

Kaivan mengenyahkan pikirannya sebelum ia mulai berpikir sesukanya. Ia mengedarkan pandangan ke sekeliling, mencari selimut untuk menutupi tubuh sang gadis. Ia kemudian menemukan sebuah selimut kecil tersampir di sofa kecil.

Masih dengan gerakan hati-hati, Kaivan menutupi tubuh Arawina dengan selimut yang ditemukannya. Setelahnya, ia duduk di ujung sofa dekat kaki sang gadis. Entah mengapa ia masih ingin memperhatikan gadis itu.

Ini pasti karena efek es krim aneh itu. Atau mungkin karena alkohol yang diminumnya di pesta. Kaivan sudah gila jika terus ingin berada di sini padahal seharusnya ia bergegas pulang.

Iris matanya tidak juga lepas dari wajah sang gadis yang sedang menyelam di alam mimpi. Pikiran Kaivan melayang pada saat ia bertemu dengan Arawina.

Jelas-jelas Arawina tidak setuju dengan perjodohan yang dipaksakan ayahnya. Kenapa Arawina harus memaksakan diri menerima? Sejauh yang Kaivan tahu, Arawina tidak bergantung hidup kepada kedua orang tuanya. Ia punya karir yang bagus dengan kerja kerasnya sendiri.

Gadis polos. Gadis kekanakan yang terlalu penurut kepada orang tuanya. Tidak bisakah gadis itu sedikit membantah dengan keputusan yang tidak disetujuinya? Arawina sudah dewasa, ia tidak seharusnya menuruti mentah-mentah setiap keinginan ayahnya, seperti yang dilakukannya kini.

Kaivan berdecih. "Someday you'll get hurt, Vanilla," gumamnya lebih untuk diri sendiri. "And nothing hurt the most than hurting by your own family."

Kaivan tahu pasti perasaan itu. Ketika keluarga hanya  orang asing yang kebetulan memiliki ikatan darah dengannya. Ayahnya yang tidak pernah peduli padanya. Saudaranya yang hanya menganggap Kaivan pembuat onar. Mungkin bagi mereka, Kaivan hanya beban keluarga. Sejak ia remaja, Kaivan menyadari bahwa ia selalu menjadi nama buruk bagi keluarga Nataprawira.

Daddy I Hate HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang