14. romanticizing the monster

609 53 39
                                    

you ask me what I'm thinking about
i'll tell you what I'm thinking about

"Lihat ini." Naradipta menyodorkan laptopnya kepada Kaivan.

Di dalam layar laptop itu terpampang sebuah gambar beresolusi rendah. Namun gambarnya cukup terbentuk. Gambar itu hasil tangkapan layar rekaman CCTV yang memperlihatkan Bastian Jovanka sedang berada di satu mobil yang sama dengan seorang wanita di hotel tempat Kaivan dan gadis anak menteri bersama. Mereka datang beberapa hari sebelum kedatangan Kaivan.

"Siapa wanita itu?" tanya Kaivan menyelidiki gambar. Ia memperbesar gambar tersebut meski hasilnya malah membuat kualitas foto lebih buruk.

Wanita itu memakai kacamata hitam dan topi, seakan tidak ingin diketahui. Namun Naradipta punya beberapa dugaan. "Dari struktur wajahnya sih mirip Helena Murti, salah satu anggota DPR RI."

"Apa hubungannya mereka berdua? Apa mereka bersekongkol?" tanya Kaivan.

Naradipta mengangkat kedua bahu. "Itu yang masih gue selidiki," jawabnya. "Gue masih cari tahu benang merahnya."

Kaivan memberikan lagi laptop milik Naradipta. Ia beranjak dari kursinya dan berjalan sambil mencoba berpikir. "Pasti mereka nggak random ambil sasaran. Bukan sebuah kebetulan mereka menyasar gue dan anak menteri itu," analisisnya. "Omong-omong, lo udah tahu siapa anak menteri itu?"

Dengan gerakan cepat Naradipta membuka sesuatu di iPadnya. Ia kemudian memperlihatkan sebuah foto gadis dengan segala dokumen identitas di sampingnya. "Cheryl Damantara, anak menteri perdagangan Idris Damantara."

"Lo udah coba hubungi?" tanya Kaivan lagi.

Naradipta menjawab dengan decakan. "Ya, tapi anak itu kayaknya sengaja nggak mau terlibat. Gue pernah datang ke kampusnya, tapi dia punya bodyguard yang mengawasi dari jauh. Gue nggak mau bikin keributan."

Alis Kaivan menjadi semakin menyatu. Semuanya terasa janggal namun ia belum bisa merangkai semua peristiwa menjadi satu cerita utuh. Ia butuh lebih banyak informasi.

"Should I try to call her?" Kaivan menawarkan diri.

Naradipta angkat bahu. "Mungkin bisa dicoba," sahutnya. "Siapa tahu dia mau ngomong kalau sama lo. Secara lo berdua pernah menghabiskan malam romantis bersama-sama," sambungnya dengan nada mengejek.

"Bangsat lo!" umpat Kaivan menanggapi ejekan sahabatnya. Namun ia tidak meributkan kalimat Naradipta. Pria itu memang paling senang jika melihat kesempatan untuk mencemooh diri Kaivan.

Kaivan mengambil ponselnya dan menghubungi nomor Cheryl Damantara yang tertera di layar. Sementara itu Naradipta berjalan ke dapur untuk mengambil botol minuman lagi.

Langit di luar sudah hampir terang. Namun sejak tengah malam, baik Kaivan dan Naradipta masih terus mencoba mencari bukti tentang informasi yang baru saja didapat Naradipta. Kaivan langsung menuju ke tempat Naradipta begitu dihubungi tentang Bastian Jovanka.

Sebuah sumber mengatakan bahwa Bastian Jovanka sering terlihat bersama seorang anggota dewan. Maka dari itu Naradipta langsung menghubungi Kaivan untuk mencari tahu bersama. Mereka memutuskan untuk bertemu di apartemen Naradipta agar pembicaraan mereka tetap menjadi rahasia.

Saat sedang menekan tombol untuk menghubungi Cheryl, notifikasi pesan di ponsel Kaivan menunjukkan nama Vanilla.

Rupanya Arawina sudah bangun. Batin Kaivan.

Daddy I Hate HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang