06. communication is key

655 57 5
                                    

a little context if you care to listen
i found myself in a shit position

"Silakan langsung ke lantai delapan aja," ujar seorang resepsionis pada Arawina.

Mengikuti arahan, Arawina berjalan menuju lift dan menekan tombol angka delapan. Dengan gusar ia memperhatikan layar monokrom berganti angka seiring dengan lift-nya yang naik.

Arawina ada di kantor pusat Grup Nataprawira. Ia diperintahkan ayahnya untuk membicarakan tentang pesta pertunangan dengan keluarga Nataprawira. Karena Arawina sama sekali tidak punya kontak Kaivan, ia akhirnya menghubungi Abiyya. Pria itu berkata untuk datang ke kantornya saja.

Sebenarnya Arawina tidak ingin mengurusi apa pun tentang perjodohannya ini, apalagi harus menggelar pesta besar. Membayangkan dirinya harus berada di satu ruangan dikelilingi orang banyak saja sudah membuat mood-nya seketika turun. Apalagi Arawina berada di sana karena terpaksa.

Jika keluarga Nataprawira yang ingin perjodohan ini berlangsung, kenapa bukan mereka yang mengurusi semuanya? Kenapa harus ia dan ayahnya yang sibuk?

Tapi lagi-lagi Arawina tidak bisa melawan jika ayahnya sudah meminta bantuannya. Ia lebih memilih melihat orang tuanya bahagia meski harus membuat dirinya sedikit kesusahan.

Denting singkat berbunyi diiringi pintu lift yang terbuka. Arawina melangkahkan kakinya keluar dari lift dan mencari kantor Abiyya. Seharusnya tidak sulit karena menurut resepsionis, letaknya tidak jauh dari lift.

"Arawina?" Seseorang memanggil namanya.

Gadis itu berbalik melihat arah suara. Matanya seketika berbinar melihat seorang wanita familiar yang berdiri di hadapannya. "Mbak Josie? Ya ampun udah lama banget nggak ketemu!" Arawina berseru girang begitu melihat kakak kelasnya dulu di kampus berdiri di hadapannya.

Lalu Arawina ingat kalau Joselyn kini menikah dengan Abiyya. Ia tidak ingat kapan terakhir bertemu dengan Joselyn. Mungkin saat mereka masih di Singapura saat kuliah? Sudah cukup lama.

Arawina bersumpah wanita itu hanya bertambah cantik seiring bertambahnya usia. Well, Joselyn memang selalu cantik sejak dulu. Wajahnya bersih berkilau dengan proporsi pas. Tubuhnya yang langsing dan ideal juga menambah sempurna sosok seorang Joselyn Tjandrawinata—mungkin sekarang menjadi Nataprawira.

Joselyn menghampiri Arawina dan memeluknya sekilas. "Kamu nggak ada berubahnya. Masih gemesin aja," pujinya sambil mencubit pelan pipi Arawina.

Sejak dulu, orang-orang memang selalu suka menggoda Arawina karena pipinya yang chubby. Awalnya Arawina merasa insecure dan menganggap hal itu sebagai kekurangannya. Tapi semakin ke sini, ia menyadari bahwa fitur wajahnya itu menjadi kelebihan dan ciri khas baginya.

"Mbak bisa aja!" Arawina tersipu.

"Kamu ada apa ke sini?" tanya Joselyn.

"Ketemu sama Pak Abiyya, Mbak," jawab Arawina. Ia berhenti sejenak, ragu untuk melanjutkan. "Kemarin kita udah janjian untuk bahas acara pertunangan."

"Oh, iya." Nada bicara Joselyn menjadi pelan. "Mas Abiyya cerita katanya kamu mau tunangan sama Kaivan ya?"

Arawina mengangguk dengan terpaksa. "Dijodohin sih lebih tepatnya," desahnya.

"Tenang aja. Nggak semua perjodohan itu buruk, kok." Joselyn memberi saran. "Aku juga dulu dijodohin sama Abiyya."

Iris mata Arawina melebar mendengar informasi yang baru saja didengarnya. "Oh gitu, Mbak?"

Ada apa keluarga ini dengan perjodohan? Sepertinya mereka senang sekali menjodohkan anak-anaknya? Atau memang itulah yang menjadi tradisi di keluarga old money seperti Nataprawira? Orang kaya berjodoh dengan orang kaya.

Daddy I Hate HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang