05. hate for two

482 47 15
                                    

i take my whiskey neat
my coffee black and my bed at three
you're too sweet for me

Setengah hati Kaivan berkendara menuju kediaman keluarga Jovanka. Sebenarnya ia ingin putar balik dan membatalkan janjinya pada Abiyya untuk bertemu dengan Arawina dan kedua orang tuanya.

Sialnya, bagaimanapun Kaivan mencoba, ia sepertinya sulit untuk membantah perintah Abiyya. Kakaknya itu seperti punya sihir yang membuat dirinya menurut tanpa dipaksa.

Sampai di depan kediaman Jovanka, seseorang membuka gerbang rumah. Setelah memarkir mobilnya, Kaivan mematikan mesin dan berdiam diri sejenak.

Kaivan melirik dirinya di pantulan spion. Ia mencoba memasang wajah datar untuk menutupi ekspresi sebenarnya yang ingin menghajar Bastian Jovanka. Lihat saja, permainan liciknya tidak akan bertahan lama. Sebentar lagi Kaivan dan keluarganya bisa membalikkan keadaan.

Sayangnya Dipta belum bisa diganggu karena sedang sibuk dengan peluncuran produk terbaru brand Riani. Tapi Dipta berjanji akan membantu jika pekerjaannya sudah selesai.

Mudah saja sebenarnya untuk Kaivan meminta bantuan dari orang lain. Tapi masalah ini adalah rahasia besar keluarga Nataprawira. Ia tidak mau mengambil resiko meminta bantuan sembarang orang. Ia tidak mau setelah masalahnya dengan Jovanka selesai, ia malah terjebak dengan masalah baru dengan orang lain.

Satu-satunya orang yang bisa diandalkan adalah Naradipta. Pria itu memang bukan ahlinya tapi ia cukup handal dalam mencari informasi. Ia punya kelompok yang bisa mengakses data-data sulit dan rahasia. Dipta dan teman-temannya sebenarnya cocok menjadi detektif. Hanya saja mereka tidak berniat melakukannya demi uang. Hanya untuk bersenang-senang.

Selama ini Nataprawira tidak jarang meminta bantuan Dipta untuk hal-hal yang menyangkut pencarian informasi. Sejauh ini, Dipta tidak pernah mengecewakan. Informasi pribadi tentang Nataprawira pun tidak pernah bocor dan tetap terjaga dengan baik.

Pikiran Kaivan buyar saat ia mendengar ponselnya berdering. Sambil berdecak, ia mengambil ponsel di sakunya dan menjawab tanpa melihat nama si penelepon. Ia sudah tahu itu pasti Abiyya.

"Ini gue udah di depan rumahnya!" ujar Kaivan bahkan sebelum kakaknya menyapa.

"Oke, gue cuma mau memastikan. Awas aja lo kabur," sahut Abiyya.

Sambungan terputus.

Menahan kesal yang tiba-tiba menyerang ubun-ubunnya, Kaivan memilih keluar dari mobil. Ia berjalan dengan langkah lambat menuju ke dalam rumah. Seakan ia ingin sebisa mungkin menunda pertemuan dengan musuhnya ini.

Namun lagi-lagi Kaivan tidak bisa menahan lebih lama. Pada akhirnya ia harus masuk dan menemui keluarga Jovanka.

Begitu masuk ke dalam rumah, seorang pria menyambutnya. Kaivan duga pria itu adalah Bastian Jovanka. "Kaivan!" sapa si pria menghampiri Kaivan dan memeluknya sekilas.

Dengan kikuk Kaivan balas memeluk. "Selamat malam. Maaf kakak saya tidak bisa hadir. Dia masih ada pekerjaan."

"Tidak masalah," balas Bastian. "Ayo masuk. Istri dan anak saya sudah menunggu di dalam," sambungnya. Ia kemudian merangkul Kaivan dan membawanya ke ruangan makan.

Bisa-bisanya pria ini bersikap ramah setelah beberapa hari lalu mengancam keluarganya, desis Kaivan dalam hati.

Jika saja semua bisa berjalan sesuai dengan keinginannya, Kaivan bisa pastikan pria ini sudah tergeletak tidak berdaya di lantai sekarang.

Tapi tentu saja Kaivan tidak bisa melakukannya. Abiyya sendiri yang memastikan bahwa malam ini harus berjalan normal dan tidak menimbulkan kecurigaan bagi Bastian. Sialnya hal itu membuat Bastian justru semakin di atas angin. Ia mempersilakan Kaivan bergabung bersama keluarganya seakan mereka benar-benar saling mengenal dan dengan senang hati menjalankan perjodohan ini.

Daddy I Hate HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang