18. two sides of coin

365 46 9
                                    

who's afraid of little old me?!
you should be

Sudah sejak tadi Arawina duduk di ruang tengah rumah kedua orangtuanya. Bastian sedang menjelaskan kepada anak semata wayangnya tentang kesepakatan pra-pernikahan antara kedua calon suami-istri. Arawina diberikan sebuah dokumen berisi beberapa poin tentang kesepakatan tersebut.

Sebenarnya Arawina setengah hati mendengarkan penjelasan ayahnya. Ia tidak begitu memperhatikan apa yang ayahnya katakan selain perjanjian pra-pernikahan itu dibuat agar Arawina mendapatkan hak dan fasilitas sebagaimana mestinya anggota keluarga Nataprawira.

"Pa, aku nggak mau melanjutkan perjodohan ini," ucap Arawina tiba-tiba menyela penjelasan ayahnya.

Bibir Bastian terbuka, menggantung kalimat terakhir yang diucapkannya. Keningnya berkerut dalam mendengar kalimat anaknya. "Nggak mau gimana maksud kamu?"

Arawina tidak berani menatap langsung wajah ayahnya. Ia memperhatikan kedua tangannya yang saling terpilin di pangkuannya. Jantungnya berdegup dua kali lebih cepat seiring dengan darah yang mengalir deras dalam tubuhnya. Ia bisa mendengar desah berat ayahnya yang tidak setuju.

"Ya, aku nggak mau nikah sama Kaivan," jawab Arawina pelan.

Arawina bisa merasakan tatapan ayahnya meski ia tidak melihat langsung. Tatapan itu seakan membuat lubang dalam wajah Arawina. Merasa tidak nyaman, ia mengangkat wajah dan menatap langsung ke iris ayahnya. "Kaivan bukan laki-laki baik, Pa. Apa Papa tega menjodohkan anak Papa dengan laki-laki kayak dia?"

"Ini bukan tentang tega atau tidak tega, Arawina," sela Bastian. "Ini tentang memanfaatkan kesempatan. Bayangkan kalau kamu menikah dengan salah satu dari anak Nataprawira. Bayangkan semua hak dan fasilitas yang akan kamu dapatkan. Bayangkan juga perusahaan kita yang akhirnya bermitra selamanya dengan mereka—"

"Tapi aku nggak mau menikah dengan Kaivan, Pa!" tegas Arawina. "Dia itu senang main cewek dan omongannya nggak bisa dipegang!"

"Maka dari itu Papa buat perjanjian pra-nikah ini menguntungkan buat kamu," sahut Bastian. "Papa sudah berdiskusi dengan Abiyya. Dia setuju dengan semua poin yang Papa usulkan. Termasuk di dalamnya tentang kompensasi jika Kaivan melakukan kesalahan yang merugikan kamu seperti perselingkuhan dan penganiayaan."

Arawina mencibir, "Papa ini kayak lagi memanfaatkan aku demi harta, tahu nggak?!"

"Maksud kamu Papa lagi jual kamu gitu?" Bastian menyahut kalimat anaknya.

"Iya kali," gumam Arawina sambil bersungut. "Udah jelas-jelas anaknya nggak mau dijodohin, apalagi sama orang kayak Kaivan. Tapi yang Papa bahas dari tadi tentang materi terus."

"Memangnya kamu punya cara untuk menyelamatkan perusahaan kita?" tanya Bastian. "Kalau kamu punya cara, ayo kasih tahu Papa. Kalau caramu berhasil, Papa akan batalkan perjodohan kalian."

Arawina terdiam. Tentu saja ia tidak punya cara apa pun. Ia bahkan tidak tahu bagaimana cara mengelola perusahaan keluarga apalagi harus menyelamatkannya. Selama ini Arawina hanya membantu sebisanya karena kesibukan pekerjaannya sendiri.

"Nggak punya, 'kan? Maka dari itu lebih baik kamu nurut aja sama Papa," ujar Bastian menekankan. "Lagipula apa ruginya menikah dengan Kaivan? Dia jelas kaya, ganteng, selain aset Nataprawira dia juga punya kerjaan bagus. Bukannya dia idola banyak wanita?"

Daddy I Hate HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang