22. puzzle

475 52 25
                                    

everytime we meet the picture is complete
everytime we touch the feeling is too much

"Oh, shit!" desis Kaivan begitu melihat pesan dari Arawina.

Keduanya sedang berkirim pesan karena dompet Kaivan tertinggal di apartemen sang gadis. Sepertinya benda itu tertinggal saat kemarin Kaivan mengantar pulang Arawina setelah dari makam ibunya. Kaivan mengantar Arawina sampai ke dalam apartemen sambil mengeringkan pakaiannya.

"Kenapa?" tanya Naradipta. Ia semalam menginap di tempat Kaivan karena menemukan bukti yang harus diselidiki.

Naradipta berhasil mendapatkan rekaman CCTV hotel tempat Kaivan dan Cheryl bertemu dan menghabiskan malam bersama. Setelah Cheryl bercerita bahwa ia tidak sadar dan tidak ingat dengan kejadian di malam itu, Kaivan curiga ada unsur kesengajaan yang sudah direncanakan. Maka dari itu Kaivan meminta Naradipta mencari rekaman CCTV untuk mencari bukti.

Semalaman mereka bergantian menonton satu per satu rekaman CCTV di hotel. Entah dari mana Naradipta bisa mendapatkan rekaman itu. Kaivan tidak pernah mendapat jawaban yang pasti.

"Let's say I got help from a friend," jawab Naradipta setiap kali ia ditanya tentang bukti-bukti yang didapatnya.

Bagaimanapun cara Naradipta mendapatkannya, Kaivan merasa beruntung dan menganggap temannya memang ahli dalam bidang ini. Seharusnya Naradipta memulai usahanya sebagai detektif swasta atau paling tidak berkecimpung di dunia keamanan, bukan malah menjadi pembantu dan asisten bagi Riani. Naradipta punya bakat yang sayang jika tidak dimanfaatkan.

Kembali ke tujuan Kaivan mencari bukti, ia memberikan laptop ke Naradipta. "Arawina mau ke sini," ujarnya mulai gelisah.

"So?" tanya Naradipta heran. "Lo nggak nyembunyiin cewek, 'kan?"

"Ya enggak lah, bego! Dan bukan itu maksud gue," cicit Kaivan. "Kita harus beresin barang-barang di sini. Jangan sampai Arawina curiga."

Kaivan segera menyembunyikan berkas-berkas dan perangkat yang berhubungan dengan pencarian informasi tentang Bastian Jovanka. Ia tidak mau Arawina mengetahui rencana sebenarnya.

Bukannya membantu, Naradipta masih fokus melihat ke layar laptop sambil memutar rekaman CCTV. Matanya fokus menatap pergerakan di layar yang dipercepat beberapa kali. Sedangkan Kaivan masih sibuk merapikan apartemennya. Selain barang yang berkaitan dengan pencarian informasi, Kaivan juga merapikan tempatnya bahkan hingga ke dalam kamarnya. Hal itu membuat Naradipta keheranan.

"Lo kayak mau kedatangan tamu negara aja tahu nggak?" cibir Naradipta. "Memangnya Arawina suka komplain kalau tempat lo berantakan?"

Mendecak, Kaivan menjawab, "She's never been here before."

"Lo serius?" Suara Naradipta naik satu tingkat. "Gue kira lo sering bawa dia ke sini. You know, in case kalian bosan menghabiskan waktu berdua di tempat dia terus," ujarnya dengan seringai mengejek.

Kaivan tahu pasti maksud ucapan Naradipta. Segera saja satu bantal dilempar Kaivan yang tepat terkena wajah Naradipta. Temannya itu gagal untuk menangkis. "Bokep aja pikiran lo!" umpat Kaivan.

Naradipta menggerutu. Ia mengomel sambil kembali fokus ke layar laptop. "Padahal elo yang jadi calon artis bokep. Awas aja kalau lo bikin video sama Arawina terus sampai kesebar juga. Nanti gue lagi yang repot beresin masalah lo."

Kesal terus diejek sahabatnya, Kaivan menghampiri Naradipta sambil bersungut dan siap untuk melempar lagi barang di sekitarnya. "Gue bikin bonyok juga mulut lo! Sembarangan aja kalau ngomong."

Alis Naradipta naik. "Gue perhatiin lo kalau udah bahas Arawina sensi dan berkilah terus. Alasannya juga ada aja. Pura-pura baik lah, nggak bolehin gue deket-deket dia lah, sekarang bahas urusan ranjang lo berdua aja pakai emosi segala. Nggak usah lo tutup-tutupin pun gue udah paham. Biasanya juga lo dengan bangga menyombongkan diri kalau udah dapetin cewek."

Daddy I Hate HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang