043

61 10 2
                                    

Halo halo selamat malam semuanya. Bagaimana nih kabarnya? Semoga kalian semua baik-baik aja ya. Maaf kalo author agak lama buat up karena kesibukan yang gak bisa di tinggalkan + mikirin alurnya butuh waktu. Sekarang udah kembali lagi nih, doakan biar cepet selesai sampai 50 chapter nanti. Cerita ini cuman sampe 50 chapter aja teman-teman, tapi nanti author revisi biar seru lagi. Jadi, nanti di kabarin pas udah revisi di papan pengumuman WP. Langsung aja yuk baca, jangan lupa votemennya, selamat membaca semuanya.
















Hari demi hari pun berlalu, kondisi Jake sudah lebih baik dibandingkan dari biasanya. Hingga kini Jake mampu mendorong kursi roda yang di duduki oleh sang anak untuk menuju taman rumah sakit.

"Pa, udah disini aja. Papa duduk aja, Papa kan masih sakit," ucap Ni-ki.

Senyuman Jake kembali tercipta di bibirnya. Jake menjawab ucapan anaknya itu dengan gelengan kepala, "Kondisi Papa udah agak membaik dari kemarin-kemarin kok," jawab Jake kemudian ia duduk di salah satu kursi taman rumah sakit sembari membawa tiang infusnya.

Ni-ki menggelengkan kepalanya seakan ucapan Papanya itu tidak benar, "Papa, kita itu sama-sama sakit. Seharusnya tunggu grandma aja buat dorongin kursi roda Ni-ki. Ni-ki juga gak terlalu bosen di kamar kok," ucap Ni-ki berbohong.

Jake tertawa sejenak sebelum bersandar di kursi rumah sakit, "Bohong, kamu keliatan suntuk di kamar. Yakin selama 12 hari di kamar rumah sakit gak bosan? Papa aja bosan loh."

Ni-ki menoleh kearah Jake, gelengan kepala pun tercipta setelah Jake mengucapakan hal tersebut, "Enggak kok, enggak bosan. Cuman ya gimana ya pa," jawab Ni-ki ragu-ragu.

"Nah kan, itu sama aja bosan kamu," cicit Jake, pandangannya kini beralih kearah air mancur kecil dengan sebuah kolam ikan di hadapannya.

Ni-ki menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal dengan kekehan kecilnya. Keheningan pun terjadi karena Jake menatap kosong kolam ikan di depannya sedangkan Ni-ki menunduk untuk menatap kakinya yang malang. Dokter mengatakan bahwa kaki Ni-ki akan pulih kembali dengan memakan waktu yang cukup banyak sehingga pelatihnya meminta Ni-ki untuk beristirahat di rumah sembari menunggu kakinya kembali pulih. Tetapi bukan kah seperti itu membuat waktu untuk Ni-ki meraih impiannya menjadi terhambat? Akan kah ia bisa mewujudkan cita-cita nya sebelum ia lulus di bangku sekolah menengah atas.

"Pa," panggil Ni-ki meskipun pandangannya masih pada di kedua kakinya yang di baluti oleh perban putih.

Jake yang mendengar panggilan dari anaknya itu pun langsung menoleh kearah Ni-ki yang sedang menunduk, "Iya kenapa nak?" tanya Jake membuat Ni-ki mendongakkan kepalanya dan mengalihkan pandangannya kearah dirinya.

"Kaki Ni-ki ... sembuhnya gak bisa cepet ya? Ni-ki kan mau latihan lagi biar cita-cita Ni-ki terwujud Pa. Perjalanan Ni-ki masih jauh," ucap Ni-ki kepada Jake.

Jake membungkam mulutnya karena mendengar anaknya itu terlalu bersemangat untuk menggapai impiannya. Jika seperti itu Jake merasa bangga mempunyai anak yang sangat semangat dalam menggapai impiannya, namun di satu sisi Jake khawatir dengan kondisi kesehatan sang anak yang menurun karena terlalu kecapean akibat terlalu memforsir tubuhnya untuk berlatih.

Jake tersenyum dan tangannya beralih mengusap-usap tangan anaknya itu beberapa kali, "Fokus ke kesehatan kamu dulu. Papa yakin waktu kamu masih cukup buat gapai impian kamu itu. Ini tuh jadi pertanda dari Tuhan buat kamu supaya kamu istirahat dulu dan tidak memforsir diri kamu untuk latihan terus menerus."

Ni-ki mengigit bibirnya selama Jake mengatakan kata-kata tersebut untuk dirinya. Ucapan Papanya memang benar, apa karena Ni-ki terlalu sering berlatih membuat kesehatan kakinya menurun hingga mudah mengalami patah tulang? Sebelum kecelakaan itu terjadi pun kakinya sudah merasakan nyeri.

My Papa is My Hero || Jake & Ni-ki (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang