Keesokan paginya Putri tidur itu merasa terganggu saat cahaya matahari yang mengintip dari tirai mulai mengenai wajahnya. Hal itu menandakan kalau hari sudah siang.
Reina menyesuaikan penglihatannya. Dari tempatnya berada dia melihat siluet seorang pria sedang berdiri tegak di depan jendela yang tidak jauh dari kasurnya.
Matanya melotot kala mengetahui siapa pria itu. Sosoknya yang kuat begitu terpancar dari aura intimidasinya.
Dengan tenang Reina mencoba merapihkan gaun tidur serta selendang untuk menyapa Tuannya. Ya lebih tepatnya Tuannya Olivia.
"Selamat Pagi, My Lord," sapanya menunduk hormat.
Niels yang merasa ganjal dengan panggilan itu menatap heran dan tidak suka. Sejak kapan wanita ini malah lebih memilih sopan santun ketimbang panggilan manja ?
Niels pun menanggapinya dengan mengangguk. Dia meneliti wanita itu dari atas sampai bawah dan berhenti di wajahnya. Wajah seputih dan semulus porselen itu memerah pada bagian lingkar mata dan hidung karena sembab.
Menangis ?
Apa yang wanita ini tangisi ? Apa keluarganya mengalami masalah lagi ?
Entah bagaimana Niels merasa kasihan melihat penampilan wanita itu. Tubuhnya semakin kurus penuh bercak hasil cumbuannya, wajah cantik itu semakin pucat setiap harinya. Dia bagaikan berhadapan dengan mayat hidup.
"Katakan padaku, sejak kapan kondisimu seperti ini ?"
"Maaf ?" Reina yang tidak mengerti pun menatap mata merah itu dengan tatapan polosnya. Apa yang dimaksud calon Duke ini ?
Niat hati ingin marah, Niels marah dikejutkan dengan tatapan itu. Dia tertegun. Itu adalah tatapan Olivia ketika mereka pertama kali ketemu. Olivia yang terkenal dengan kelembutannya. Tatapan yang telah hilang setelah wanita itu debut menjadi wanita dewasa. Tatapan bingung, takut, lembut dan penuh keingintahuan.
Niels berdehem membersihkan tenggorokannya. Langkahnya pasti. Dia maju dan membingkai wajah itu. Tatapannya menelisik seluruh jiwa Olivia. Dia mencari. Mencari Olivia yang selama ini menemaninya, melayaninya.
"Jika yang Tuan maksud pakaianku yang masih mengenakan gaun tidur mungkin aku sudah begini ketika pelayan menggantikan pakaianku semalam," tutur Olivia pelan mata itu masih terus menatap iris merah milik Niels. Sekarang kita panggil Reina dengan Olivia.
Lagi-lagi Niels tertegun. Kenapa ? Apa yang membuatnya berubah ? Apa karena dia mendengar rencana ayah yang akan segera melakukan pernikahan politik ?
Niels yang tidak ingin otaknya terpengaruh dengan rencana licik wanita itu untuk memanipulasi dan menguasainya pun memilih membiarkan wanita bersurai ginger itu. Dia melepaskan kedua telapak tangannya yang tadi membingkai wajah cantik itu.
"Istirahatlah," ucapnya kemudian pergi dari kamar Olivia.
Setelah ini Niels akan memerintahkan Potra untuk mengawasi wanita itu agar tidak menggangu rencana ayahnya. Pernikahan politik ini terjadi atau tidak Niels tidak peduli. Dia hanya tidak mau Olivia diganggu dan ayahnya berpikiran kalau wanita ini adalah kelemahannya.
************
Setelah kepergian monster itu, Reina langsung buru-buru mengunci pintu. Dia beralih ke meja baca dan mengambil setumpuk kertas yang biasa digunakan untuk menyurat.
'Apa yang harus dia lakukan ?'
Disana dia juga mengambil pulpen bulu serta tinta untuk ia gunakan menulis. Disana Olivia mulai menyusun rencana agar segera lepas dari kandang menyiksa ini.
Pertama, dia harus membuat kesepakatan dengan Duke Carlov III, ayah Niels bahwa kontrak mereka akan habis dalam waktu 2 Minggu dari sekarang.
Dia tahu Sang Duke tidak menyukai anaknya yang begitu terikat dengan anak rendahan ini —Olivia. Tapi dia juga tidak bisa melarang sang anak jika dia masih ingin mempertahankan Olivia di sisinya. Terlebih Olivia adalah kunci untuk mengendalikan Niels sejauh ini sampai putranya benar-benar menikah.
Jadi jalan satu-satunya yaitu membuat kesepakatan. Duke tidak pernah tahu bahwa kontrak itu telah bersegel sihir perjanjian antara dia dan Niels. Jika Duke bisa menyeludupkan surat perjanjian itu agar ditandatangani Niels, maka baik dia dan anaknya akan sama-sama bebas. Apalagi Pria tua itu sudah mulai menyiapkan rencana pertemuan antara sang putra dengan calonnya.
Kedua, jika sang Duke tidak mau, dia sendiri yang akan meminta pemutusan kerja secara sepihak. Walaupun kemungkinannya kecil tapi dia akan coba sebagai cadangan. Tentu saja dengan cara licik selanjutnya.
Ketiga, setelah dia berhasil mendapatkan tanda tangan, dia akan membuat Niels muak padanya karena sifat posesifnya. Selama ini Niels tidak pernah suka ketika Olivia manja dan selalu ingin dirinya temani padahal Niels juga memiliki pekerjaan. Kecemburuan Olivia membuatnya muak.
Saat pria itu lebih memilih mengabaikannya, disanalah dia akan pergi dari kastil secara diam-diam tanpa Niels sadar bahwa dirinya sudah tidak ada di kastil lagi.
Keempat, sejalan dengan rencana itu semua dia akan meminta sang ayah membuatkan surat kepada bibinya di desa agar mau menampungnya karena telah patah hati. Dan dia butuh suasana baru.
Lalu dia akan hidup damai di rumah bibinya sampai kerajaan mengumumkan Niels diangkat menjadi Duke dan pertunangan antara dirinya dan putri Alexandria resmi dilakukan. Dan itu akan terjadi tiga tahun lagi.
Ya, semuanya sudah siap. Rencana ini yang dia butuhkan. Dan selama tiga tahun itu Niels tidak akan bisa mencarinya karena sihir perjanjian mereka akan aktif jika Niels sampai berani merencanakan hal buruk pada dirinya dan keluarganya.
Untungnya Olivia asli tidak sebodoh itu dalam mencintai seseorang. Dia sangat bersyukur.
Sekarang waktunya dia menulis surat untuk ayahnya setelah itu menghadap sang Duke.
•
•
•
To Be Continue
KAMU SEDANG MEMBACA
Duke Carlov
Historical FictionReina Stankof tidak pernah menyangka kalau dirinya kini masuk ke dalam tubuh seorang maid kepercayaan sang Tuan muda di mansion besar ini. Lebih parahnya lagi, dia masuk ke dalam tubuh maid yang cintanya pertepuk sebelah tangan dan harus mati tragis...