Chapter 4 : Olivia Johansson

6.2K 401 0
                                    

Reina terus berlari di lorong kastil. Dia tidak memperdulikan kakinya yang tidak beralas apapun. Rambut panjangnya terbawa angin mengikuti pergerakan si empunya tubuh. Dia hanya butuh bersembunyi.

"Lady Olivia ?"

Dia hampir saja menabrak seorang pelayan yang menatapnya heran. Wanita itu memanggilnya "Lady" dan disaat itu juga dia paham kalau tubuh yang dia masuki adalah seorang bangsawan.

Berusaha untuk tidak terlihat panik, Reina pun berakting layaknya pemilik tubuh. "Bisa antar aku ke kamarku ? Tubuhku terlalu lemas,"

Paham dengan apa yang dimaksud, pelayan itu pun mengangguk dan meminta Reina ikut dengannya. Mereka berdua pun mengambil arah datangnya Reina tadi.

'ah ternyata kamarku berlawanan arah'

Mereka mengambil jalur kanan dan cukup jauh langkah yang dia ambil hingga akhirnya Reina sampai disebuah kamar yang terbilang besar.

"Silahkan, my lady. Apa ada yang perlu saya bantu lagi ?" Ucapnya saat mereka tepat di depan pintu setinggi 3 meter berukiran rumit.

"Tidak, terima kasih, hanya saja jangan ganggu aku dulu, aku akan keluar sendiri jika sudah lebih baik. Kau boleh pergi," ucap Reina.

"Baiklah, saya pamit dulu my Lady"  balasnya kemudian berbalik pergi dari sana.

Setelah masuk ke dalam kamarnya, Reina langsung meluruh ke lantai. Tubuhnya sudah tidak sanggup berdiri lama-lama. Entah apa yang telah dilakukan pemilik asli tubuh ini, tapi otot tubuhnya benar-benar pegal dan lemas. Jantungnya berpacu cepat. Napasnya tidak teratur. Dia kelelahan.

Dengan kekuatan yang tersisah dia pun berusaha mencapai tempat tidur dan langsung membaringkan tubuhnya disana. Tatapannya kosong memandang langit-langit kamar. Dia berusaha menyusun kejadian yang terjadi padanya.

Seharusnya dia sudah mati. Seharusnya jiwanya tidak disini. Apakah dia bertransmigrasi ? Lady Olivia. Nama itu tampak familiar ditelinga Riena.

Seketika kilasan kenangan antara dirinya dan sepupunya langsung terputar. "Bagaimana ? Serukan novelnya ? Hihihihihi,"

Reina menatap tajam kearah sepupunya itu, "kau! Bisa-bisanya merekomendasikan aku novel 21+ arghhh Bianca kau benar-benar !"

Reina dan Bianca terus kejar-kejaran tanpa peduli seisi kamar Bianca menjadi kapal pecah. "Tapi seru kan ??? Kali-kali kamu harus baca dark romance Reina, hahahahaha"

Sebuah bantal melayang tepat ke punggung gadis itu, "kau benar-benar menyebalkan!"

Bianca akhirnya mengalah dan memilih duduk ditepi kasur. "Kamu baca sampe habis tidak ?"

Wajahnya memerah. Dia benar-benar baca hingga selesai karena kisahnya benar-benar seru.

"Okay, sudah terlihat jelas. Kamu baca sampe habis," ucap Bianca jahil.

Wajah itu benar-benar ingin Reina pukul. Dia pun mengembalikan novel gadis itu pada pemilik aslinya. "Ceritanya seru, hanya saja kamu gak kasih aku warning kalo genrenya bakal ada 21+. Astaga kalo sampe om dan tante tau ck ck ck"

"Heleh, kamu juga akan ku seret ya" ancam Bianca tidak mau kalah. Bianca adalah sepupunya dari pihak ibu. Hanya keluarga merekalah yang masih mau menerima Reina layaknya keluarga. Ekonomi keluarga Bianca tidak jauh beda dengan Reina itu pun sebelum ibunya sakit dan ayahnya kecanduan alkohol. Reina dulu juga sempat memiliki keluarga bahagia. Hanya saja semua berubah sejak ayahnya terkena tipu dan jatuh bangkrut.

"Lagian ya Reina cantik. Latarnya itu kerajaan, tata Krama kuat tapi hanya sebatas diluar saja. Banyak skandal dan pasti hal-hal berbau 21+ itu akan ada sebagai sisi gelap kehidupan masyarakat sana. Apa ya kalo kita sebut, jaman kerajaan itu jaman kebodohan. Apalagi lingkup Anggota kerajaan. Apa yang kamu harapkan ? Dalam politik dan taktik pemerintahan mereka hebat, tapi dalam cinta dan nafsu mereka bodoh. Makanya aku sengaja gak bilang ke kamu biar kamu bisa menilai sendiri, gak selamanya kehidupan sosial seseorang harus disamakan dengan kita. Seharusnya kita bersyukur bukan hidup di jaman ini ?" Jelas Bianca

Benar. Sepupunya benar. Pikirannya jadi terbuka lebar. Hanya saja dia shocked berat. Anak secupu dia harus bergelut dengan konflik percintaan yang menggebu. Kepalanya pusing mendadak.

"Tapi aku sedih, aku kasihan dengan Lady Olivia." Ungkap dirinya.

Bianca menatap Reina paham, dia bahkan sudah mengira kalau sepupunya bakal ada di pihak karakter itu. "Aku tahu. Kau merasa kalian terikat bukan ?"

"Bayangkan, Olivia yang hanya berlandaskan cinta, harus hancur demi pria itu,"

Reina menyetujui. "Olivia harus mati di tangan pria yang dia cintai. Sampai harus gelap mata menjadi sosok jahat. Aku jadi teringat ibu," gumam Reina sedih.

"Tampaknya sepupuku ini sangat menyukai Olivia," Bianca merangkul bahunya yang dibalas anggukan lemas. Dia memahami betul perasaan Reina. Ibunya banyak berkorban demi membahagiakan sang suami tanpa menyadari kalau tubuh rentan itu semakin rusak. Hati serta fisiknya.

"Sedih ya ketika ketulusan harus bertaruh dengan harapan. Kalo aku bisa bicara dengan Olivia, aku sangat menyayanginya. Olivia pantas bahagia. Dia karakter kuat yang sayang keluarga, peduli, baik hati, dan tulus. Aku cuman mau ngingetin dia, siapa Olivia sebenarnya sebelum bertemu Niels. Olivia itu anak yang kuat. Tidak seharusnya dia membuang waktunya untuk pria monster itu,"

Percakapan itu kini menjadi kenyataan. Bukan hanya berbicara dengan Olivia, tapi dia bisa langsung mengendalikan nasib wanita itu karena dialah Olivia sekarang.

Reina menatap tubuhnya yang penuh bercak-bercak merah dan keunguan. Pria itu, apakah dia Niels ?

Kalo iya, dia tidak bisa disini. Dia harus melarikan diri. Tapi bagaimana ?

Dirinya terikat kontrak dan hanya Niels seorang yang bisa melepaskannya. Dia akan lepas dari pria itu setelah Niels menandatangani surat pengunduran dirinya. Selama ini Niels merasa aman-aman saja karena dia tahu seberapa besar cinta wanita ini untuknya.

Oleh karena itu Olivia tidak pernah membahas perjanjian itu lebih detail lagi.

Apa dia harus coba dengan hal licik ? Yg dibutuhkan hanya tanda tangan Niels dalam surat itu bukan ? Surat itu tidak akan rusak karena tersegel sihir Niels sendiri. Jadi pria itu melanggar, Niels hanya akan tersiksa hingga akhir hidupnya. Kecuali tubuh ini bersedia menerima kembali.

Tapi dia bukanlah Olivia, dia adalah Reina. Dengan segala kemalangan yang selama ini dia alami, tentu saja Reina tidak ingin tersiksa di kastil ini.








To Be Continue

Duke CarlovTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang