Maaf banget telat yaa wifi aku eror tadi jadi baru bisa sekarangHappy Reading semuanya >_<
•
•
•
Dalam heningnya ruangan, bulir-bulir keringat mulai membanjiri kening pria bersurai coklat disana. Tubuhnya bergerak kesana kemari tampak gusar. Dia panik. Wajah gelisahnya bahkan tidak bisa ia sembunyikan.
Potra mengambil selembar kertas untuk menulis surat wasiat. Sebentar lagi Tuan muda mereka akan mengetahui kalau Lady Olivia tidak ada di kastil.
Semua salah pangeran itu. Arghhh dia frustasi sekarang !
Kenapa pula dia harus mematuhi perintahnya ??? Bodoh ! Sekarang nyawanya menjadi taruhan.
Syukur-syukur kalau patah tulang, lah kalau nyawanya melayang ?
Mata-mata yang ia kirim ke kediaman Baron pun sampai sekarang belum kembali. Padahal Potra sudah mengirim mereka tepat saat wanita itu memutuskan untuk menginap. Dia curiga seseorang pasti telah mengetahui keberadaan mata-matanya.
Tidak bisa. Dia tidak salah sendirian disini. Ini bukan salah dia sepenuhnya !
Potra harus meminta pertanggungjawaban sang pangeran karena telah mempengaruhinya. Tubuh180 cm itu bangkit sambil meremas kertas yang baru saja ia tulis beberapa kalimat. Ia membuang kertas wasiat itu ke tempat sampah. Fokusnya kini berpusat pada manusia silver yang entah dimana.
Potra berencana akan menodong bantuan pria itu agar dirinya selamat. Mau bagaimana pun pangeran mereka sudah berjanji kalau dia yang akan bertanggungjawab penuh dengan keputusan Lady Olivia yang meminta izin menghabiskan waktu dengan keluarganya.
ia rasanya tidak sanggup jika harus dipaksa menjelaskan. Jangankan menjelaskan melihat wajah tuan mudanya saja kakinya auto lemas.
Saat ia berjalan ke arah pintu hendak menghampiri Pangeran Theodore di ruangannya, pintu ruang kerja yang biasa dipakai berdua dengan Tuannya pun tiba-tiba terbuka menampakkan sosok yang sangat ia hindari.
Wajah itu penuh aura kebahagiaan. Seperti baru saja mendapatkan buruan yang bisa ia siksa. Membuat Potra semakin panas dingin dan tidak tega karena ketidaktahuannya mengenai situasi kastil saat ini.
"Dia pikir dia bisa mengerjaiku ? Aku sangat menyukai wajah frustasinya. Kau harus melihatnya Potra," monolognya dengan seringaian kemenangan. Wajah tampan bermata merah itu bahkan tertawa kecil.
Niels mengambil duduk di kursi kerjanya, mengistirahatkan tubuh yang sudah berjuang selama beberapa hari di Medan Perang. Namun anehnya bukannya lelah yang ia rasakan, energi Niels malah semakin bertambah.
"Setelah ini kita akan pulang. Apa kau sudah menyiapkan laporan yang akan diberikan ke ayah ?" tanya Niels pada Potra, pria itu seketika mengidap jantungan ringan hanya karena mendengar kata 'pulang' dari pria diujung sana.
"Su-sudah, My Lord" ucapnya gugup.
Niels menaikkan sebelah alisnya heran. Apakah hari ini dia tampak menyeramkan ?
Malas memikirkan, ia pun kembali bersikap santai. "Baiklah, setelah aku menyelesaikan ini kita kembali ke dukedom. Kau siapkan kereta. Dan Jangan lupa membawa hadiah yang sudah dijanjikan Yang Mulia," perintahnya yang langsung diangguki Potra.
Pria bersurai coklat itu pun pamit undur diri untuk melaksanakan tugas, dalam hati dia berdoa serta mengumpati nasibnya sebagai bawahan. Langkahnya cepat menuju kediaman Putra Mahkota.

KAMU SEDANG MEMBACA
Duke Carlov
Historical FictionReina Stankof tidak pernah menyangka kalau dirinya kini masuk ke dalam tubuh seorang maid kepercayaan sang Tuan muda di mansion besar ini. Lebih parahnya lagi, dia masuk ke dalam tubuh maid yang cintanya pertepuk sebelah tangan dan harus mati tragis...