Chapter 22 : Duo Redwick

4.5K 392 6
                                    

Hutan itu penuh dengan dentingan pedang yang saling bertubrukan. Sayatan hingga tebasan pun seakan menjadi instrumen penggiring peperangan yang bahkan sudah terjadi sejak langit masih gelap.

Kini matahari mulai menampakkan wajahnya, mereka sedikit lagi meraih kemenangan.

Siapa yang akan mengira kalau mereka akan dikejar secepat ini. Kaum barbarian itu terkejut kala kelompok yang seharusnya menjaga markas mulai berteriak mengatakan bahwa mereka di serang.

Dengan jumlah yang makin sedikit serta tubuh penuh luka, mereka tidak bisa berbuat banyak selain tetap melawan.

Bahkan ketika mereka memohon ampun seperti sebelum-sebelumnya, pemimpin bermata merah itu tanpa memandang bulu langsung menebas pria yang mengajukan permohonan.

Dalam balutan baju perangnya, Niels menyeringai lebar menusuk pedang itu semakin dalam ke jantung pria yang ada dibawah kakinya, menembus tubuh tak berdaya itu kemudian memutar pedangnya.

"Seharusnya ketika aku mengampuni kalian, kalian memakai kesempatan itu untuk hidup lebih bermartabat bukannya lebih bajingan dari ini," desisnya menghabisi salah satu pimpinan barbarian itu.

Kini matanya menyapu sekitar. Mereka telah membabat bersih kaum itu dan orang-orang Orion. Semilir angin menerpa wajah Niels yang terdapat cipratan darah bekas lawannya. Senyum puas terpatri mengerikan bagi siapapun yang memandang. Dia turun dari tumpukan mayat itu menghampiri kumpulan prajurit yang sudah menunggu keputusannya.

Pilihan yang tepat baginya memutuskan untuk menarik mundur, beristirahat dan mengobati luka-luka mereka yang kini menunduk hormat padanya. Pasukannya tidak berkurang sedikitpun, hanya luka-luka saja yang memenuhi tubuh yang dibalut baju zirah Redwick dengan lambang naga ditengah baju baja itu.

Mereka menunduk hormat pada pemimpin mereka, "Apa yang harus kita lakukan dengan tahanan ini komandan ?"

Niels menatap sepuluh orang tahanan yang disanksi adalah orang-orang Orion. "Dari mana kalian mendapatkan mereka ?"

Prajurit itu menjawab sambil menunjuk orang-orang yang dimaksudkan, "Lima diantara mereka kami temukan di tenda para pemimpin kaum barbarian itu. Mereka sedang melakukan diskusi rencana penyerangan yang akan mereka lanjutkan selanjutnya,"

"Lalu kami mendapatkan ini di meja mereka komandan,"lanjut prajurit itu memberikan sebuah gulungan kertas.

Niels meraih gulungan itu. Dia membukanya dan membaca setiap tanda arah pergerakan mereka selanjutnya.

"Dan Kami mendapati mereka mengirimkan merpati ke arah utara. Sepertinya mereka memberi peringatan kepada markas yang ada disana, Komandan" jelas Gareth sedikit was-was terhadap reaksi pimpinan mereka.

Niels menyunggingkan senyumnya sinis. Matanya seketika menajam, mengakibatkan semua prajurit di sekitarnya meringis ketakutan.

Gawat, komandannya sangat tidak suka berlama-lama di Medan Perang !

"Ternyata si setan silver itu sengaja mengutusku mengurusi urusan melelahkan ini, sial." geramnya meremas gulungan-gulungan itu.

"Tenanglah, Yang Mulia. Merpati itu sudah kami bunuh, surat itu aman Yang Mulia," Gareth memerintahkan bawahan yang sudah mendapatkan merpati itu untuk maju.

"Berikan padaku," Rubynya tidak melihat siapa bawahan yang akan memberikan surat itu. Dia sibuk menyumpahi sepupu brengseknya itu dalam hati.

Dengan tangan gemetaran sang bawahan pun menyerahkan kertas kecil yang diikatkan dikaki hewan bersayap tak bernyawa itu.

Tarik mundur pasukan. Dia disini, hentikan misi.
F.J

Seringaian mengerikan itu tercetak jelas di wajah tampan yang penuh bercak darah. Dia lagi-lagi terkekeh. Sepertinya ia tahu akan kemana arah peperangan ini.

Duke CarlovTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang