Chapter 26 : Freedom (1)

5.3K 440 15
                                    

Ehem... Asupan lagi nih ^_^

Happy Reading Semua >_<


Terangnya cahaya bulan membuat sosok yang berada di atas dahan pohon itu mengintai dalam kegelapan. Dia memantau keamanan kastil yang sudah sering ia masuki hanya untuk melihat kondisi kakaknya selama ini.

Iri madu yang biasanya berbinar indah kini tampak gelap menghunus lekat ruangan di seberang sana.

Dari tempatnya bersembunyi, Rose, melihat pria tua itu membuka laci meja kerja, mengeluarkan dua gulangan yang satu diantaranya memancarkan cahaya aneh menyelimuti kertas itu. Meja kerja itu berada di samping jendela besar yang kini mampu ia lihat dengan jelas setiap pergerakkannya.

Hanya satu yang terbesit dalam benaknya Rose saat ini yaitu Kontrak Olivia.

Madunya menatap tajam surat itu. Jika saja mereka hanya membutuhkan darah, sudah pasti ia akan mencuri gulungan disana membawanya pergi dan membuka segel itu di kediamannya.

Sayangnya mereka masih membutuhkan bantuan pria paruh baya itu, dan dia harus menunggu pria itu keluar dari ruang kerjanya agar Rose bisa masuk mengantarkan barang yang sudah dipesan kakaknya. Meskipun batinnya berperang untuk tidak membunuh mereka semua di kastil ini, tapi Rose tetap mendorong amarahnya mundur.

Nanti.

Jika kakaknya belum juga siuman, dia sendiri yang akan menghancurkan seluruh keturunan pria itu membunuhnya dengan tangannya sendiri. Itu janjinya saat melihat betapa hancur sang kakak yang selalu terlihat baik-baik saja.

Hatinya lagi-lagi terasa diremas. Pandangannya mulai mengabur karena cairan bening yang memaksa keluar. Dengan cepat Rose langsung menghapus air mata itu. Dia tidak ingin kain penutup wajah yang ia kenakan basah dan membongkar penyamarannya. Tubuh itu kini dibalut pakaian serba hitam agar mempermudahnya dalam bersembunyi. Rambut panjangnya ia gulung tersembunyi dibalik penutup kepala.

Lihat saja. Dia akan benar-benar mencari perkara dengan mereka semua jika sesuatu tidak berjalan sesuai dengan rencana kakaknya.

Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya pria itu keluar setelah seorang pria masuk membawakan kabar yang merubah raut wajah itu tampak terkejut, Rose tanpa menunda-nunda pun langsung melompat dan mendarat di balkon ruangan tersebut. Dia meletakkan barang penting dari balik sakunya di sebuah meja santai balkon itu. Sebuah kotak panjang berbahan bludru warna biru tua dengan gulungan kertas yang melilit kotak tersebut.

Setelah selesai Rose pun kembali ke posisi sebelumnya. Dia akan menunggu pria itu menerima suratnya dan membuka segelnya tepat di depan mata wanita itu.

Meskipun kakaknya hanya berpesan agar ia langsung meninggalkannya, tetapi Rose atau Cassey tidak ingin pergi begitu saja. Dia harus memastikan pria itu menunjukkan hasil pada Rose. Dan dia bahkan sudah siap untuk meluncurkan panah Rossebleed ke arah sosok disana jika pria itu menampakkan tabiat mengkhianati kakaknya.

****

Setelah mendapatkan kabar kalau Putranya sedang menggila, Willoun kini turun tangan mengamati setiap kerusakan yang sudah putranya lakukan. Pria itu bahkan menghancurkan kastil tempatnya mengurung wanita Johansson agar ketika ia membawa wanita itu pulang, Niels akan mengurungnya di kamar pribadi pria itu tepatnya kastil utama.

Dia juga menerima laporan kalau Raja mengutus Putranya untuk segera datang ke Istana agar konflik yang tengah terjadi bisa segera diselesaikan, namun, ketika pemuda itu pulang bukannya semakin waras dia malah pergi ke ruang bawah tanah menyeret tangan kanannya sendiri yang berakhir dirinya lah yang harus menghentikan kegilaan pria itu untuk melampiaskan amarahnya dengan penyiksaan.

Duke CarlovTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang