Chapter 14 : Waiting for Eldest Sister

4.1K 280 2
                                    

Haii maaf ya aku ngilang T_T aku lagi hectic banget soalnya di real-life jadi buat revisi tulisan bener-bener gak kepegang. Aku update 1 chapter dulu ya lusa kalo bisa aku kejar aku usahain langsung 4 chapter 🤧✌️

(Btw aku pas nulis sambil dengerin musik ini tapi kok skrng wp kalo upload link yt ada iklan dulu sih sebel   -_-)

Happy Reading All >_<

Kediaman Johansson saat ini sedang sibuk menyambut kedatangan nona muda mereka yang tertua. Meskipun pelayan di kediaman ini tidak sebanyak di dukedom, tapi tetap saja pelayan disini bisa dibilang cukup untuk menyelesaikan tugas masing-masing.

Setelah pengorbanan wanita itu, mereka semua menyaksikan bagaimana sang Baron memutar otaknya agar bisa bangkit kembali demi sang putri. Pria itu ingin menciptakan lingkungan yang bagus setelah putrinya pulang. Meskipun dengan berbisnis bisa mencoreng gelar bangsawannya, tapi itu semua tidak ia pedulikan.

Sejak nonanya dibawa pergi oleh beberapa pengawal, obrolan hangat pun muncul memenuhi mansion kalau sang Baron cukup terpuruk dengan kepergian putri kesayangannya.

Walaupun Tuan mereka tidak pernah menjenguk putrinya karena masih marah pada tindakan impulsif gadis itu, tetapi mereka menyaksikan bagaimana pria paruh baya itu selalu memandangi potret keluarga mereka di ruang kerjanya. Terutama potret Olivia yang duduk anggun dengan surai tergerai indah sambil memegang seikat mawar merah muda. Potret yang benar-benar mirip dengan wanita yang sudah melahirkan anak itu.

Jika saja bisnis permatanya tidak kena tipu atau dia bisa mencarikan calon yang benefit untuk putrinya pasti gadis itu tidak akan-

Tidak. Kalau saja sedari awal dia tidak pernah berpikiran untuk berbisnis. Dan membuat kesepakatan itu, pasti mereka masih terus bersama.

Kembali ke kondisi kediaman Baron saat ini, Gadis bersurai hitam itu tengah menuruni tangga dengan tergesa. Kakinya begitu lincah menapaki setiap anak tangga yang terbalut permadani berwarna hijau tua.

Ketika pintu utama kediaman itu terbuka lebar, mata seindah madunya pun semakin berbinar terang, "Ayah !!!" teriaknya tidak sabaran.

Tak lama dari teriakan itu dia langsung berlari riang ke arah pria paruh baya yang sedang menitipkan jasnya kepada salah satu pelayan.

"Ayah bagaimana ??? Apakah kakak ikut ?" tanyanya tepat dihadapan pria itu. Napasnya terengah-engah karena habis berlari dari lantai dua menuju lantai dasar.

Frederick tersenyum lembut sambil merapihkan helai rambut putrinya yang keluar dari kepangan wanita remaja itu. "Bernapaslah Cassandra," ucap Frederick terkekeh.

Cassandra memanyunkan bibir tipisnya sebal karena sang ayahnya tidak cepat menjawab, "ayah... gimana ??? Kakak mau kesini kan ?? Ayok beritahu aku !" Rengeknya tidak sabaran.

Frederick pun mengangguk membuat wajah Cantik dihadapannya semakin bersinar. "Ya Tuhan ! apa kakak masih di kereta ?" tanyanya penasaran. Belum sempat menegur putrinya yang sangat tidak mencerminkan seorang Lady, Tubuh mungil itu sudah langsung menuju pintu masuk dan melihat beberapa pelayan mereka masih sibuk menurunkan barang-barang yang dia pesan pada sang ayah.

Dia langsung menerobos masuk pintu kereta dan tidak menemukan siapa pun. "Ayah, dimana kakak ?"

Cassandra berbalik, memberikan tatapan tanya kenapa kakaknya tidak pulang bersama sang ayah.

Duke CarlovTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang