Pegawai Madam Lauriett menunduk hormat kepada Reina dan Frederick sebagai tanda terima kasih karena sudah berkunjung. Ketika keduanya sudah di lantai bawah, Frederick dapat melihat tiga orang bertubuh tegap layaknya pengawal, berdiri disisi pintu kereta kuda yang sudah menunggu anaknya. Tidak ingin mengecewakan putri bungsunya, Frederick pun mencoba mengajak Olivia untuk berkunjung.
"Ikutlah denganku, Sweet Heart. Adikmu sangat merindukanmu," ungkap Frederick.
Reina menoleh kearah ayahnya. Terdapat kerinduan di dalam sana, tatapan berharap itu bahkan membuat dirinya tidak tega. Terlebih saat nama adiknya disebut.
Merasa tidak tega, Reina pun memutuskan untuk berkunjung. Mungkin tidak apa jika dia berkunjung hari ini, toh dia bisa sekalian menghindari pria itu. Masalah izin, dia bisa menitipkan surat pada pengawal-pengawal itu bukan ?
Benar. Tidak ada salahnya dia menetap di kediaman Johansson untuk beberapa hari kedepan. Mungkin dia bisa lebih leluasa dalam menemukan petunjuk. Belum lagi dia harus ke pasar gelap.
"Baiklah ayah, Aku akan menyusul ayah nanti setelah aku selesai membeli beberapa pakaian dan hadiah untuk, Cassey"
Ya. Itu adalah nama kesayangan adiknya. Frederick yang tidak bisa menyembunyikan senyum bahagianya pun langsung bersemangat. Dia memeluk Reina dan mengecup kening putrinya. "Baiklah, sampai jumpa di rumah. Dan kau hati-hati di jalan,"
Reina tersenyum tipis mengiyakan. Kasih sayang ini begitu asing tapi juga nyaman bagi Reina. Dia agak tertegun mendapat perlakuan di luar ekspektasinya.
Setelah kepergian sang Baron, Reina pun menaiki kereta kuda menuju butik langganan keluarga Carlov. Karena cuaca sedang panas, Reina memilih untuk menggunakan bantuan hewan berkaki empat ini. Jarak antara butik dengan toko kue Madam Lauriett masih sekitar 10 blok lagi dari tempat ia berdiri.
Sambil menikmati suasana jalanan Heliuen yang sibuk dengan aktivitasnya. Banyak para bangsawan yang berjalan dari toko ke toko menggunakan parasolnya. Mereka terlihat menonjol diantara kalangan biasa. Gaunnya yang begitu mewah bisa membuat mereka langsung dikenali dan dihormati dalam sekali lihat.
Ketika kereta kuda berhenti, Ketukan sang kusir pada pintu kereta mampu membuat Reina menenggak tubuhnya, ketukan itu juga disusul dengan pintu yang terbuka. Kakinya pun melangkah turun kemudian masuk ke dalam toko.
Sedangkan di dalam butik, wanita yang sibuk dengan buku catatan pengeluaran bahan-bahan baru terkejut dengan siapa yang datang. Dia menutup buku itu dan langsung menyusul dan menyalip pegawainya yang ingin melayani Lady penting itu.
"Lady Johansson ! Astaga senang sekali bisa bertemu denganmu pagi ini, selamat pagi My Lady. Apa ada yang bisa aku bantu ?" Ungkap Madam Voe seceria matahari, menyambut sumber uangnya.
"Apakah Madam memiliki koleksi pakaian-pakaian yang tidak terlalu terbuka ?" Ucap Reina. Wajahnya hanya tersenyum tipis sebagai balasan sapaan pemilik butik.
Kening Madam Voe berkerut penasaran. Tidak biasanya Lady satu ini menginginkan sesuatu yang tertutup.
"Aku memiliki koleksi terbaru. Mungkin Lady ingin melihat melihatnya ? Banyak sekali koleksi cantik dan menggoda disana. Saya yakin Lady akan suka,"
Madam Voe berbicara sambil berbisik pada bagian terakhir. Ya, seperti inilah transaksi Olivia biasanya. Dia selalu ingin koleksi Madam Voe yang menantang hanya untuk ia seorang.
Reina yang paham pun berjalan mendahului sang pemilik butik menuju ruangan bertuliskan khusus VIP. Dia duduk disalah sofa dan menjawab pertanyaan yang ada di pikiran wanita bersurai coklat itu. "Terima kasih, Madam. Tapi pakaian ini bukan untukku. Aku ingin menghadiahi seseorang untuk kado ulang tahunnya. Boleh aku lihat koleksi-koleksi mu ?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Duke Carlov
Historical FictionReina Stankof tidak pernah menyangka kalau dirinya kini masuk ke dalam tubuh seorang maid kepercayaan sang Tuan muda di mansion besar ini. Lebih parahnya lagi, dia masuk ke dalam tubuh maid yang cintanya pertepuk sebelah tangan dan harus mati tragis...