Haiii haii aku balik lagi hehehehe gimana Minggu kalian ? Sesuai janji aku, aku bakal muncul hari ini >_< utangku akhirnya kelar ya di chapter 17. Mulai Minggu besok aku bakal balik sesuai update-an rutin kalau aku lagi gak riweh.
Niatnya aku ada mau update berjadwal setiap Senin, tapi kayanya gak memungkinkan dengan jadwal real life aku yg sekarang. Jadi aku mutusin buat update seminggu 2 chapter dan harinya bisa gak nentu.
Segini dulu ya aku soalnya lagi kurang fit hari ini asam lambung aku naik T_T tapi karena udah terlanjur aku revisi sayang kalo di keep kelamaan. Pokoknya jangan lupa vote & komen ya biar aku tambah semangat ^_^
Ost :
Off the Edge by VoilaHappy Reading Semuanya !!!! Jaga kesehatan yaa jangan telat makan kaya aku luv you 💕💕💕
•
•
•
Setelah menghabiskan waktu bersama di pesta penyambutannya, kini Reina dan Cassandra tengah menyusuri lorong menuju kamar yang akan ia tempati. Lebih tepatnya kamar Olivia yang telah wanita itu tinggalkan.
"Banyak sekali yang berubah bukan ? Aku yakin kakak pasti terkejut dengan perubahan kami."
Kata-katanya terdengar pahit di telinga Reina. Dia paham betul bagaimana kondisi keluarga ini ketika Olivia lebih memilih cara lain yang dia kira akan lebih aman dari pada menghabiskan hidupnya menjadi aksesoris calon yang rata-rata sudah bau tanah.
Memang benar, dalam novel pun juga dijelaskan kalau Olivia nyatanya tidak cuman memperkaya dirinya saja. Tapi juga membantu perekonomian keluarganya sendiri. Dia tetap mengirimkan uang saku untuk keperluan adiknya dan kebutuhan mansion. Terpujilah Niels karena tidak pelit pada wanita yang sudah menjual jiwanya ini.
Itu pun hanya sekedar kewajiban materi dari seorang kakak ke adik kecilnya. Karena setelah tinggal di kediaman itu entah kenapa Olivia benar-benar memberi hidupnya untuk pria yang dicintai.
"Ini kamar kakak, ada perubahan sedikit tapi barang-barangnya masih tetap sama. Selamat istirahat, besok kita akan ngobrol lagi," Cassandra memeluk kakaknya sekali lagi untuk pamit setelah membukakan pintu mempersilahkan Reina masuk dan istirahat.
Sedangkan Reina, dia memperhatikan setiap gerak-gerik adik barunya dalam diam. Ada banyak hal yang ingin dia lakukan, tapi seakan terdistorsi kehidupan sebelumnya Reina pun tidak berani mengambil langkah jauh karena dia takut dengan kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi.
Untuk saat ini, dia hanya akan menjadi pihak penerima. Mungkin itu peran yang bisa dia mainkan sebagai orang yang sudah lama tidak pulang ke rumah.
Menghela napas lelah, kini dia memfokuskan dirinya memandang setiap sudut ruangan. Kamar ini tampak hidup dengan furnitur yang rata-rata berwarna cerah dan lembut.
Apakah ini gambaran dari warna jiwa Olivia sebelum memasuki wilayah Carlov ? Mungkin ya, jiwa sebelum wanita itu tergila-gila pada sang penerus.
Kasur berkelambu, nakas berwarna putih dengan ukiran rumit. Dia kemudian mengalihkan matanya ke arah lukisan dirinya. Reina membawa kakinya ke arah potret Olivia yang cantik dan bersinar. Tatapannya teduh memancarkan aura wanita yang penuh kasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Duke Carlov
Historical FictionReina Stankof tidak pernah menyangka kalau dirinya kini masuk ke dalam tubuh seorang maid kepercayaan sang Tuan muda di mansion besar ini. Lebih parahnya lagi, dia masuk ke dalam tubuh maid yang cintanya pertepuk sebelah tangan dan harus mati tragis...