Kediaman Carlov
Gelap, dingin, dan penuh kabut. Mereka yang bertugas untuk melihat tuan muda mereka serta merapihkan kamar pemuda itu tidak berani berlama-lama disana.
Hampir semua pelayan bahkan berharap agar ketika pria itu terbangun salah satu dari mereka tidak ada disana. Membayangkan pemuda itu bangun dan menyadari kalau Lady di menara timur sudah tidak tinggal lagi di kediaman ini rasanya membawa kengerian ke sanubari jiwa yang bertugas.
Selain itu mereka para pelayan merasa tidak nyaman dengan sulur-sulur hitam disekitar kasur berkelambu pemuda itu. Seakan-akan sulur mengerikan yang bergerak-gerak dilantai mampu menjerat kaki mereka tiba-tiba. Walaupun selama ini sulur itu akan berubah menjadi asap jika terinjak, tetapi tetap saja mereka tidak akan tahu kedepannya akan bagaimana.
Setelah mengisi kembali aroma terapi yang mampu merilekskan tubuh tuan muda mereka serta menggantikan pakaian pangeran tertidur itu ketiga pelayan disana pun bergegas keluar kamar.
"Apa kau sudah selesai ?" Ucap salah satu dari mereka berbisik.
"Sudah, ada apa memangnya ?"
"Lebih baik kita pergi dari sini. Aku merasakan sesuatu yang beda," ucap pelayan yang wajahnya mulai gelisah dan takut. Matanya memandangi sesuatu di sekitar kakinya.
Paham akan kekhawatiran rekannya mereka pun memutuskan untuk segera keluar. "Hindari sulurnya," tambahnya lagi membuat dua pasang mata disana auto melihat kebawah dan panik.
Ketiganya bahkan harus jalan zig-zag agar tidak terjerat sulur yang sepertinya sedang mencari mangsa hingga pintu besar itu pun akhirnya tertutup menyisakan tubuh yang masih terbaring diatas kasur yang tertutup tirai kelambu.
Suhu di dalam kamar itu semakin menurun dan sulur hitam itu seketika berubah menjadi kabut hitam tebal memenuhi ruangan.
Selang beberapa menit kemudian kelopak mata yang dihiasi mulu mata panjang pemuda disana terbuka menampilkan Ruby terangnya yang dingin. Wajah tampan itu tampak datar dengan ringisan pelan akibat kepala yang berdenyut kencang.
Kilasan asing yang tidak dia kenali memenuhi kepalanya. Niels melihat kilasan masa kecilnya bersama seorang gadis kecil yang tidak dia ingat rupanya. Dia hanya mengingat rambut gadis itu yang sangat menonjol dimatanya.
Saat ia memaksakan untuk menggali ingatannya seketika itu pula kepalanya kembali berdengung.
"Niels... Apa kamu sudah datang ? Lihat aku membuat mahkota bunga !"Ucap gadis kecil dihadapannya dengan riang. Siluetnya tampak buram hanya meninggalkan Surai ginger serta gaun cantik yang berterbangan kesana kemari.
"Lihat ! Ini sangat cocok untukmu hehehe," Niels melihat diri kecilnya memberikan izin sosok itu untuk menyentuh surainya yang bahkan tidak ada yang berani selain ayahnya jika dia tidak mengizinkan.
Kilasan itu berganti ke kamar tidur lamanya, Niels melihat dirinya tengah bertengkar dengan wanita dewasa berwarna rambut yang sama. Lagi lagi dia tidak bisa melihat wajahnya. "Kau tahu aku mencintaimu bukan ? Kenapa kamu diam saja dengan rencana ayahmu ??"
Suara itu sangat parau. Niels menutup telinganya karena tidak sanggup mendengar isakkan tangisnya.
"Kamu bilang hanya aku, tapi apa ? Kamu jahat Niels...hiks... Kamu jahat...."
Niels yang masih menutupi telinganya seketika menjambak rambutnya karena rasa sakit itu begitu menyiksanya. Hatinya mencelos dan dadanya sesak.
Siapa? Siapa wanita itu ?
"Astaga, Niels ! Kamu kenapa ? Apa ada yang sakit ?"
Kilasan itu kembali lagi, kini dirinya berganti berada di lorong kastilnya. "Menyingkirlah," ucapnya tajam. Wanita yang wajahnya tertutup oleh surai indah itu menggeleng. "Tidak, biar aku bantu," ucapnya memaksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Duke Carlov
Historical FictionReina Stankof tidak pernah menyangka kalau dirinya kini masuk ke dalam tubuh seorang maid kepercayaan sang Tuan muda di mansion besar ini. Lebih parahnya lagi, dia masuk ke dalam tubuh maid yang cintanya pertepuk sebelah tangan dan harus mati tragis...