Reina membuka kelopak ketika sinar matahari mulai menyoroti wajahnya dari balik tirai di kelambu. Seluruh tubuhnya seakan remuk dan kaku. Kejadian mendebarkan yang dia rasakan semalam seakan mendesaknya untuk segera sadar atas kelalaian yang dia buat.
Dia takut. Dia takut akan berakhir seperti Olivia.
Bagi dia yang hampir tidak pernah merasa disayangi oleh seseorang, Niels adalah racun untuknya. Pria yang masih melingkarkan lengan pada tubuh Reina ini penuh tipu muslihat.
Reina tahu bagaimana karakter tokoh ini. Niels begitu mengasihi Olivia, hanya saja pria itu ingin memilikinya dengan cara yang salah dan egois.
Keegoisannya yang membawa pria ini lebih memilih membunuh Olivia daripada dia jatuh ke tangan pria lain. Dan dia tidak bisa memilih antara Alexandria dengan Olivia yang teman masa kecilnya. Alexandria adalah cintanya dan Olivia adalah obsesinya.
Dia memiliki tempat tersendiri di hati Niels yang terobsesi membuat wanita ini terus disisinya. Karena Olivialah yang mengenalkan kasih sayang pada Niels untuk pertama kalinya.
Jika Reina terlalu menikmati perannya dia akan bernasib sama dengan Olivia. Wanita itu sadar bagaimana Niels memanipulasinya hingga membuatnya tergila-gila dan pasrah.
Saat Reina ingin membersihkan diri, dia harus tertahan kala lengan itu mengerat dan membuatnya terbaring kembali. Dia tertegun ketika melihat wajah Niels yang seperti bayi. Wajah itu begitu tenang, tidak memancarkan amarah seperti semalam.
Tanpa sadar Reina mengelus Surai hitam itu menyingkirkan beberapa helai rambut yang menutupi kening miliknya. Dia memainkan rambut Niels yang cukup panjang dan lembut.
Bagaimana bisa rambut seorang pria bisa selembut ini ?
Niels yang selalu terjaga tetap membiarkan bagaimana jemari lentik Olivia memanjakannya. Hanya dengan wanita ini sajalah dia bisa tenang.
Niels menarik tubuh Olivia dan menaruh kepalanya pada dada wanita itu. Mengistirahatkan kepalanya sambil mendengar detak jantung milik Olivia yang berdebar untuknya.
Dia tersenyum di dalam sana saat wanita itu tidak menghindarinya dan malah semakin mengelus kepalanya sayang.
"Hari sudah pagi, My Lord" ucap Reina berusaha menetralkan suaranya. Tangannya masih terus memainkan rambut Niels seperti yg biasa Olivia lakukan.
"Aku tahu,"
"Anda harus sarapan," suara lembut itu mengalun merdu di pendengarannya.
"Tapi, disini", jawab Niels. Kemudian melepaskan pelukannya dan mengangkat kepalanya untuk mencuri ciuman pagi dari bibir Reina sambil tangannya menarik sebuah lonceng untuk memanggil pelayan.
Reina menarik diri dari cumbuan Niels dan menahan bahu pria itu untuk menjaga jarak. "Kita sudahi ini dulu ya kamu butuh makan, My Lord. Banyak hal yang harus kamu lakukan hari ini."
Dia mengelus sisi wajah pria itu merayunya agar menyerah. Kemudian tangan Reina meraih jubah tidur miliknya dan turun mengambil milik pria itu. Niels hanya memperhatikan Olivia bergerak kesana dan kemari dengan penampilan yang menggoda.
Dia bahkan membiarkan wanita itu memakaikan jubah tidur miliknya dengan telaten. Niels sudah duduk dipinggir kasur dengan Olivia yang berdiri depannya.
"Makan dulu ya ? Bagaimana ?" rayunya yang membuat Niels tidak tega.
Alhasil dia hanya memeluk perut wanita itu mengangguk. Tak lama setelahnya pintu pun diketuk. Reina berjalan ke arah sana mengambil troli yang sudah disiapkan di depan pintu. Suatu keseharian saat para pelayan tahu kalo Lady di dikamar ini sedang dikunjungi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Duke Carlov
Historical FictionReina Stankof tidak pernah menyangka kalau dirinya kini masuk ke dalam tubuh seorang maid kepercayaan sang Tuan muda di mansion besar ini. Lebih parahnya lagi, dia masuk ke dalam tubuh maid yang cintanya pertepuk sebelah tangan dan harus mati tragis...