Chapter 12 : Ayah

4.5K 343 0
                                    

Nihil. Tidak ada. Informasi tentang kontrak sihir tidak ada disini !

Reina kembali menyusuri rak-rak buku di setiap lorong. Hanya buku asal-usul sihir aja yang ada disana. Padahal Carlov adalah keluarga yang begitu kental akan sihir, tapi seakan ingin menyembunyikan sesuatu dari orang luar, koleksi sihir mereka pun tidak banyak yang bisa memberinya informasi.

Reina bahkan membongkar beberapa perkamen yang rata-rata lebih banyak membahas kemiliteran dan perjanjian-perjanjian kuno yang dia sendiri tidak ngerti.

Kalo sudah begini, hanya ada tiga tempat yang bisa dia tuju untuk mencari informasi. Perpustakaan kota, perpustakaan istana, dan pasar gelap. Untuk opsi pertama dan kedua dia ragu bisa mendapatkannya disana.

Carlov yang hampir dalam pengawasan Olivia saja masih tidak tembus, apalagi dua tempat itu. Untuk ke perpustakaan istana, sudah pasti dia harus melalui Niels. Dan pria itu pasti akan mendapatkan laporan tentang apa yang dia cari.

Mungkin dia akan cari ke perpustakaan kota terlebih dulu lalu jika memang tidak mendapatkan apapun dia langsung menuju kawasan pasar gelap.

******

Cassandra memandang para pelayan yang sibuk mempersiapkan makanan penyambutan kakaknya. Jujur dia pun juga sama rindunya dengan kakaknya itu. Selama hampir 5 tahun mereka tidak bertemu, akhirnya dia bisa bertemu kakaknya kembali.

Langkah Cassandra membawa wanita itu, wanita berusia 15 tahun dengan surai hitam menuju ruang Sang Baron. Gaun peach sederhananya ikut melambai-lambai sesuai pergerakan sang empunya.

Pintu kayu dengan ukiran rumit itu diketuk sebanyak tiga kali. Setelah mendapatkan izin, Cassandra melangkah masuk dan memberi salam.

"Pagi, Ayah" ucapnya menuju kursi kerja ayahnya, mengecup pipi pria yang semakin tua termakan usia.

Jika sang Duke memiliki tubuh tegap dan gagah, beda sekali dengan Baron Johansson yang memiliki tubuh gemuk dengan wajah penyayang layaknya figur impian setiap anak perempuan.

Menjadi single parent bukanlah hal yang mudah sang Baron. Setelah kelahiran putri bungsunya, cukup lama bagi Frederick untuk bangkit sepeninggalnya Baroness Johansson.

Olivia yang berumur 7 tahun harus merawat adiknya dalam pengawasan pengasuh. Meski masih berusia anak-anak tapi jiwa Olivia sebagai kakak tidak bisa diragukan. Setiap Cassandra menangis dia akan menemani anak itu bermain dan menggoyangkan keranjang bayi agar adiknya kembali tertidur.

Bisa dibilang, Olivia dewasa karena situasi. Dia sama hancurnya dengan sang ayah, tapi adiknya mungkin lebih hancur karena tidak pernah mengenal sang ibu. Untuk itulah dia berusaha menggantikan peran sang ibu agar adiknya tidak merasa kekurangan.

Walaupun pada akhirnya Olivia harus meninggalkan Cassandra, tapi itu semua dia lakukan semata-mata hanya untuk kebaikan keluarganya.

"Pagi, sweet heart" balas Frederick membiarkan putrinya mengecup pipi si pria renta ini. Dia melihat betapa cantiknya sang anak dengan gen miliknya.

Jika Olivia adalah bentuk sang istri, Cassandra adalah bentuk darinya terutama pada bagian rambut. Kecantikan anak bungsunya lebih kepada kecantikan yang imut dengan pipi chubby yang menggemaskan.

Tubuhnya tidak kurus maupun gemuk yang berlebihan. Walaupun tubuh itu tidak sesuai dengan standar kecantikan tubuh kaum bangsawan, namun Frederick tidak memusingkannya.

Selama putri-putrinya sehat, itu sudah lebih dari cukup. Hanya saja putri sulungnya terlampau sempurna hingga dia mendapatkan bonus dari dewa.

"Ayah, boleh ya aku ikut ? Ya ya ya ?" Ungkap Cassandra memohon. Dia ingin sekali bertemu dengan kakaknya.

Duke CarlovTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang