Chapter 3 : The Transmigration

14.5K 884 2
                                        

Matanya terbuka secara perlahan-lahan. Wujud yang mengabur kini mulai terlihat jelas satu persatu, memberikan ia ilustrasi pemandangan interior yang selama ini hanya ada dalam kastil-kastil karyanya.

Nuansa kamar berlapis emas dan kasur berkelambu, membuat Reina mengucek matanya berkali-kali. Kepalanya pening, beberapa kilasan bagaimana ia sedang mengalami siksaan Eliy pun muncul. Tangannya mendadak menyentuh perut bagian kanannya. Meskipun tangan Reina sedikit gemetar tapi dia tidak merasakan sakit apapun.

Bukankah dia baru saja ditusuk oleh temannya ? Bagaimana bisa tidak ada rasa sakit sedikitpun ?

Reina menyampirkan rambut panjangnya yang tergerai indah, membingkai kedua sisi wajahnya. Ia merasa gatal karena terbiasa dengan rambut pendek.

Panjang ? Sejak kapan ?

Dia bahkan melihat ke arah piama tidur yang begitu kuno terbalut pada tubuhnya. Piama satin sepanjang tulut dengan tali tipis. Sontak dia langsung berdiri dan berlari ke arah cermin sebesar dirinya yang tak jauh dari sana.

Reina terkejut saat melihat wajah yang ada dibalik sana bukanlah wajahnya. Berkali-kali dia menampar pipinya dan mencubit tangannya tetap saja tidak ada perubahan apapun. Tubuhnya penuh dengan bercak-bercak merah yang entah dari mana. Dia benar-benar berantakan.

Meskipun begitu, Reina tenggelam dalam kristal hijau yang begitu jernih pada matanya. 'ini bukan aku' ucapnya.

Dirinya kembali terperanjat saat sepasang tangan kekar melingkari tubuhnya, memeluk Reina dari belakang. Sosok itu bahkan menenggelamkan kepalanya dicuruk leher Reina, mengecupnya berkali-kali. Reina merinding dibuatnya.

"Aku mencarimu," bisiknya.

Tidak paham dengan apa yang pria ini lakukan, Reina pun berbalik penasaran dengan siapa dan apa yang terjadi. .

Tatapannya jatuh pada pria bersurai hitam legam yang menatapnya sayu. Matanya menatap lurus pada dirinya yang kebingungan. Iris hitamnya membawa Reina dalam kegelapan.

Dan kemudian pria itu maju menciumnya gemas. Reina menjerit dalam ciumannya karena pria itu mengangkatnya dan membawa Reina kembali ke kasur berkelambu itu.

Tangan pria itu menyentuh tubuhnya, membuat kaitan piamanya terlepas. Ciumannya tak pernah lepas barang sedikitpun.

Reina tidak mengerti dengan reaksi tubuhnya yang sekarang. Tubuh ini seakan sudah terbiasa, sangat mendambakan dan menikmati setiap pergerakan yang pria ini lakukan. Reina bahkan tanpa sadar sudah mengalungkan kedua tangannya pada pria diatas dirinya. Dia membalas kecil ciuman itu. Walaupun dirinya masih sangat kaku.

Reina mengerang kala pria itu berpindah menciumi bahunya lalu turun ke dada. Tangannya tidak henti-hentinya mengelus punggung belakang Reina yang polos. Mendekatkan tubuhnya agar kepala pria itu semakin terbenam dadanya.

Sejak kapan piamanya sudah turun ke bawah ? Sebentar, apa yang terjadi ?

Reina mendorong pria tampan itu dari atasnya kuat. Dia mengambil jubah entah milik siapa untuk menutupi dirinya.

"Kamu siapa ? Aku dimana ?" pertanyaan itu spontan lolos dari bibir Reina. Pria yang ada dihadapannya masih terkejut dari dorongan wanita yang selalu menjadi obatnya.

Tatapan polos yang menggantikan tatapan nakal wanita itu kini membuat pria itu heran. "Tentu saja di kamarku, Olivia"

Reina menatap pria itu bertanya, siapa yang dia sebut Olivia ?

"Olivia ? Siapa ?"

Niels menatap wanita itu geram. "Tentu saja kau!"

Reina terperanjat saat bentakan itu sukses membuat tubuhnya bereaksi sama seperti dia yang dulu. Dia berjalan mundur berusaha untuk kabur. Dia takut pria ini akan main tangan padanya.

Tubuhnya mencoba mendekati Reina karena wanita itu bukannya mendekat malah berusaha menghindar.

"Apa yang kau lakukan ? Kembali kesini," perintahnya dingin merasa wanita itu terlalu lama membuatnya menunggu.

Bukannya patuh pada perintahnya, Niels terkejut saat wanita itu berlari kearah pintu keluar dan pergi begitu saja. "Olivia !!"

Dia bergegas mengambil jubahnya dan memakainya cepat mengejar wanita itu. Saat sampai pintu dia kembali dikejutkan dengan tangan kanannya yang sama terkejutnya dengan Niels saat melihat kelakuan aneh wanita khususnya.

"Apa saya perlu membawa Lady Olivia kembali, My Lord ?"

Niels memijat batang hidungnya. Dia kaget bukan main saat wanita itu berlari seperti sedang diburu binatang buas. "Tidak perlu, Potra. Aku sudah selesai dengannya."

Dia pun kembali masuk ke dalam kamarnya. Membiarkan wanita itu istirahat sebentar meskipun emosinya belum tersalurkan secara penuh karena harus dihadapkan dengan keanehan wanita itu.

Sebenarnya apa yang terjadi? Ada apa dengannya ?

Rasa kekhawatiran itu hanya hinggap sementara karena Niels sekarang sudah sibuk memilah laporan-laporan yang dibawa potra tenang di meja kerjanya.









To Be Continue

Duke CarlovTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang