📖 HAPPY READING 🏷 Mentari Jingga
💌💌💌
Satu minggu sudah berlalu, kini saatnya kelas 12 melakukan ujian nasional. Kartu juga sudah di bagi di hari terakhir sebelum libur dua hari dan selama itu juga hubungan Ricardo dan Naeva belum ada perkembangan. Keduanya masih pisah rumah.
Di hari pertamanya kini Naeva diantar oleh Papanya yang tadi Ringga juga sempat menawarinya namun Naeva tolak. Naeva tak ingin memperpanjang masalahnya dengan Ricardo.
Ngomong-ngomong soal lelaki yang masih menjadi suaminya itu belum terlihat sejak Naeva mengijakkan kakinya di-AAHS pagi ini yang bahkan bel masuk sudah berbunyi pertanda ujian akan segera di mulai.
Untuk ruang kelasnya, setiap ujian kelulusan AAHS selalu mempunyai cara tersendiri untuk menentukan ruang kelasnya. Dari kelas 12 awal sampai akhir, ruang kelasnya di acak, tidak satu kelas tercampur rata. Jadi dalam satu kelas terdapat murid dari kelas awal sampai akhir.
Naeva kini memasuki ruang ujiannya, ia berbeda kelas dengan kedua sahabatnya. Huft, semoga saja ia bisa mengerjakan soalnya mengingat ia semalam hanya belajar sebentar apalagi tak ada Ayudia dan Casandra untuk bertukar jawaban.
Gadis cantik itu melangkah mencari tempat duduknya hingga ia menemukan namanya yang berada di meja pojok belakang.
Oke, semoga saja teman sebangkunya Naeva kenal baik.
"Selamat pagi anak-anak," sapa Pak Budi yang akan mengawasi ruang kelas IPS 3."Pagi Pakk!!" jawab mereka serempak.
Baru saja guru berkepala botak itu akan berucap kini kelasnya tiba-tiba dimasuki murid kesayangannya.
Dikta cengengesan. "Jakarta macet Pak, eheheh,"
Pak Budi menggelengkan kepalanya lalu menyuruh Dikta mendudukkan diri di tempatnya yang sampat Naeva kira akan duduk dengannya sebab teman sebangkunya belum datang. Namun Dikta duduk di bangku kosong depannya.
Dikta menoleh ke belakang saat tahu Naeva duduk di sana. "Nay, nanti gue nyontek ye? Gue kasih imbalan Saldo," bisiknya yang langsung menghadap ke depan saat doa akan di pimpin.
Setelah doa selesai, kini berganti Pak Budi menyuruh anak muridnya meletakkan ponsel mereka di mejanya. Begitupun Naeva yang langsung meletakkan miliknya.
"Ehm, ehm, ehm, kurang dua, siapa yang belum mengumpulkan?"
Salah satu murid mengacungkan tangannya. "Ini Pak, samping Naeva belum datang," ah, Naeva tak kenal siapa yang menyembut namanya itu.
"Oke, soal siapa itu bapak tanyakan nanti. Jadi siapa satu anak yang belum mengumpulkan?" Pak Budi menurunkan sedikit kaca mata menatap anak muridnya. "Tidak ada yang mau mengaku? Ya sudah, nanti bapak cari tahu sendiri." lanjutnya tak memusingkan lalu memilih untuk membagikan kertas ujian.
KAMU SEDANG MEMBACA
RICARDO : DANGEROUS HUSBANDS
Teen Fiction"Jangan deket-deket. Mulut kamu bau neraka-eh, alkohol maksudnya!" Ricardo terkekeh mendengarnya lalu ia mendekatkan wajah mereka hingga terjarak satu senti antara hidungnya. "Cantik. Gue mau lo." 📖 Bercerita tentang Ricardo Ace Austin dengan sega...